Hyung2

Hyung
Please Subscribe to read the full chapter

Wonwoo terbangun dari mimpi indahnya, bersiap menghadapi kehidupan nyatanya, kehidupan dimana ia merasa dalam kegelapan,dimana seharusnya hari ini ia dapat sarapan pagi bersama Eomma Appa nya. Wonwoo masih belum bisa meninggalkan kenyataan pahit itu, ia masih dalam pusaran kelamnya.

Wonwoo melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, berharap hari ini berjalan seperti biasanya, dimana hari-harinya sekolah menjadi tempat persembuniyannya, tempatnya yang biasa ia jadikan alasan menjauh dari adiknya, saat junior highschool dulu, Jungkook tidak mendaftarkan dirinya di sekolahan yang sama dengan kakaknya, mungkin nilai Jungkook tidak mencukupi untuknya mengikuti jejak kakaknya, dan hal itu menjadi kelegaan untuk Jeon Wonwoo, dirinya bisa jauh sejenak dari adiknya, melupakan sejenak kisah kelamnya, hingga ia belajar keras agar masuk Pledis Highschool yang menjadi sekolah favoritnya , sekolah unggulan yang berharap Jungkook tak bisa mengikutinya, namun kini berbeda, tak hanya satu atap di rumah, mereka di pertemukan kembali di atap sekolahan yang sama.

Sejujurnya, jika Wonwoo melihat jauh kedalam lubuk hati kecilnya, ia sangat bangga, adiknya bisa masuk sekolah favoritnya, sekolah unggulan, Ahjumma ternyata tak bohong tentang nilai kelulusan Jungkook yang nyaris sempurna. Namun kebenciannya menyelimuti hampir seluruh permukaan hatinya, sekolahnya tak bisa ia jadikan persembunyiannya dari Jungkook, satu tahun, ya satu tahun, setelah itu Wonwoo akan lulus, tak lagi bertemu Jungkook di sekolah, ia akan menjadi workaholic , berangkat pagi pulang malam, hingga tak bisa bertemu Jungkook, ya semoga! Pikir Wonwoo.

 

Wonwoo menikmati sarapannya begitu khidmat, lapar dari semalam belum makan, dahinya mengernyit menyadari adiknya belum turun untuk makan, ah masa bodo pikir Wonwoo. Wonwoo menyendokkan makanan terakhir ke mulutnya, bersiap berangkat, sudah hampir siang, adiknya belum turun, haruskah ia bertanya ke Ahjumma, atau biarkan saja? Perang betin terjadi pada diri Wonwoo.

Memilih meninggalkan meja makannya, rasanya tak perlu bertanya tentang Jungkook pada Ahjumma.

“Tuan siap berangkat?” Ahn Ahjushi mengahmpiri Wonwoo yang baru keluar dari rumahnya, Wonwoo hanya mengangguk pelan.

Suasana di dalam mobil begitu tenang hingga Ahn Ahjushi mencoba memecah keheningan.

“Tuan Muda Jungkook tadi berangkat sangat pagi. Bahkan memilih naik bis tanpa di antar supir.” Atensi Wonwoo yang awalnya fokus ke luar jendela kini berubah menatap supirnya, kaget, baru kali ini Jungkook seperti itu. Tak ada jawaban dari Wonwoo, lebih memilih menatap kembali kaca jendela yang menampakkan banyak anak sekolah sedang berangkat sekolah.

 

“Wonie Hyung, aku boleh pinjam kaos kakimu yang bergambar Doraemon Hyung?” tanpa mengetuk pintu, Jungkook kecil langsung masuk menghampiri kakaknya yang sedang menyisir rambut.

“Tidak boleh, kaos kaki Pokemonku belum kau kembalikan Kookie.” Wonwoo yang berusia 9 tahun meletakkan disisirnya lalu mencari kaos kaki yang hendak ia pakai, mengacuhkan Jungkook yang kini sedang mengerucutkan bibirnya.

“Akan Kookie kembalikkan nanti, kan masih di cuci Ahjumma. Ayolah Wonie Hyung~” Jungkook menggoyang-goyangkan lengan kakaknya.

“Baiklah-baiklah, rambutmu sangat berantakkan, sini Hyung sisirin.” Tanpa pikir panjang Jungkook langsung duduk di tepi ranjang milik Hyung-nya, Wonwoo berjalan mengambil sisir yang tadi ia pakai, tangannya kini menyisir halus rambut adik kesayangannya.

“Kookie nanti istirahat boleh ke kelas Hyung lagi?” Tanya Jungkook sambil bermain kecil dasi yang terpasang di leher kakaknya.

“Tentu boleh, kita akan makan bekal bersama, jangan lupa membawa botol minummu, jangan seperti kemarin Kookie. Nah sudah.” Wonwoo mengelus lembut surai hitam adiknya.

“Tenang Hyung, hari ini aku tak akan lupa, aku ambil kaos kakinya ya Hyung.”

“Emm” Wonwoo menganggukkan kepalanya. Tertawa kecil melihat adiknya berlarian setelah mengambil kaos kaki Doraemonnya.

 

“Oke bekalnya sudah masuk k etas, sekarang kalian berangkat, sini cium Eomma” Jungkook dan Wonwoo berbarengan mencium pipi Eommanya.

“Kita berangkat Eomma.” Setelah mencium Eomma-nya mereka berlarian sambil melambaikan tangan ke Eommanya, berlari menghampiri Appa-nya yang hari siap mengantar mereka ke sekolah, tidak setiap hari Appa-nya bisa mengantar mereka. Makanya hari ini mereka sangat senang.

“Hyung Kookie depan yah.” Jungkook hendak membuka pintu mobil depan namun tangan kecil kakaknya mencegatnya.

“Waktu itu kau sudah di depan Kookie-ah, sekarang giliran Hyung.”

“Yah Hyung, gamau, Kookie mau di depan.” Appa-nya hanya geleng-geleng melihat pertengkaran kecil jagoannya.

“Tidak, Hyung yang di depan.” Mata Jungkook mulai berkaca-kaca. Wonwoo tak tega melihatnya, tapi ia ingin duduk di depan, dekat Appanya. Akhirnya Wonwoo menghembuskan nafasnya pelan.

“Bagaimana kalau kita duduk di depan bersama Kookie-ah?”

“Ne Hyung.” Jungkook bersorak riang lalu memeluk Hyungnya, seulas senyum muncul di wajah Wonwoo melihat reaksi menggemaskan adiknya.

“Ayo anak-anak, nanti terlambat.”

.

.

.

 

“Tuan.” Mobil telah berhenti sekita dua menit yang lalu namun tak ada tanda-tanda Wonwoo hendak turun.

“Tuan, ini sudah sampai.” Ahn Ahjushi masih mencoba memanggil Wonwoo yang masih terdiam menatap jendela mobil.

“Tuan, ini sudah sampai, Tuan Wonwoo.” Suara Ahn Ahjushi agak meninggi dan menggoyangkan pelan tubuh Wonwoo. Wonwoo tersentak dari lamunannya lalu menatap Ahn Ahjushi, ekspresinya bingung.

“Sudah sampai Tuan.” Ulang Ahn Ahjushi kesekian kalinya.

“A-ah ne.” Wonwoo cepat-cepat membuka pintu mobilnya, entah apa yang membuatnya mengingat masa lalunya hingga ia tak sadar jika mobilnya sudah sampai di gerbang sekolahnya.

 

 

 

“Jungkook, are you okay?” Mingyu menghampiri Jungkook yang sedari tadi menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya. Temannya ini memang suka mellow, tapi tak setiap hari Jungkook seperti ini, dia hanya akan murung satu atau dua jam, lalu akan kembali ceria. Tapi sekarang berbeda, Jungkook murung sedari pertama kali menginjakkan kaki di sekolah baru nya hingga hari ini, Mingyu mendadak khawatir.

“Hilangkan aksen Inggris menggelikanmu Kim.” Ucap Jungkook yang masih menyembunyikan wajahnya.

“Hey Kook, ayolah kita bukan baru berteman, setidaknya ceritakan sesuatu padaku.” Rayu Mingyu sambil menepuk halus pundak Jungkook.

“Kau ingin aku cerita dongeng apa?” Jawab Jungkook ketus masih tak ingin menunjukkan wajahnya.

“Ayolah Kook, jangan seperti ini.”

