Seol Menghilang

Petak Umpet
Please log in to read the full chapter
* Haesoo selalu mengisi kegiatan luangnya dengan merajut. Ia memiliki persedian benang wol kualitas tinggi dari Ming. Meskipun statusnya menjadi wanita dengan gelar tertinggi di istana—sampai saat ini pun dirinya masih belum menyesuaikan dengan panggilan Hwanghu, Ratu sehingga ia lebih memilih untuk dipanggil dengan sebutan Lady Soo—seperti dirinya dulu. Hari ini ia kembali menyelesaikan kriyanya, ia merajut syal yang akan nanti akan dikenakan oleh putrinya saat musim dingin esok. Ia membayangkan putri kecilnya mengenakan syal yang dibuat oleh sang ibu membuat hatinya damai dan tanpa sadar ia tersenyum, ingin cepat-cepat menyelesaikan syal tersebut.             Hingga. Tiba-tiba, pelayan pribadinya—Jaehwa memasuki ruangannya, membuat aktivitasnya terhenti. Jaehwa menudundukkan kepalanya, sementara raut wajahnya cemas dengan kedua tangan yang dikepal dengan erat.             “ Mohon maaf, Hwanghu saya datang tanpa pemberitahuan, “ ucapnya.             “ Tidak apa-apa, Jaehwa ya. Apakah ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?”             Jaehwa berdeham, “ A—anu, i-itu. Pu—putri Seol..” Haesoo tertawa pelan menyimpan peralatan rajutnya di samping, “ Anak itu membuat ulah lagi?” Ia sangat mengenal putri satu-satunya tersebut. Seol yang selalu dikelilingi oleh Eun, Baek Ah, dan Jung membuat anak tersebut lebih menyukai permainan dan membuat ulah akibat paman-pamannya.             “ Putri Seol menghilang dari istana, Hwanghu.” ucap Jaehwa pelan tapi terdengar jelas oleh Haesoo. Haesoo bangkit dari duduknya berusaha mencerna informasi Jaehwa, tiba-tiba kepalanya seperti berputar membuat dirinya kehilangan keseimbangan jika saja Jaehwa tidak menopangnya untuk membantunya. Jantungnya berdebar dengan kencang sementara napasnya tidak beraturan.             Seol.             Dimana dirimu, nak.             “ Hwang—hwanghu. Tolong istirahatlah, kesehatanmu nanti menurun, “ ujar Jaehwa cemas dan membantu Haesoo untuk berbaring di tempat tidurnya-namun wanita itu menolaknya. Ia duduk di pinggir tempat tidurnya seraya mengatur napasnya, dan Jaehwa berteriak untuk memanggil pelayan di luar serta meminta pertolongan dokter istana.             “ Aku tidak bisa duduk disini dan tidak berbuat apapun. Anakku berada di luar istana dan aku tidak tahu keadaannya,”               Haesoo bangkit dari duduknya yang ditahan oleh Jaehwa. Ia menepis lengan Jaehwa dan keluar dari ruangannya menuju keluar kediamannya. Jaehwa menggeleng kepala dan berusaha mengejar ratu untuk mengubah pikirannya. Ratu Haesoo harus beristirahat untuk kesehatannya. Ia yakin gejala beberapa saat yang lalu akan terjadi lagi, jika Ratu keluar dari kediamannya dan Seol belum ditemukan. **             Baek Ah menghela napas ketika mendengar kabar keponakannya menghilang dari pelayan di kediamaan Seol. Raja sedang dalam pertemuan dengan para menteri—dan ia tidak bisa memberitahunya sampai pertemuan selesai. Pria itu menemui Jenderal Park yang tidak sengaja keluar dari pertemuan terlebih dahulu, dan ia pun menceritakan keadaan yang baru saja terjadi. Ekspresi Jenderal Park sama... raut wajah khawatir. Jenderal Park berjalan ke arah kiri-kanan terus menerus seraya menangkupkan tangannya di dagu seolah berpikir. Keduanya berharap pertemuan akan selesai tidak lama lagi.             Beberapa waktu kemudian pintu ruangan tahta terbuka dan para menteri keluar seraya bergumam kecil membicarakan hasil pertemuan dengan raja yang tidak memuaskan mereka. Setelah memastikan semua menteri keluar, Jenderal Park dan BaekAh memasuki ruangan tahta dan menutup pintu di belakangnya. Raja Gwangjong sedang membaca beberapa laporan sebelum akhirnya menyadari keberadaan kedua orang kepercayaannya.             “ Pyeha...” salam keduanya.             Gwangjong menutup laporannya dan menerima salam keduanya—sesungguhnya hal yang tidak perlu dilakukan oleh Jenderal Park dan Baek Ah karena keduanya akan selalu diterima olehnya tanpa salam.             “ Hamba mendapat kabar bahwa Putri Seol menghilang beberapa waktu di istana, Yang Mulia.” ujar Jenderal Park. Baek Ah menatap Jenderal Park yang penuh keyakinan dan ketenangan—ia tahu jika ia yang memberitahu kabar tersebut, dirinya tidak akan tenang seperti yang Jenderal Park lakukan.             Gwangjong terkesiap dan beranjak dari tahta dan menghampiri keduanya. Baek Ah tidak dapat menjelaskan ekspresi wajah kakaknya—ia melihat gurat kemarahan, kekesalan, kekhawatiran, dan terutama kehilangan. Raja tidak berbicara apapun dan berjalan meninggalkan keduanya di ruang tahta dan Baek Ah mengikuti di belakang langkah Gwangjong. Dirinya tahu kemana langkah kaki Raja melangkah.             “ Apakah dirimu juga mendapat kabar kondisi Soo ketika mendapat kabar ini, Baek Ah ya?” ujar Wangso—kini pria di hadapannya bukanlah Raja Goryeo, Gwangjong yang ditakuti oleh para menteri dan lawan politiknya. Pria itu adalah kakaknya, Pangeran Wangso. “ Kau pergilah terlebih dahulu ke paviliun putri. Aku akan menyusulmu setelah menemui memastikan keadaan Haesoo.” ujar Wangso.             “ Baik, Yang Mulia,” sahut Baek Ah. Pria itu membungkukkan badan sebelum meninggalkan Wangso menuju arah berlawanan. Sepeninggal Baek Ah, Wangso menatap punggung adiknya dan menghela napas kembali melanjutkan perjalanan menuju kediaman Haesoo. Di saat seperti ini ia mengutuk ayahnya yang membangun ruang taht
Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
katriananovera #1
Chapter 1: Benar2 anak SoSoo seol ini. ^^
DarkestAngel #2
Chapter 1: Anak nakal ini