Episode Two

101
Please Subscribe to read the full chapter

101

© Lee Taeyoung

(Jalan cerita serta setting merupakan milik saya, sedangkan para member EXO adalah milik SM Entertaintment serta orangtua mereka masing-masing)

MOHON JANGAN PLAGIAT, NANTI SAYA SUMPAHIN BOTAK!

Sekian.

Episode Two

Kau masih berkutat dengan laptop yang berada dipangkuanmu itu ketika kedua sahabatmu, dengan rasa kasihan, berinisiatif untuk pergi dan membelikan mie instan dan beberapa makanan ringan yang akan membuat tenggorokan kalian sakit keesokan paginya. Kau menatap tajam halaman putih didepannya, berharap dengan begitu, tiba-tiba muncul beberapa kalimat yang akan menjadi pemulai ceritamu. Lamat-lamat berpikir, kau akhirnya menemukan sebuah kalimat–beberapa kata, lebih tepatnya. Kau mengetikannya dengan cepat, sebuah senyuman berkembang di bibirmu. Namun, sebelum kau meletakan tanda titik, tanda berakhirnya kalimatmu, kau mengaitkan alismu dan bibirmu mengerucut. Kau menghapus kalimat itu dalam satu kali tekanan, tepat saat dua nada ‘kami kembali’ terdengar olehmu dari luar.

Kau meletakan laptopmu, terbuka dan menyala, di atas kasur dan menyongsong kedua sahabatmu dengan mata berbinar; karena kau sangat menyukai makanan yang tidak sehat. Entah apa yang akan ibu lakukan jika dia mengetahui ini, kau berpikir sebentar dan bergidik membayangkan wajah ibumu dengan salah satu sandal rumahnya di tangan. Kedua sahabatmu sudah mulai mengambil sebuah panci berukuran sedang dari kabinet dapurmu dan mengisinya dengan air, sebelum akhirnya meletakannya diatas kompor.

“Beli apa?” Sahabatmu menggoyangkan sebungkus mie instan di tangannya, warnanya merah dan hitam serta ada beberapa huruf korea yang kau kenal. Kau menatapnya seakan dia gila, dibalas dengan cengiran, “KALIAN BELI SAMYANG?!” Sahabatmu yang menunggu airnya mendidih, hanya mengendikan bahunya, “Aku kangen samyang.” Memijit pelipismu, kau menghela nafas dan mengambil satu paket lagi dengan dengusan, mengernyit sedikit ketika menuangkan bumbu merah pekat pada piringmu. “Kau tahu kan aku harus bertemu dengan temanmu itu besok?”

Sobatmu menatapmu, membiarkan sahabatmu yang lain menuangkan mie kalian bertiga kedalam air yang mendidih itu. Ia mengangkat alisnya, “Kau menerimanya?” Kini giliran kau yang mengendikan bahu, “Aku belum mengirimi dia pesan, sih. Tapi, ya, aku menerimanya.” Sahabatmu mengangguk pelan, memperhatikan mie kalian yang sudah

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet