itji marayo

don't forget me

nareul itji marayo

oneshoot by        : ArjioAbriant
Inspiration by    : remember you
Cast                     : Choi siwon
                               Cho Kyuhyun 
                               And Other Cast.

 

Pria dengan setelan jas lengkap nampak kebingungan mendatangi sebuah kantor polisi, matanya mengelilingi setiap sudut ruangan tersebut.

“Permisi, bagaimana cara melaporkan orang hilang?”

“Kau tinggal menyebutkan nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri khusus dan bagaimana ia nampak terakhir anda melihatnya.”
Jelas salah satu petugas.

“Dia tinggi sekitar.... 180cm, beramput cukup panjang dan menggunakan pakaian resmi.” iris matanya nampak tak fokus, syarat akan penuh rasa cemas.

“Jadi apa hubunganmu dengannya?”

“Choyo?- Jemari itu menunjuk dirinya sendiri.

-Aku orang hilang yang aku laporkan.”

----><----

Won

Bukti kepada orang yang mengingatku,

Meskipun aku sangat berharap kamu melihat surat ini
Tapi aku tetap tidak bisa mengingatmu
Maafkan aku
Ingatanku sangat kacau
Bagai miliaran pecahan kecil 
Bahkan sangat sulit untuk disatukan 
Ketika kamu mendapatkan surat ini
Jika kamu mencariku

Itu akan membuktikan bahwa
kamu adalah orang yang berharga bagiku.

Lagi-lagi kepalaku mendadak pusing luar biasa, apa tidak bisa ditunda? Sebentar lagi aku akan melakukan check up untukmu. Ingatanku,

Ya, aku kehilangan ingatanku. Bahkan aku sempat tak mengingat namaku sendiri, 
Dokter berkata aku mengalami sebuah kecelakan, sehingga aku harus menjalani perawatan intens selama 5 bulan.
Aku divonis sebagai seorang manusia yang hidup tanpa ingatan.
Meski aku sudah melakukan terapi dengan benar, aku tetap tak dapat mengingatnya, bahkan kehidupanku semakin terasa aneh.

Setelah melakukan check up, dokter mengizinkan aku untuk kembali ke tempat tinggalku. Jangankan paswordnya aku bahkan lupa tempatnya berada dimana,

Semua terasa asing bagiku,
Mereka berkata ini rumahku, namun aku merasa tidak seharusnya aku disini.
 Ruangan yang nampak sepi, sunyi dalam kegelapan. 
Kurebahkan punggungku disebuah sofa panjang menarik nafas dalam, menghirup aroma ruangan, aroma ruang tamuku,
aroma orang yang mungkin mengenaliku.

TOK,TOK TOK!!!

“Bisa kau buka pintunya?!”
Ah, ternyata pintuku yang diketuk. Aku berjalan tertatih menuju pintu yang diketuk semakin keras, kenapa dia tidak sabaran sih?
Apa dia penagih hutang?

“Dari mana saja kau?”
Nyalang seorang pria yang lebih pendek dariku, dengan santainya masuk kedalam rumah.

“Apa yang aku lakukan? Kenapa begitu lama? Aku bahkan berpikir kau sudah mati. Astaga!!!”
Apa dia mengenalku dengan sangat dekat? Seorang pria asing masuk kedalam rumahku dengan santainya kemdian merancau kesana kemari, dan membuka lemari es-

“Sudah makan? Apa kau tak lapar? kau ingat cara mandikan? Tunggu apa aku harus menelponmu mengingatkanmu agar kau mandi?”
-dan perhatian kepadaku juga sedikit menjengkelkan.

“Aku tak punya ponsel.”

Dia menyodorkan sebuah ponsel kepadaku,

“Ini milikmu, kau meninggalaknnya diapartemenku. Jangan bilang kau melupakan sandinya?”
Aku tak mengerti apa yang aku pikirkan, namun jemariku dengan lincah membentuk suatu pola diatas layar ponsel tersebut dan membuka kuncinya.

“Kyonata! Lee donghae, asli mokpo pecinta ikan namun berkencan dengan monyet.”

“Ya! aku akan menghajarmu.”
Aku mengerjapkan mataku, kerah bajuku ditarik paksa olehnya. Meski tinggi tubuhnya tidak lebih tinggi dariku, namun tenaganya cukup membuatku kuwalahan. 

“kyonata-“
ujarku lirih, kuraba kulit wajahnya mencoba mengingat lebih banyak namja yang masih asing didepanku.

“Aku tak masalah dengan pose seperti ini, namun kekasihku pasti tidak akan membiarkan aku hidup nantinya.”   

“Siapa kekasihmu?”

“Lee Hyukjae, dia satu kantor dengan kita. Kau harus bergegas, kita akan terlambat.”

“kemana?”
Dia membuka gorden membuatku menyiritkan mata karena cahaya yang tiba-tiba.

“ke kantor, tentu saja! Aku masih mencintai pekerjaanku, gantilah pakaianmu seperti yang kau gunakan pada hari normal lainnya sajangnim.”

“kenapa aku harus bekerja?”
Hal terakhir yang aku ingat aku menjalankan skripsi dan magang ditempat ayahku.

“Karena aku orang tampan yang harus menghidupi keluargaku, dan kau adalah atasanku. Wake up sajangnim! Pakai setelanmu.”
Donghae memberiku sebuah setelan jas, mendorongku masuk ke kamar mandi.

“Aku kehilangan ingatanku!”
Teriakku dari dalam.

“Arra!”

----><----


 Pria atletis itu berdiri mematung ditrotoar menatap bingung seorang namja berwajah ian yang memaksanya masuk kedalam sebuah audi R8. Sedang yang dilakukan siwon menatapnya dengan pandangan bertanya tak bergeming dari tempatnya berdiri.

“Masuklah, ini mobilmu bukan?”

“Aku tak ingat memilikinya dan aku tak dapat menaikinya.”
ucapku santai dari pinggiran trotoar.

“lalu dengan apa kau pergi kekantor?” 
namja itu gusar melihat jarum jam tangannya. Ekor mataku menangkap seorang pemuda penjual koran menggunakan sepeda.
Dan aku membelinya.

Aku masih menghapal dimana letak kantorku berada namun tak terlalu ingat bagaimana bentuk kota seoul, yang aku amati banyak sekali perubahan.
Sebanyak itukan aku kehilangan ingatanku?

Para karyawan menyambutku dengan ramah, mereka semua nampak mengkhawatirkanku. Donghae yang sudah menungguku, langsung membawaku kesebuah ruangan mewah diujung koridor. Ruangan dengan gaya arsitektur modern dengan warna dasar kelabu metalik menyambutku.

“Ini ruangamu, aku harap kau akan cepat terbiasa.”
Aroma bunga chrysantheum menguar memenuhi ruangan, sejenak membuat kepalaku lebih rileks menghirum aroma wangi semerbak.

“Sajangnim, ada yang ingin menemui anda.”
Seseorang mengenterupsi dibalik pintu.

“Tolong katakan aku tak dapat menemuinya hari ini.”

Aku hanya perlu waktu untuk sendiri, sebagian diriku mengatakan aku mengenal aromanya, terasa sangat nyaman.

----><----

nowon hospital

Hari ini aku kembali check up untuk menebus resep dokterku. Seperti biasa, akan dihadapkan antrean beberapa pansien dan tentunya harus menunggu beberapa waktu ditempat membosankan ini.

Seorang namja berkemeja putih terlihat sangat sibuk dengan sebuah benda persegi digenggamannya, kupandangi raut wajahnya, bagaimana bibirnya mengecurut, ataupun umpatan-upatan kecil yang keluar dari mulutnya. Membuatku tak tahan untuk tidak tertawa.

oops!
Kini iris yang dapat kulihat dengan jelas warna hazelnya menatapku sendu, Sepertinya aku sudah menghancurkan konsentrasinya dalam bermain game. bahkan dia kini memandangku sendu, namun dia tak terlihat marah kepadaku,
lebih tepatnya terkejut, dan pandangan penuh kenangan.

“maaf, aku tak sengaja menghancurkan konsentrasimu, maaf jika mengganggu.”

Namja itu tak bergeming, malah air matanya kini sudah menggenang disudut matanya. Tiba-tiba dia menangis membuatku sedikit panik.

“Mianhaeyo~  aku sungguh tak bermaksud demikian. dan apakah kita pernah saling bertemu?”

“Kurasa tidak.” 
jemarinya menyeka air matanya lalu menggunakan kacamata hitam menutupi mata merahnya.

“Cho kyuhyun kan?”
Aku merasa pernah mengingatnya, atau pernah bertemu dengannya sebelumnya. Di antrean 

“Baru saja namaku dipanggil. maaf anda sepertinya salah orang.”
Namja itu dengan cepat meninggalkanku, namun tak lama kemudian namaku terpanggil.
Aku kembali berkonsultasi dengan dokter yang menanganiku, aku sedikit berdiskusi tantang dampak hilangnya ingatanku pada pekerjaanku. Aku merasa baik-baik saja saat berada dikantor meski terasa asing.

Namun aku harus tetap menjalani kewajibanku sebagai seorang CEO, Aku berharap dokter dapat membuat laporan bahwa kehilangan ingatanku tidak berdampak serius dengan pekerjaanku.

Sepertinya namja manis tersebut juga selesai menjalani check up, aku mengejarnya berharap dapat menyapanya kemabali saat menebus obat diresepsionis namun,
Terlambat,
dia meninggalkan aku. Sementara aku, mendapat resep dengan nama pasien Cho Kyuhyun.

Aku sempat mengejar busnya, sayangnya sopir bus tak mengizinkan aku masuk,  mengatakan jika bus sudah penuh. 
Seperti biasa aku kembali pulang menuju apartement,
Apartement sepiku memberi potongan-potongan gambaran tentang mimpiku.

mimpiku tentang seorang wanita dia berlari menuntunku.
yang membawaku kesebuah cahaya menyilaukan yang kuharap dapat kuingat siapa dia.
----><----

3 days later

won


Seperti hari-hari sebelumnya aku tetap pergi kekantor menggunakan sepeda, namun aku meminta donghae untuk membeli sepeda yang lebih nyaman aku gunakan. Roda itu berputar cepat menyususri jalan menuju tempatku bekerja.

TIIINNN..., TTIIIINNN!!

Sebuah mobil membunyikan klakson padaku, Sedikit terkejut mobil tersebut menepi. Aku mendekati kaca pengemudi hyundai santa fe berwarna biru,

“Cho kyuhyun-sii?”
Aku bertemu kembali dengan bocah pucat itu.

“Ahh..., halo. Sepertinya obat kita tertukar” 
Jawabnya santai melepas kacamata hitamnya nampak hazel coklat menatapku intens.

“Ya, obatmu ada dirumahku.”

“Jadi apa aku dapat mengambilnya?”
dia nampak mengamati sepedaku, mungkin terasa asing seorang namja berpakaian formal menaiki sebuah sepeda lipat untuk berangkat ke kantor.

“Ya tentu saja,”

“Jika begitu masuklah,” 
ekor matanya mengarah ke kursi penumpang.

“maaf aku tak bisa.”

Sejenak dia menggaruk belakang telinganya, kemudian menggedikkan bahu membuat kesimpulan
“Jika begitu, begini saja.”
Begini saja, yang artinya dia mengikutiku bersepeda dengan mobilnya. Sementara aku mengimbangi lagu mobilnya sesekali dia meneguk sebuah minuman dalam mobilnya.

“Kenapa tidak ke psikater?”

“Aku kehilangan ingatanku. Tunggu apa itu minuman alkohol?”
Jujur saja aku digelitiki rasa penasaran dengan botol almunium yang dibawanya,

“hanya wine. Tunggu, Semua? kau tak ingat apapun?”
Terlihat dia sedikit terkejut dengan jawabanku, menatapku sekilas membuat mobilnya sedikit oleng.

“Ya begitulah, aku mengalami sebuah kecelakaan tapi itu bukan masalah yang cukup besar, aku masih dap-.... at...”

Mobilnya berhenti mengikutiku, sepertinya dia telah menabrak sesuatu. aku memutar 180 derajat mengarahkan pandanganku. Dengan panik namja itu keluar dari mobilnya menghampiriku.

“Huwe? gwencahanayo?”

“Sepertinya aku menabrak sesuatu,” 
Jemari lentik itu dengan ketakutan menunjuk sesuatu dibalik ban mobil miliknya. Aku menuju bagian bawah mobil mengecek sesuatu dibawah sana, entah hewan atau benda lainnya dan kutemukan sebuah boneka.

Aku tersenyum kecil, astaga....,
Kubawa benda tersebut, aku harap dia menyukainya,

“Telah ditemukan sebuah boneka merupakan korban tabrak lari dengan durasi kejadian perkara sekitar 48 jam yang lalu. Dia tewas bukan hanya karena dibunuh namun ditabrak.
mau memeriksanya?” Aku menyodorkan teddy bear kearahnya,

Hampir saja aku terjungkal,

Namja itu menghambur menerjang badanku, mengenggengam mantelku dengan erat. Bahunya sedikit bergetar,aku sedikit tercengang namun  kudengar dia sedikit terisak.

“Gwencahanayo?”
Aku menggapai bahunya, mengusapnya perlahan. Aku tak tahu jika dia ketakutan.

“itu hanya sebuah boneka, tak apa.”

“Biarkan seperti ini, aku mohon.”
Tangan itu semakin erat, bersih kukuh dengan posisi kami yang saling berpelukkan di tengah jalur sepeda, hanya saja-

“Namun tak enak jika orang lain melihatnya.”

“Aku mohon sebentar saja.”
Suara itu bergetar, meski tak dapat membaca ekspresinya aku terenyuh dengan permintannya. Sepertinya dia benar-benar terkejut dengan kejadian tadi.

“Baiklah, bagaimana jika berjalan kemobilmu. Angkat kaki kanan.”

“Aaakhh...,”
Oke dia menginjak kaki kiriku,

“Mianhae, ini kaki kanan.”
Mata hazel itu mengerjap, menunjuk kaki kanannya. Oh ya aku lupa jika posisi kami saling berhadapan.

“Baiklah kaki kiri,” Dengan perlahan kami berjalan menuju mobilnya. Jemari itu masih menggenggamku erat, menatapku intens.

“Aku rasa aku tak dapat mengemudi, bisakah kau antarkan aku?”

“Nee?”

“Aku mohon, tolonglah.” 
Tangannya bergetar, ia menggigit bawah bibir plumpy menahan ketakutannya. mata hazelnya menatapku melebarkan irisnya.

Pemilik surai ikal itu kini tertidur dengan tenang dikursi penumpang memeluk boneka korban insiden kecelakaan, Karena dia aku harus menghadapi kesulitan besar.
Mataku tak berhenti untuk waspada terhadap kendaraan lain disekitarku, menjaga jarak, tetap tenang, perhatikan jalan dan rambu-rambunya. Dengan konsentrasi penuh aku mengikuti arahan gps ada mobil tersebut.
Dengan perlahan aku menghentikan laju mobil mematikan mesin didepan sebuah apartemen.

Kelopak mata itu masih dengan cantiknya tertutup, Seorang namja dengan bulu mata kentik dan bibir pinkys yang penuh, bahkan surai ial kecoklatan miliknya terlihat sangat lembut. Jemariku terjulur, penasaran dengan kelembutan surai rambut yang ia miliki.
Membelainya lembut mencoba membangunkannya, Tangan pucat itu menggapai jemariku. Bukan menepisnya, dia menggenggamku erat membawanya kepipi chubbynya.

Aku sedikit berjingkat merasakan sentuhannya membawa sensasi aneh dalam diriku. Sejenak aku memandangi wajahnya, namun sebagian diriku teringat jika harus membangunkannya.

Aku berdehem perlahan, membuat kelopak matanya terbuka sempurna.

“Apa kita sudah sampai?”
mata itu mengerjap imut,dengan jemari yang mengucek sudut matanya.

“Sudah merasa baikan?”

“umh, akhirnya aku membawamu kembali.”
Dia tersenyum dengan senangnya, lalu berlari menuju bagasi mobil.

Aku menurunkan sepedaku dari bagasinya, Sebenarnya jarak rumahku dangan tempat tinggalnya hanya berjarak beberapa kilometer namun cukup jauh untuk pengendara sepeda.

“Terima kasih telah mengantarku.”
Ucapnya tulus, aku menjawab dengan senyumanku. Entah kenapa aku merasa senang telah mengantarnya, meski aku harus mengalami kerepotan yang cukup menguras emosiku.


----><----

Siwon’s apartment

won

Dengan terangnya cahaya matahari menembus kaca jendela mencipkana sebuah silau cahaya mengganggu tidur nyenyakku. Kududukan tubuhku berdandar pada kepala ranjang, namun sesuatu yang berat menahan tubuhku. Seorang namja dengan surai kecoklatan meringkuk didadaku. Aku mencoba menjauhkan lengannya namun ia makin erat memeluku.
Aku mendesah perlahan.

“Kyokanayo?”
Mata hazel itu menatapku sayu, aku masih menatapnya dengan pandangan bertanya.

“Kau yang mengajakku duluan, kau bilang hanya menghabiskan 1-2 botol soju namun kau malah meminta bibi itu untuk mengambil belasan botol.”

Gerutunya dengan bibir mengerucut imut, Seharusnya kau tetawa mendapat pemandangan ekspresi lucu darinya. Sayangnya, aku malah sibuk mengingat kejadian semalam.
Aku ingat bagaimana aku mengambil pembatas jalan, membuat paman penjual berteriak, membuat para pengemudi mobil mengumpatiku. 
aku ingat bagaimana ia tertawa, aku ingat bagaimana dia mengejarku, aku ingat bagaimana dia memanggilku, aku ingat bagaimana dia menatapku malam itu.

“Aku ingat.”

“Pembohong, kau tak mungkin ingat dalam waktu semalam. Kau berlari sangat cepat seperti seekor kuda aku kesulitan mengerjarmu, Dan aku –dia menatap perutnya sekilas- lapar.
Hyung buatkan aku sarapan.”

Cup

Aku mematung, sebuah kecupan kecil mendarat diatas bibirku. Kulit pucat kakinya menuruni ranjang, Mataku tak dapat melepaskan pandangan dari kaki jenjang dibalik kemeja kebesarannya. 
Tunggu itu milikku?

----><----

a funeral

Tangan mungil itu masih memelukku erat menyembunyikan wajahnya di dada bidang namja bertubuh atletis. Sesekali namja pucat itu mejerit histeris, sedangkan siwon hanya pasrah dengan kelakuan namja manis yang sudah mengajaknya menghabiskan waktu seharian ini.
Apa dapat disebut kencan?

“Jika kau ketakutan kenapa mengajakku kemari?”
Ya, apa dapat disebut kencan jika mereka berdua jalan-jalan dipemakaman. Setelah mengahbiskan waktu seharian mengelilingi seoul, untuk apa? Kyuhyun dengan argumennya berdalih agar siwon hafal kembali jalanan kota seoul. 

“Seseorang berkata disini tempat yang indah untuk memandang mereka.”
Kyuhyun dengan santainya merebahkan diri diatas bsebuah bukit makam seseorang, Siwon menggeleng perlahan kemudian mau tak mau mengikuti berbaring disampingnya.

“mereka?”

“para bintang. Mereka indah bukan?”
Jemari itu mengarah kepada sang langit malam, membuat sebuah vektor gambaran abstrak menunjuk ribuan cahaya diatas sana menghiasi angkasa kelam.

“Berbaring ditempat seperti ini tidak baik bagi kesehatanmu.”
Iris kelam itu sibuk mengamati iris hazel yang berbinar kekanakan disampingnya.

“Lalu apa kita dapat memadangnya dari dalam bangunan.”
Kyuhyun mengalihkan perhatiannya.

“ya bangunan korea lebih aman bagi dirimu.” goda siwon, yang kini merebahkan dengan keadaan menyamping.

“Bangunan berdiri diatas tanah, jika tak ada tanah maka bangunan tak dapat berdiri jadi sama saja jika berbaring diatas sini.”

“Ya tapi tidak harus Berbaring diatas makam seseorang”
siwon memutar bola matanya kembali pada fakta ‘ini diatas makam’.

“memangnya kenapa mereka juga berbaring seperti kita,”
pria itu merentangkan tangannya selebar mungkin, apa yang dipikir mayat akan terkubur dalam posisi itu?

“Bagaimana jika mereka merasa terganggu karena berat tubuhmu?”
Celetuk bibir joker itu yang seharian ini tak berhenti membuat pria manis ini mengeluarkan umpatannya.

“yak!!!”

Terjadilah keributan kecil ditengah pemakan, ditengah kesunyian mereka bercanda bersendau gurau dibawah gemerlap bintang malam menjadi saksi bisu.

----><----

2 weeks later
Kyu at his apartment

Sudah hampir 2 minggu sejak aku tak bertemu dengannya, bahkan dia tak mencariku ataupun menghubungiku. Kutuangkan cairan merah itu kembali memenuhi gelas kosong dihadapanku.

“Berhentilah minum kyu, kau sudah minum lebih dari satu botol. Bukankah kau berjanji untuk tak minum sebanyak ini?”

“Aku frustasi Jong!”
jonghyun mendengus kelas, merupakan teman yang mengajaknya ke pesta lajang malah membuat temannya berakhir dengan menyedihkan. Sepertinya Jonghyun harus belajar jangan termakan rayuan pria pucat jika dia meminta sesuatu tentang alkohol.

“Lebih baik kau mencari pria lain, apa kau tak lelah bersamanya. Dia mungkin sekarang lebih sibuk mengurusi pekerjaannya.”
Sebenarnya jonghyun tak ingin mengatakan hal ini, hanya saja dia lelah melihat sahabatnya menderita dia cukup muak dengan situasi ini.

“Diamlah, mana obatku?!”
Jemari lentik menepis gelas wine membawanya ke tepi meja, ia menyodorkan tangannya meminta obatnya.

Selama ini kyuhyun mengalami kecanduan alkohol , Kyuhyun melepaskan stress dengan meminum beberapa wine namun sering kali dia mengalami over dosis, beberapa kali dia harus menginap dirumah sakit. Belum lagi gejala depresinya..., jonghyunlah yang sering memberi ceramah ini itu tentang kesehatannya.

Dan beginilah tindakan agar dia berhenti mengomel,
Sayangnya kyuhyun yang sedang dalam masa setengah mabuk usai menelan pil-pil pahit itu langsung menegak sisa wine langsung dari botol.

“Yak!! jangan meminum obat dengan meneguk wine!!!!”

----><----

Siwon’s Apartment


“Kyuhyun?”
iris kelam itu hampir membualat sempurna menatap sosok yang kini berdiri diambang pintu masuk. 

“mulai hari ini, biarkan aku membuatmu bahagia. aku akan menghidupkan lampu untukmu saat kau pulang kerja, membuatmu secangkir americano dipagi hari, kita akan sarapan bersama.”
iris coklat bak lelehan karamel menatap siwon dengan penuh perasaan, mencoba penyampaikan sesuatu didalamnya. Penuh keyakinan dalam setiap penekanan katanya membuat siwon tak bergeming. Rambut eboni yang nampak kusut karena hujan, pakaian basah dan matanya yang sembab menahan tangis membuat siwon tercengang dengan keadaan namja dihadapannya.

“Kau kehujanan,”
Lengan kekar menggapai tubuh namja pucat menggigil kedinginan, membawanya dalam pelukannya. Dia tak tahan dengan keadaan kyuhyun.

“Kau tak mendengarkan aku?” 
lirih bibir cherry yang sedikit pucat karena suhu dingin menusuk kulit.

“Aku mendengarkanmu. ayo kita masuk disini dingin.”
Siwon merengkuh erat tubuh kyuhyun dalam dekapannya, menuju tempat lebih hangat bagi kyuhyun. membersihkan diri dan tentu mengganti pakaian basah milik kyuhyun sebelum dia terserang demam.

Setelah berkutat cukup lama didapur pria atletis itu kembali dengan dua cangkir coklat panas, jermari lentik itu menggapai dengan hati-hati menerima mug yang menguarkan aroma manis. Menhirupnya dalam dan menyesapnya penuh penghayantan.

“Apa sudah merasakan hangatnya?”
siwon kini sibuk membenahi selimut dan bantal sandaran kyuhyun.

“Belum, aku masih kedinginan.”

“Akan kubuatkan bubur susu jika begitu, tunggu sebenta-.... –kyu?” jemari dingin itu menahan lengan atletis, mata hazel berkaca-kaca menahan air mata.

“Bisakah kau memelukku?”
Sejenak siwon terbuai dalam keindahan pemilik bibir cherry yang bergetar. Ada rasa yang membuncah saat dirinya dibutuhkan oleh orang lain, terlebih oleh orang yang membuatnya terpesona.

Lengan kekar itu memberi sentuhan lembut dipunggung namja manis yang kini mulai menyamankan diri dalam dekapannya. Memelukkanya erat sekan tak pernah melepaskannya, dadanya seprti dijalari oleh sesuatu yang membuatnya hangat, otaknya tak dapat bekerja dengan normal hanya satu kata yang dia pikirkan.
“Saranghae”

Mata lentik itu terpejam, namun dapat dengan jelas dia mendengar suara bass yang selalu ia rindukan, diiringi alunan detak jantung yang sangat ia sukai membawanya kealam mimpi.
“Nado jeongmal sarang.”

----><----

A few days later


“Bisa kau perbaiki lampu kamar diujung lorong?”
Suara melengking memantul dinding-dinding menggema memenuhi ruang apartemennya.

“Aku akan memperbaikinya nanti, bisakan kita sarapan? aku sudah lapar.”
Siwon yang sibuk mengeringkan rambut menuju sumber suara membawa keluar seorang namja manis membawa banyak buku-buku tebal.

“Kau yang lama, apa kau juga fitnes didalam kamar mandi?”
Bibir pinkys mengerucut, tangan kekar itu mengambil buku-bukunya meletakkannya dimeja nakas tak lupa memberi kecupan singkat.
Terkekeh menuju dapur meninggalkan yang sibuk mematung.

Mata hazel memandang malas pria yang memakan pancake dengan tidak etisnya, bagaimanapun cara makannya sedikit berantakkan. tangan kanannya bersiap menyodorkan segelas air putih jika-
UHUK,UHHUK
-dia tersedak.
Dengan cepat tangan kekar menyambar gelas didepanya memandang namja manis yang sibuk mendesah menggelengkan kepalanya pelan. Tak habis pikir dengan tingkah namja yang memakan masakkannya dengan lahap. Apa lidahnya mati rasa?

“Masakanmu itu enak kyu~”
Puji siwon melanjutkan acara makan tak manusiawinya, membuar iris hazel memutar bola matanya malas.

“Aku yakin kau hanya membual, hal yang paling tidak bisa aku lakukan adalah memasak.”
“benarkah? namun lidahku seperti sudah menyukai masakanmu. Apa mungkin kau membubuhkan ramuan cinta?”
Tanya siwon dengan mata berbinar.

“Isshhhh... ck,ck,ck dasar kuda gombal.”
Meski mengelak, terdapat rona merah yang menjalar hingga telinga.

Acara sarapan agi mereka terasa sedikit canggung bagi kyuhyun, sedang siwon tak berhenti tersenyum melihat tingkah manis namja berkulit pucat mencoba menyembunyikan rona wajahnya.

Ponsel milik siwon bergetar menginterupsi, usai membaca pesan bibir joker menggapai sudut bibirnya memberi kecupan singkat.
“Bisa kau bekalkan masakanmu itu? aku harus pergi ke kantor.”
----><----

Choi’s office

Client dari perusahaan Tan meminta pertemuan disebuah restoran ternama, para kolega bisnis saling bersendau gurau dengan suasana yang masih terbilang formal. Para pelayan mulai menyajikan berbagai menu yang menggugah selera. Aroma yang menguar dibalik kepulan uap panas dari kuah sup dengan kaldu yang menggiur lidah siapa saja yang berada disana.
Kecuali choi siwon,

Dia masih dengan khitmat menunggu penyajian makanan selesai, dengan tenang dia mulai membuka kotak bekal yang sedari tadi bertengger manis dipangkuannya. Dengan hati-hati dia menata bekal, sesekali hidungnya tak tahan menghirup aroma masakan tersenyum ketika mengingat siapa yang memasak untuknya.

Sayangnya segala keindahan dalam kepalanya terhenti saat menyadari ada yang tidak beres dengan keadaan sekitarnya, semua karyawan bahkan client bisnisnya nampak menatap lekat kotak hitam bekal miliknya.
“Kenapa tidak langsung menyantap makanan?”

“Apa Sajangnim tidak ikut bergabung?”
Tanya Donghae lirih yang tepat disamping siwon.

“Aku sudah membawa bekal,”
ujarnya cuek mulai mengambil beberapa lauk.

“Ahahaha..., Ternyata sajangnim sangat menyukai masakan istrinya.” 
Canda seorang bawahan client mencoba mengakrabkan diri. Sayangnya itu langkah menuju kuburannya sendiri, bahkan donghae menegak ludahnya kasar melirik atasannya yang mulai menguarkan aura tidak menyenangkan.

“Aku belum menikah.”
Senyuman simpul menghiasi wajah, membuat beberapa mulut menganga menatapnya horor.

Sebut saja pertemuan yang seharusnya menyenangkan karena berada diluar kantor malah mendapat pengalaman yang lebih tidak menyenangkan bagi keduanya. Tujuan awal CEO Tan yang mencoba mengakrabkan diri malah membuat mood siwon semakin dilanda badai.

Sebenarnya makan siang formal ini akan berlangsung berjam-jam jika, sesuai rencana. Daripada terjebak dalam kecanggungan yang tiada berujung hangeng merasa untuk menghentikan pertemuan kali ini.

“Ada beberapa berkas pelengkap, beberapa jam lagi sekertarisku akan mengantarkannya ke kantor anda, terima kasih kerja samanya.”
Ya, hangeng tak ingin memperkeruh mood para karyawan ataupun rekan kerjanya, mengkambing hitamkan sekertaris bukanlah hal yang baru dalam dunia bisnis.

Sudah berjam-jam siwon menunggu orang yang dimaksud hanggeng, sang surya sudah mulai menempatkan diri diufuk timur dia ingin segera pulang bercerita tentang bekalnya hari ini.

Setelah menunggu 10 menit kemudian, siwon memilih agar donghae yang menemui sekertaris hangeng. Sungguh dia lelah dengan pekerjaanya yang cukup padat, ia menyusuri lrong dengan cepat namun seseorang menahannya.

Lagi, seseorang menyapa menggunakan banmal, Yunho, Jung Yunho begitu dia memperkenalkan dirinya dan memberi jabat tangan yang erat.

“Yo, Choi Siwon kau pasti lupa padaku. Aku rekan kerja istrimu, jadi dimana dia?”

“Istri?” 
alis tebalnya bertautan mengulang kata yang mungkin dia salah dengar.

“Yahh...., jangan berbohong. Aku melihatnya baru saja, aku tak menyangka dirimu yang berkata profesional nyatanya kau membawanya ke kantormu.”
Kali ini yunho memulkul bahunya perlahan,

“Aku.., aku tidak mengerti maksudmu.”
Bingung, itulah ekspresi siwon saat ini dia tak tahu harus menanggapi dengan bagaimana.

“Ya sudah, aku senang melihatmu. Sampaikan salamku ke Yuri.”
Pria bermata musang itu melambaikan tangannya, meninggalkan siwon masih berada di spot yang sama mencerna apa yang terjadi. Kepalanya mendadak berdenyut hebat, mungkin dia kelelahan.

Dengan sedikit tertatih siwon menuju tembok terdekat menyadarkan tubuhnya, matanya terpejam erat menahan pening luar biasa dikepalanya, jemarinya tak berhenti mengurut keningnya berharap nyerinya segera hilang.

Seseorang mengguncangkan bahunya membuatnya sedikit tersadar, Seorang wanita menatapnya dengan pandangan cemas.

“Gwenchana?”

Iris kelam itu melebar melihat sosok dihadapannya, sosok yang selalu ia harapkan dapat menemuinya, sosok yang selalu datang dalam pecahan ingatannya. Dengan terbata siwon menvoba mengingat satu nama yang membuatnya resah.

“Y-Yuri?”

----><----

(Thinking out loud _ Ed Sheeran)
won

Well, hari ini lebih melelahkan dari apa yang aku bayangkan. Jika tanpa bekalnya aku pasti akan memiliki mood yang buruk didepan para karyawanku. Namja manis itu nampak sibuk melakukan packing, sesekali menggaruk dagunya melihat hasil karyanya yang tak sesuai ekspetasi.

Iris hazel itu menatap lekat koper dengan isi yang.... uugghhh.... bibir cherrynya mengerucut, sesekali telunjuknya menekan-nekan ujung bibirnya. Apa dia benar tak sadar jika ada singa lapar yang ingin menerkamnya?

Perlahan kudekati dia, dengan langkah hati-hati aku berjalan dibalik punggungnya, kupasang senyuman ah bukan lebih tepatnya seringaian seorang predator kelaparan, Hampir.. 2 langkah lagi dan HAA-

“Ah, siwonnie hyung kau sudah datang.”
Reflek aku meraba dadaku. Lihatlah senyum kekanakannya apa dia sengaja ingin membuatku jantungan berbalik tiba-tiba, apa dia memang sudah merencanakan semua ini?

“Pakailah ini, lepas pakaian formalmu lupakan proyek-proyek menjenuhkanmu itu.” Dia memberian sweater bergambar karikatur kuda kepadaku, aku menatapnya bingung.

“Lalu apa yang akan kau lakukan dengan ini,” Aku menunjuk tumpukkan barang yang tak ingin aku ketahui didalam koper diatas meja makan kami.

“Aku ingin kita pergi berkemah”
Ajaknya menarik pergelangan tanganku.

“Sekarang?” Surai ikal kecoklatan bergoyang lucu menganggukkan kepalanya antusias.

Medan ekstreme terjal berbatu penuh tebih dan semak-semak yang sulit dilalui? Tentu saja aku tak menemukan satupun karena dia membawaku ke atap apartemen, aku terkekeh melihat hasil karyanya yang tak terduga.

Sebuah tenda , api unggun dan peralatan memanggang BBQ jangan lupakan beberapa kaleng soju merupakan menu wajib saat melakukan api unggun. Terdengar kekanakan namun aku benar-benar menukainya, banyak hal yang kami lakukan. berlarian saling kejar-kejaran, menyiapkan makan malam dan  mengambil beberapa foto selca tentunya. 

Ketika sang kegelapan menyelimuti langit biru kami, dia yang disebut malampun datang. Pria ini masih dengan nyamannya , dia tak tertidur dia sibuk dengan para manusia mini yang ada didalamnya, sibuk melompat kesana kemari. Sesekali pekikan membuatku sedikit berjingkat.

Aku sibuk mengalihkan perhatianku pada layar smartphone, meredam segala kegugupanku. Sudah ribuan kali aku merilirik saku belakang celana Levi’s terasa mengganjal, ditambah berat badan kyuhyun yang bertumpu padaku.

Namun posisi tak nyaman yang membuatku gusar, benda yang mengganjal itulah yang menjadi tersangka utama.

Aku mampir kesebuah tempat penjualan perhiasan ternama, sudah seminggu aku memesan sebuah cincin untuk mengikat janji suciku agar menjadi kenyataan.

‘when your legs don’t work like they used before, And i cant sweep you off of your feet. 
Will your still remember the taste of my love?’

Aku tersenyum melihat mimik terkejutnya, mata boneka yang menatapku penuh pertanyaan. Kulanjutkan lyric selanjutnya menunutunya disamping api unggun mengajaknya berdansa.
Kuulurkan tangaku meminta ketersediannya,
“Apa kita juga harus membuat video cover ed sheeran?”