“Seperti apa?” suara Jungkook terdengar parau sekarang, ia mengangkat wajahnya, sontak membuat Mingyu gelagapan.

“Kook, kau tak apa? Matamu ya ampun, kau habis menangis semalaman??? Katakan wanita mana yang mengahncurkan hatimu? Akan ku buat perhitungan untuknya.” Mingyu mengepalkan tangannya, matanya melotot tajam, rasanya gatal ingin menghajar siapa yang membuat sahabat tercintanya menangis. Ayolah, Jungkook ini terkenal kuat, lihat saja badannya.

“Diamlah Kim, hentikan ocehan tak bermutumu.” Jengah Jungkook mendengar kalimat tarmutu Mingyu.

“Ini hari pertama pembelajaran, kuatlah Jeon.” Kata Mingyu dengan halus.

 

Bel istirahat berbunyi, seokmin bersorak gembira hingga terus mencubit lengan Minghao. Lama liburan membuatnya lelah mengikuti pembelajaran pertamanya di highschool.

“Aw, sakit seokmin.”

“Hehe ayo kantin, Gyu, Kook, ayo kantin.”

Jungkook masih diam di tempat duduknya, sebenarnya ia lapar, dari semalam belum makan, tadi ia melewatkan sarapan paginya demi berangkat pagi. Terlalu sakit rasanya jika saat ini harus bertemu Hyung-nya. Mingyu yang melihat tak ada pergerakan pda Jungkook berinisiatif menarik lengannya. Tak ingin sahabatnya mati kealparan di jam istirahat.

“Kajja Jeon. Kita makan.” Dengan lemas Jungkook mengikuti ketiga sahabatnya. Kantin berada di lantai dua, sepanjang jalan Mingyu Minghao dan seokmin terus berceloteh tentang sekolahnya masing-masing sewaktu juniorhighschoool sementara Jungkook terdiam dan terus menundukkan kepalanya.

“Oh, Hoshi Hyung.” Teriak seokmin sambil melambaikan tangannya tinggi. Membuat Jungkook juga penasaran dengan siapa yang di panggil temannya, saat mengangkat wajahnya matanya langsung bertemu dengan Hyung-nya yang juga sedang melihat ke arahnya. Ah Jungkook ingin menangis rasanya.

“Hey Kuda, uang sakumu ga ketinggalan kan?” Soonyoung menghampiri seokmin diikuti Jihoon, namun Wonwoo masih bergeming di tempat dengan tangan memegang nampan isi makanannya.

“Hahaha, kali ini tidak Hyung.”

“Kau sudah ambil makan? Ayo kita duduk bersama, di dekat jendela sana.” Jihoon melirik ke belakang melihat Wonwoo masih berdiri di temoat yang sama seperti tadi, wajahnya tertunduk. Jihoon kembali menghadapkan wajahnya ke depan, menatap sosok yang menurutnya familiar, raut wajahnya terlihat sedih. Wajah yang taka sing bagi Lee Jihoon.

“Baik Hyung.” seokmin dan teman-temannya mengambil makan lalu menghampiri kakak kelasnya. Wonwoo sudah bergabung dengan Jihoon dan Soonyoung, mencicipi sedikit makanannya.

“Hyung aku duduk ya.”

“O, kau dengan siapa saja?” Tanya Soonyoung. Wonwoo yang melihat ada tambahan orang di meja makannya sontak mengangkat wajahnya dan melihat adiknya masih bediri dengan nampan di tangannya. Tak menatapnya, Jungkook menundukkan kepalanya.

“Aku kenyang, Jihoon kau kembalikkan nampanku ya, aku ingin ke toilet.” Tanpa ba-bi-bu, Wonwoo langsung melesat pergi.

“Yak Jeon , makananmu belum kau makan.” Teriak Jihoon, namun Wonwoo masih terus berjalan cepat.

Adik kelas mereka hanya terpaku diam menatap kakak kelasnya yang tiba-tiba pergi. seokmin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Eum apa karena kita?” Tanya Mingyu canggung.

“Ani, kalian makan saja. Dia mungkin sedang sakit perut, dari tadi ia terus memegang perutnya.” Ucap Jihoon lancar. Tak ingin membuat adik kelasnya canggung.

“Benarkah sunbaenim?” Tanya Jungkook cepat. Seluruh atensi memandang Jun

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet