Minah

we Love You Jeno
Please Subscribe to read the full chapter

" hei Josh, sudah lama tidak bertemu. "wanita itu tersenyum pada daddy. 

" maaf bos aku lupa memberi tahu jika nona Minah akan ikut bersama kita ke London, Mr. Holland yang  memintanya. " uncle Taylor menjelaskan.

" nona ? kau belum menikah ? bukankah kau tahun lalu akan menikah ? "

wanita itu hanya bersandar ke pintu, mengalihkan pandangan keluar. dengan malas dia menjawab,

" si brengsek itu berselingkuh. " 

mommy yang sedari tadi diam, mulai bertanya,

" harus ya kau satu pesawat dengan wanita itu Josh ? memangnya apa peran dia dalam pekerjaanmu ? "

ketika uncle Taylor hendak menjawab, mommy memotongnya dengan nada dingin, 

" aku bertanya pada Joseph,  bukan padamu Taylor. "

" Minah ini salah satu anak pemegang saham terbesar di hotel yang aku rancang di London, karena bangunannya sudah jadi sepenuhnya, maka dia datang mewakilkan. besok kami akan rapat .  aku datang kesana untuk acara pembukaan. " daddy menjelaskan.

mommy hanya menatap datar. lantas dia menghela napas,

" terserah padamu kalau begitu, aku tidak mau ikut campur. kalian cepat tidur sudah malam. " mommy beranjak pergi ke kamar.

kukira mommy dan daddy, akan melakukan salam perpisahan. tapi ternyata tidak. mommy pasti menangis malam ini, kulihat tadi dia seperti menahan tangis. ketika daddy akan mengejar mommy, auntie Minah menghentikannya, 

" Josh kita harus bergegas, aku tidak mau kita terlambat besok. "

daddy hanya diam, lalu perlahan beranjak pergi. bahkan dia tidak pamit pada kami.

------------------------------------

pagi ini, hanya aku dan Jinri yang sarapan. Mommy sudah berangkat tadi pagi, jadi tidak bisa ikut sarapan bersama kami. 

" kau kenapa dengan matamu ? " kulihat matanya sembab seperti habis menangis.

dia hanya diam tidak menjawab. kemudian dia menangis,

" aku, aku .. tidak bisa tidur semalam, hiks .. hiks. ketika aku haus ingin minum didapur. kulihat mommy duduk diruang tamu sedang menelpon seseorang. aku tidak tahu siapa yang mommy telepon. "

" lantas, apa yang membuatmu menangis ? " aku bertanya kembali.

" mommy, mommy sedang menangis terisak oppa. aku .. aku .. aku takut oppa, hiks .. hiks. "Jinri kembali menangis.

aku hanya terdiam mendengar ucapannya. baru kali ini aku mendengar Jinri bercerita tentang perasaannya. aku pun bangkit memeluknya. dia semakin menangis. ku usap lembut kepalanya.

" sudah jangan menangis. kita akan baik-baik saja, dan mommy mungkin sedang ada masalah. kau tidak usah khawatir, arraso ? " aku mencoba menenangkan Jinri.

dia mengangguk, kemudian kami bergegas ke sekolah. didalam mobil aku hanya diam, memikirkan banyak hal. aku terus melamun hingga sampai di sekolah. kemudian aku turun dari mobil, dan ketiga sahabatku sudah menungguku di pintu masuk. aku  berlari memeluk mereka, kami berjalan bersama menuju ke kelas. 

aku hampir lupa, kalau pelajaran pertama adalah olahraga, dan berarti aku harus bertemu dia. kami segera berkumpul di lapangan. Mr. Kang menjelaskan materi pelajaran hari ini. aku berusaha fokus mendengarkan penjelasannya. materi hari ini adalah basket, aku sedikit mengetahui tentang jenis olahraga ini, karena kebetulan daddy sangat menyukai basket. dia menunjuk kami berempat untuk memberi contoh tentang permainan basket. diantara kami berempat hanya aku dan Suho yang lumayan bisa. sedangkan Sehun dan Luhan mereka sangat payah. 

dia memperlakukan aku sama dengan murid lainnya. tapi sesekali dia melirik kearahku, dengan senyum yang agak dipaksakan menurutku. aku  membalas senyumannya, karena bagaimanapun dia guruku sekarang. tiba-tiba Miss. Park menghampiriku, dia bilang auntie Jessica menjemputku ke sekolah. aku khawatir dia membawa berita buruk. dan benar saja, Jinri pingsan di sekolah, dan dia dirumah sakit sekarang. 

aku bergegas ke kelas, untuk mengambil tas. tidak sengaja aku berpapasan dengan Yi seul di lorong sekolah, kami hanya menatap satu sama lain tanpa ada senyuman di wajah kami. aku pun berlalu melewatinya. aku sangat gelisah di dalam mobil. auntie Jessie, menenangkanku, dengan mengelus - elus punggungku. aku hampir menangis tapi aku tahan. sampai dirumah sakit, aku berlari menuju ruangan Jinri. didepan ruangan hanya ada uncle Donghae, grandmom Liu dan grandad Liu. mereka langsung memelukku ketika kami bertemu. 

" Jinri bagaimana, apakah dia baik ? " aku bertanya pada grandad Liu.

dia hanya tersenyum. lantas menjawab, 

" tidak apa boy, dia hanya kelelahan. kau bisa melihatnya. "

aku  masuk ke ruangan, kuhampiri Jinri yang sedang tertidur lelap dengan selang infus di pergelangan tangannya. wajahnya nampak lelah. aku pun mengelus kepalanya, auntie Jessie menghampiriku dia duduk di sebelahku. 

" SooJung sedang ada photoshoot tadi , jadi dia tidak bisa segera kesini. mungkin sore nanti dia akan datang. "

aku hanya menoleh kepadanya,  tidak berniat menjawab. 

auntie kembali mengusap-usap punggunggku. mungkin wajahku sekarang terlihat amat khawatir. bagaimana tidak ? diantara aku dan Jinri, dia lah yang paling banyak kegiatan. Lomba ballet, latihan ballet, Les piano belum lagi dia mengikuti kompetisi piano. di sekolah dia juga mengambil eskul teater. memang itu atas keinginnanya sendiri, tapi daddy dan mommy tidak melarangnya, meskipun bagiku ini agak berlebihan. dan kurasa dia sudah tertekan, sehingga kelelahan dan akhirnya berakhir dirumah sakit. dan yang paling aku tidak suka adalah, mereka yang harusnya hadir pertama kali lebih mementingkan pekerjaan. aku mulai tidak suka dengan keadaan ini. 

aku pergi makan dengan uncle Donghae dan auntie Jess di kantin rumah sakit. uncle Donghae bertanya seputar sekolahku. aku hanya menjawab sekenanya. aku makan tidak berselera. auntie Jess menerima panggilan dari mommy, kulihat dari arah pembicaraannya mommy tidak bisa datang sore ini, ka

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ssgsperera #1
Chapter 37: Nice story author but jinri's part is really sad.
Please write more kryber stories author. Thank you....
AlbertCiero #2
Chapter 13: Next author next, i hope it will be happy ending. Fighting