“Lagu ini akan lebih menyenangkan jika dinikmati dengan berdansa.”
Dia menyambut uluran tanganku,

“Asal hyung tetap dapat berdansa dengan baik meski mengalami penganiayaan tak terencana. Selain masakanku yang buruk, aku juga buruk dalam dance.”
Aku terkekeh, merengkuh membawanya kedalam pelukanku dalam satu tarikan, membuat dia sedikit tersentak menabrak dada bidangku.

“h-hyung?”
Suaranya bergetar, menyembunyikan rona merahnya menelusupkan kepalanya seperti seekor anak kucing.

“Aku merindukanmu, biarkan seperti ini sejenak. malam ini banyak bintang menampakkan sinarnya?”
Kuhiup aroma lily vanila yang menguar diterpa angin.

“Bukankah kau sangat menyukai memandang bintang, Bisa kau cari siapa yang paling terang?” 
Kepalanya mengadah kelangit malam, kurentangkan tanganku setinggi mungkin menyembunyikan benda itu, beharap ia dapat menemukannya diantara bintang-bintang.

“Apa hyung membawa sesuatu berkilau?”
mata hazelnya menyirit mencoba memfokuskan padangannya ke arah sesuatu dalam genggamanku.

“Tidak, aku baru saja menangkap bintang, apa kau mau melihatnya?”
Bibir cherry menampakkan senyum indahnya, tertawa pelahan dengan gurauanku. Namun kakinya berjinjit mencoba  menggapai genggamanku.
Posisi yang sangat aku sukai saat dia meraba-raba tubuhku, mencoba menahan senyumku sebisa mungkin dihadapannya. Mata bulat itu berbinar saat berhasil menggapai genggaman siwon.

“Gotcha!!! Dapat!! cha..., apa yang ada didal-     hyung?”
Perkatannya terputus, dia menatapku dalam mencoba mencari sesuatu dibalik pandanganku. Aku tersenyum lembut, menggenggam jemarinya yang kini menjadi dingin.

“Aku tahu ini tidak seromantis yang kau bayangkan, namun aku sungguh ingin dirimu untuk bersamaku. will you be mine cho kyuhyun?”

Kristal bening meluncur indah menelusuri pipi chubbynya, bibirnya bergetar mencoba menyampaikan suatu kata tak hentinya dia tersenyum, seperti kehilangan kata-kata mata itu menatapku lekat enuh kerinduan dan sedikit rasa perih pilu didalamnya.

Jemari dinginya membelai rahang tegas milikku, menyatukan bibir cherry lembut miliknya, sungguh diantara kami berduapun kehilangan kata-kata. Hanya lantunan suara melankolis musisi berdarah inggris mengiringi malam sunyi penuh bintang.

‘So,baby now. Take me into your loving arms.
kiss me under the light of a thousand stars.
Oh, mybaby place your head on my beating heart

i’m thinkng out loud~’

----><----

at church


Siwon meraup wajahnya kasar tak mengerti bagaimana aku dapat melupakan janjinya kepada yuri. Sejak pertemuannya dengan yuri, aku meminta bertemu dengannya secara personal dia orang yang cukup sibuk sedang mereka kini berada diaula gereja.

Kyuhyun meminta agar segera mensurvey wedding organizer, sedangkan siwon kini lebih memberikan perhatian lebih pada ponsel ditangnnya.

“Bisakah kita tunda minggu depan saja kyu? Aku ada janji penting.”
Sebenarnya siwon sendiri tak ingin membuat kyuhyun kecewa, namun pertemuan ini sangat penting baginya dan bagi sebagian ingatanya.

“Kau sudah menundanya 2 kali, jika kau tak bisa melakukannya aku akan mengurusnya seorang diri.”
ujar kyuhyur denagn nada penuh kekecewaan, menggigit bibir bawahnya menahan amarah.

“Mengertilah kyu, ini tentang ingatanku.”

“Sudah kubilang, lupakan saja kita mulai dengan yang baru.”
Kyuhyun meledak, mata bulat itu menatap nyalang siwon. Kyuhyun memang tak menyukai ketika siwon mencoba menelusuri garis ingatannya yang hilang.

“Tidak semudah itu kyu, ada banyak hal yang ingin kuingat.”
Nada siwon meninggi menanggapi ledakan amarah kyuhyun.

“Jika itu maumu, namaku Cho Kyuhyun. Ulang tahunku tangal 3 Februari, Aku lulusan universitas Kyung Hee dengan gelar master menggambil gelar ganda. aku tak menyukai sayuran, aku sangat suka menyanyi, wine dan teobbokie.” 
Suaranya bergetar penuh penekanan syarat akan rasa kecewa yang begitu dalam.

“Kyu...,”
Siwon mencoba menggapai jemari kyuhyun, namun dia melangkah mundur.

“Bukankah kita akan menikah? jadi itu hal yang harus kau ingat.” 
air matanya kini mengalir, dengan bersusah payah ia menahannya. Kyuhyun benci terlihat menyedihkan ia meninggalkan siwon yang tak bergeming ditempatnya.

“Kyuhyun-ah!!”

Bagai suara siwon tak pernah didengar, pria pucat itu masih meneruskan langkahnya. Siwon tak tahan ia ingin mengejarnya namun Langkah itu terhenti saat ponselnya berdering menunjukkan nama seseorang yang ingin dia temui.

----><----

won
Twosome cafe

Aku tak dapat menyembunyikan senyumanku saat dia benar-benar datang meluangkan waktunya datang ketempat yang kami janjikan. Surai kelamnya yang tergerai lembut seperti dalam ingatanku, nampak tak berubah. Dan paling menarik adalah senyumannya.

“Yuri-ssi, Apa kau mengingatku?”
tanyaku menyerahkan buku menu, well aku menunggu cukup lama disini.

“Ya tentu saja, Choi siwon seorang direktur disebuah perusahaan ternama. Aku keperusahaanmu beberapa bulan yang lalu sebagai perwakilan atasanku namun kau tak menemuiku dan malah mengajakku kesebuah restoran.”
ujranya intens menatapku, sepertinya dia berkunjung dihari pertama kau bekerja.

“Begini, Ingatanku hilang karena kecelakaan, namun aku mengingat beberapa hal tentangmu. bisa tolong kau jelaskan apa yang terjadi?”

“Maafkan aku namun aku sepertinya tidak dapat memberikan banyak hal jika menyangkut masalah pribadi.”
Dia menghindar, segera mengemasi barang-barang miliknya dan mengambil mantel sebelum aku menahanya. Ini kesempatanku, aku tak dapat membiarkannya pergi.

“Bagaimana dengan hubungan kita?”
aku menatap langsung irisnya, sedangkan dia menatapku tak percaya seolah menangkap sesuatu dalam ingatannya.

“Kita memang pernah memiliki hubungan, namun itu sudah berakhir sangat lama.”
ujarnya mencoba melepas gengamanku dengan lembut.

“Tapi kaulah orang yang memberiku kenangan indah saat disini. Dalam ingatanku, aku melihatmu dalam kegelapan lalu kau membawaku ke sebuah jalan menuju cahaya di tempat ini, lalu semuanya menjadi putih. dan aku tak bisa mengingatnya.” jelasku meyakinkan semampuku, yah..., hanya dia satu-satunya harapanku tentang semua ingatanku.

“Maaf tapi aku harus buru-buru. Choi siwon-ssi”
Dia nampak gusar sesekali memperhatikan jarum jam yang terus berdetik melangkah cepat menuju pintu keluar.

“Bagiku kau adalah apa? Apa aku melakukan kesalahan yang besar terhadapmu? Apa sebegitu tidak pantas aku untuk mengetahui kebenaranya?”
Langkah itu terhenti,

“Kau sepertinya salah orang.”
Mata itu menatapku dalam, kemudian mengedarkan pandangannya keseluruh restoran, dia tersenyum lembut-

“Aku yang membawamu kemari tapi orang yang kau cari itu bukan aku, kita memang pernah memiliki hubungan namun itu sudah tak penting..”
Tunggu jika bukan dia-

“Lalu siapa?”

“Kau benar-benar tak mengingatnya?”

____ 8 years ago____

Seorang gadis berlari menarik lenganku, tak henti-hentinya dia tersenyum. Sesekali dia mengarahkan pandangannya kearahku. Aku hanya dapat pasrah mengikuti kemaunannya.
“Kenapa kau lama sekali cepatlah, kita akan terlambat!”

Kami tiba disebuah restoran, bukan kesan formal yang aku dapat seperti penampilan luar restoran yang kini telah menjadi pesta dadakan perayaan salah satu klub basket kampus kami, dan tentunya aku ikut sebagai tamu undangan perwakilan fakultas.

“Aku tidak percaya kau datang, bahkan lebih awal.”
Goda yuri pada seorang namja berambut ikal coklat eboni yang sibuk merapikan buku-buku miliknya, heol...., membawa ensiklopedi ke sebuah pesta apa dia menggunakan itu untuk melempari kepala orang yang mabuk?

“Hey, aku juga mahasiswa disini.” 
Ketusnya meski nampak dia kerepotan dengan barang bawaannya dia mencoba cuek. Tanpa sadar aku tersenyum karena tingkahnya. Iris coklat itu menatapku dengan pandangan bertanya.

“oh, dia choi siwon dari fakultas ekonomi. dan siwon dia yang aku ceritakan, dia memiliki IPK tertinggi semester ini lihat saja buku-bukunya.”
Ah...., sekarang aku baru ingat jika tiffany sering bercerita tentang teman smanya yang menyelesaikan perkuliahan lebih cepat darinya. Cho Kyuhyun, Aku kira dia seorang namja nerd yang aneh, nyatanya dia cukup manis. 
Ditambah tingkah sinisnya menambah kesan cute dirinya.

“Apa kau tidak bergabung?”
Jujur saja pandanganku tak berhenti untuk mentapnya, meski sebenarnya dia tahu namun sepertinya mencoba acuh lebih memilih benda hitam yang menggantikan buku-buku tebal miliknya.

“Aku tidak terlalu pandai menari.” ujarnya singkat usai mempause game miliknya.

“Kau hanya perlu menggerakkan tubuhmu mengikuti irama, ayolah.”
Aku menarik jemari lembut miliknya, tak kupedulikan tatapan sinis membunuh dari berbagai namja yang mengawasinya sedari tadi. Aku bahkan mengacuhkan yuri yang seharusnya menghabiskan malam denganku. Yang terpenting sekarang cho kyuhyun harus bertanggung jawab dengan perasaan aneh milikku mulai detik ini.

_end flashback_

“Karena dia genius dia adalah sunbaeku....-

-Cho kyuhyun.”
Nafasku tertahan sejenak, semua ingatanku padanya kini mulai memenuhi kepalaku. Kini aku mengerti kenapa dia bersikap seperti itu padaku, bagaimana ia menatapku, bagaimana dia berbicara kepadaku, membuat dadaku sesak.

Aku harus bertemu dengannya,
Tanganku bergetar mencari kunci mobil yang tak kutemukan disakuku, aku begitu panik, aku sangat ingin menemuinya saat ini. aku sangat ingin...,

Pandanganku mengabur, meluapkan emosi pada setir mobil. Aku berlari menuju apartemennya, mencoba menghubungi ponselnya dengan melangkah panik.

Perlahan aku mulai mengingat potongan kejadian tentanggnya, bagaimana dia memainkan rambut ikalnya saat kami berkendara, bagaimana dia mengawasiku dari ekor matanya, bagai potongan-potongan ingatan yang berhamburan aku ingin menggapainya.

Langkahku benar-benar tak tentu arah, beberapa bahu orang kutabrak tak peduli. 
Tempat itu nampak sepi,
Apa aku terlambat? Di tempat ini pertama kali aku berkencan dengannya, 
bagaimana aku bisa lupa? 
bagaimana aku dapat melupakan bagaimana aku mengecap bibir manisnya dibawah sinar lampu ujung blok apartemennya. Dia yang merengkuh tubuhku erat, berlari mengerjarku saat aku melakukan hal gila di tengah pengaruh alkohol.

Aku harus menemukannya, dimana kau?
Kepalaku terasa makin pening, namun aku abaikan tak ada waktu untuk ini. Aku menghentikan taksi pergi secepat mungkin menuju gereja.
Semoga kau disana, semoga kau berada disana sayang,
Dugaanku tak seperti yang aku harapkan, aula itu nampak sepi, aku tak menemukan siapapun bahkan aku tak menemukan henry, sepupunya. potongan ingatan itu kembali lagi saat aku berada ditaman gereja,
Disana,
Saat aku bercanda dengan adiknya dihari sebelum pernikahan kami, disana juga kami mengambil foto bersama. Bagimana dia tersenyum bahagia di hari itu,
Kenapa aku lupa?

Hari mulai gelap, lebih baik aku pulang menuju apartement. Dia pasti sudah pulang, dengan cepat aku menyusuri lorong-lorong apartement. Dimana kau sayang?
Namun yang aku temukan sepi dan nihil, tak apa siapapun disana hanya sebuah note diatas proyektor film.

‘Aku keluar sebentar.’

Sebuah proyektor film menyala menyinari ruang tamu yang gelap dan sunyi, Menampakkan sosok yang sangat ingin kutemui,
Malaikat yang tersenyum bahagia dengan tuxedo putihnya, surai madunya yang tergerai indah. Dia tersenyum dengan sangat manis, bahkan rona merahnya tak berhenti menampakkan diri. Aku yang berada disampingnya tersenyum percaya diri merengkuh pinggang ramping miliknya posesif, sesekali dia menyembunyikan wajahnya didadaku.

Aku tersenyum pahit, air mataku tak berhenti mengalir saat dia tersenyum bahagia. mataku menatap nanar bagaimana kami mengikat diri dalam janji suci di depan altar, kenapa aku dapat melupakan semua ini?

Air mataku semakin deras saat seorang bayi nampak menangis dengan kencang dalam sebuah video, desissan suara merdu menenangkan bayi itu dalam dekapannya. Tangan itu menepisku saat aku ingin menyentuhnya, aku mendengar diriku sendiri  tertawa membuat anakku sendiri menangis,
yah..., anakku, suho. Choi junmyeon.

Choi junmyeon kecil yang belajar bagaimana dia menapakkan kaki mungilnya menuju dekapan mommynya. Saat dia tertidur dalam dekapanku, mengenggam jemariku erat, jemari mungil suho yang tak melepaskan aku. 

Pandanganku menangkap sofa, sofa tempat kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingat ketika kyuhyun memarahi kami ketika bermain trampolin diatas sofa, bermain lempar tepung saat membuat kue ulang tahun kyuhyun, bagaimana dia berlari ke pelukan kyuhyun saat aku usai menjahilinya.
Dan dikamar itu,
dikamar yang selama ini aku anggap sebagai gudang, adalah kamar suho. Lukisan pohon maple yang tertutup oleh kardus-kardus besar menghalangi pandanganku. Berbagai coretan abstrak memenuhi diantaranya, lukisan dari jemari mungil anakku yang kini terasa hampa.
Hatiku nyeri, dadaku sesak bagai ditikam ribuan pedang, lututku lumpuh meraba sebuah nama hanggul.

“Choi Junmyeon.....,”
Bibirku bergetar , lirihku entah pada siapa, anakku kemana kau?
Daddymu yang bodoh ini telah melupakanmu, membiarkan mommymu berjuang sendiri. Kau pasti membenci daddymu kan? kau bahkan tak mengucapkan selamat tinggal padaku.

“Suhoo-ya..., mianhae~”
Aku tak becus menjaga mommymu, membiarkan dia memikul beban berat seorang diri. Jangan tinggalkan aku!!!
Putraku telah pergi, aku meraung memanggil namanya meski sia-sia...,

Tangan lembut itu merengkuhku erat, Tubuhku berguncang hebat tak mampu menerima kenyataan pahit. Bahuku basah karena air matanya, tak berhenti membisikkan kata cinta yang semakin membuat hatiku nyeri.

“Saranghae,...

Saranghae...-

Saranghae.”

“M-mianhae, B-baby m- m-.... ”

Kecupan lembut itu menghentikan kata-kataku,
Bibirku kelu untuk mengatakan satu katapun, sosok yang sangat aku rindukan kini merengkuhku dalam pelukannya, mencoba menghapus air mata dari sudut mataku. Dengan terputus-putus menahan derai air mata bibirnya tak berhenti bergunggam kata-kata manis untukku.
“Gwenchana,-
-gwenchana,-
-Gwenchana hyung, saranghae.”

 Iris coklat miliknya berderai air mata karenaku, bagaimana dia dapat menatapku dengan pandangan cemas setelah semua ini dilaluinya.

Bagaimana dia mencintaiku begitu dalam? 
Kurengkuh tubuh mungilnya, kudekap erat kyuhyun dalam pelukannya. Seketika tangisnya pecah, melepaskan beban dalam dirinya, nyanyian pilu penuh rasa sakit, jemarinya meremas erat kemejaku. 

Kukecup puncak kepalanya dengan lembut menyampaikan rasa rinduku, membelai surai ikalnya, menghirup aroma yang selalu kukenal dan akan selalu aku rindukan.
Tak ada kata-kata diantara kami, hingga isak tangisnya menjadi deru nafas yang teratur. Aku membawanya ketempat seharusnya dimana kami berbaring memberikan kehangatan masing- masing. Tempat dimana aku menghabiskan malam-malam bersamanya.

----><----

7 months later


Kulit lembut seputih susu hanya terbalut oleh kemeja yang menenggelamkan jemari-jemari lentiknya yang sibuk memainkan sebuah benda putih yang menunjukkan 2 garis merah didalamnya.
“Bagiamana jika minho? Choi minho, dokter mengatakannya jika dia seorang namja.” Jemari itu meletakkan test pack yang dia gunakan beberapa bulan yang lalu. Dirinya hanya masih sedikit terkejut dengan kedatangan malaikat dalam rahimnya yang kini menginjak bulan ke 6.

“Choi minho yang akan memiliki mata indahmu,”

“Padahal aku berharap minho akan memiliki kulit tan sepertimu.” Bibir itu mengerucut, membuat dia terkekeh pelan.

Lengan kekar masih setia memeluknya posesif membelai perut yang kini mulai sedikit membuncit, sesekali mengendus mencari aroma yang menjadi candunya diperpotongan lehernya. memberikan kecupan-kecupan kecil pada bahu polos yang tersingkap, membuat pemuda manis itu terkikik geli.

“Siwonnie~ ”
Nada manja itu mau tak mau menggelitik membuat pria atletis tersenyum menghentikan sentuhannya.

“My babykyunie, saranghae~”
Bisik suara husky ditelinganya.

“Nado,” lirih kyuhyun,

Jemari itu menangkup pipi gembil membuat mata mereka bertemu, iris kelam itu memandangnya sendu, mengecup bibir cherry itu lembut.
“Terima kasih telah mencintaiku sedemikian rupa, aku sungguh minta maaf karena tak dapat berada dalam sisimu saat waktu terasa menyakitkan ketika berjalan. Aku seperti seorang pengecut yang tak dapat melindungi keluargaku.”

Tangan lentik menelusuri rahang tegas miliknya, tak ada sepatah kata yang keluar hanya sebuah senyuman lembut. iris caramelnya sibuk mengamati garis wajahnya.
“Aku malah membuatmu semakin menderita, bagaimana kau masih tetap ada disisku?”

“Meskipun kau tak dapat mengingatku, akan mengucapkannya terus menerus kepadamu jika aku sangat mencintaimu.” 
Jemari itu berhenti dibibir jokernya, menyapu lembut dengan telunjuk mungilnya. sebuah kecupan dalam penuh akan rasa yang meluap menggebu-gebu di tengah sepinya malam mengukir rasa yang begitu dalam menerbangkan angan pilu menyampaikan sejuta rindu.

‘Aku bisa saja merasa sedih atas hilangnya banyak hal dalam hidupku, ingatanaku bahkan anakku. Namun aku merasa bahagia atasa apa yang aku miliki, kau yang selalu menjadi bagian hidupku dangan segala kepercayaan bahagian akan didapat bersamaku. 
Terima kasih sayangku yang telah mengingatku.’

“.... jangan lupakan aku....”
 
Happy cho kyuhyun’s day!!! 3th February.
I hope God will gave you health that you can kep singing gives happiness and your sincere love to us, your huge admirers.
Thank you for always smiling in front of us, even thoght we know you’re not all right. 
milky skin cho kyuhyun, 
forever cho kyuhyun!!!!

 

 

----><----

untuk americano autumn masih tetap lanjut hanya saja saya banyak sekali makalah, proyek dan persentasi yang mengunung. disela-sela perkuliahan jadilah~  
oneshoot at kyu’s day!!! 

 

#Happy0203KhyuhyunDay

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Lokikitten #1
Chapter 1: Oh ......oneshoot still better than nothing....
kyukyu2434 #2
Chapter 1: jadi suhonya kemana ?._.
novikyu
#3
Chapter 1: bener-bener sedih waktu baca diawal karena siwon yang lupa sama kyu tapi untungnya mereke kembali bersama dan bakal kedatangan calon malaikat kecil

yang jadi pertanyaan suho nya meninggal ya?
Kirachan1013 #4
awalnya nyesel.. sedih bgt..

kaya ya.. kesal gitu ama dad jadinya

tp syukurlah. lega akhinya happy ending huhuhu
keylaatit #5
Chapter 1: Sedih lihat dad lupa sama mom. Malah menganggap mom bukan siapa" ny dad.
Dan yunho knpa dgn yuri? Aq g setuju klu sama yuri. Mom lah yg pantas jadi wife ny dad
ratnasparkyu #6
Chapter 1: Nyesek di awal dan untungnya berakhir dengan bahagia ...