Chapter 3: First Sight

The Silent Agreement

EXO’S POV

“Aku penasaran kenapa kita nggak pernah ketemu Juno di studio.” Ucap Sehun di dalam van yang berisi anggota EXO lainnya. “Memangnya mereka latihan dimana, sih?”

Chen menoleh dari handphone miliknya. “Kau kenapa, sih? Kalau ku hitung, sudah sekitar seribu-dua-ratus-tiga-puluh-enam kali kau menyebut nama Juno dari semalam!”

Sehun mengangkat bahunya. “Aku penasaran. Aku mau kenalan dengan mereka. Wae, yo? Memangnya aku salah?”

Suho ikut bergabung di obrolan ini. “Kemarin aku bertemu dengan Minho. Ternyata Shinee juga belum pernah bertemu dengan mereka.” Dia menoleh dari kursi depan. “Lalu sorenya aku bertemu Sunny Noona, dan ternyata SNSD juga nggak pernah menjadi mentor Juno. Bahkan mereka baru melihat wajah Juno di MuBank.”

Kai menepuk tangannya. “F(x) juga nggak tahu apa-apa soal Juno.” Dia melanjutkan. “Gosip yang beredar di kantor, Juno memang dirancang untuk jadi misteri dan hanya muncul di depan idol SME di waktu-waktu tertentu saja. Tapi sayangnya nggak ada yang tahu jadwal mereka.”

“Jadwal mereka jelas, kok.” Tiba-tiba suara Manajer Hyung yang duduk di kursi kemudi terdengar.

Sehun kembali bersemangat. “Ah, jadi kau tahu jadwal mereka, Hyung? Sekarang dimana mereka? Bisa kita kesana sebelum latihan?”

Manajer Hyung berdecak. Kesombongannya muncul saat dia merasa anak-anak asuhnya membutuhkan bantuannya. Menyebalkan. “Yah, jadwal mereka lebih jelas dan teratur daripada jadwal idol SME lainnya. Kenapa dibuat detil? Karena jadwal kita dan idol lainnya nggak boleh bentrok sekali pun dengan mereka.”

Chanyeol yang dari tadi hanya menjadi pendengar akhirnya ikut bicara. “Jadi sekali pun kita nggak akan bisa ketemu mereka, Hyung?”

“Ya, bisa jadi begitu.” Manajer Hyung mengangguk. “Ini sebenarnya rahasia, tapi aku kasih tahu kalian, ya. “

Kelima anggota EXO yang ada di dalam van mencondongkan badannya ke depan mendekati Manajer Hyung.

“Ah, masa aku membocorkan rahasia. Nggak jadi, deh.” Ucapnya.

Aish. Sungguh menyebalkan!

Manajer Hyung tertawa sombong. “Yang jelas, kalaupun kalian bertemu dengan Juno, mereka tidak akan mengeluarkan ucapan apa pun. Jelas ditulis di kontrak mereka kalau selama setahun mereka tidak boleh melakukan kontak dengan artis SM. Tapi yah, mereka malah latihan koreografi beberapa lagu EXO, jadi kayaknya akan ada masanya mereka tampil bersama kalian.”

Chanyeol bersedekap. “Tapi apa tidak akan aneh dan berantakan kalau kami tidak latihan bersama, Hyung?”

Manajer Hyung mengangkat bahunya. “Maka itu kalian akan diberikan alternatif formasi tarian. Jadi siap-siap saja kalau sewaktu-waktu kalian diminta untuk tampil dengan formasi khusus itu, pasti Juno akan tampil bersama kalian.”

Suho menepuk tangannya. “Aaaah.. Jadi itu lah saatnya kita baru bisa bertemu mereka.” Suho menoleh ke kursi belakang. “Bagaimana kalau setelah show bersama mereka, kita langsung menarik mereka ke ruang ganti dan maksa mereka untuk ngobrol?”

Sehun memicingkan matanya. “Kenapa harus ditarik, Hyung? Kau bicara seperti mau menculik mereka.”

“Dia memang . Pikirannya kotor.” Ucap Chen berdecak.

Manajer Hyung berbelok di tikungan terakhir sebelum mobil mereka sampai di studio. “Tidak akan bisa. Juno sudah dikelilingi oleh bodyguard yang akan menghalau artis SM mendekati mereka. Coba saja.”

Setelah sampai di gedung studio rekaman SM, para anggota EXO berjalan menuju Studio 2 tempat mereka akan merekam lagu baru EXO. Tapi di lorong menuju Studio 2 ditutup oleh beberapa orang yang terlihat seperti bodyguard. Semua nggak bisa melihat apa yang terjadi dibalik para pria tinggi dan kekar itu. Tapi Chanyeol, yang paling jangkung, berjinjit dan melihat beberapa orang yang baru keluar dari Studio 2.

Chanyeol menutup mulutnya. “Juno! Itu Juno!” Dia bertingkah seperti fanboy yang baru bertemu dengan idolanya.

Suara baritonnya yang besar terdengar sampai semua orang jadi kaget dan tiga orang perempuan itu menoleh.

 

MICHA’S POV

Rasanya aku ingin menarik rambutku sampai lepas dari kulit kepala ku saat ini. Juno sedang di Studio 2 SM dan sedang merekam lagu baru yang akan jadi soundtrack dari film “Appa Saranghae”. Lagu ini sederhana, dinamikanya nggak sulit dan aku juga nggak perlu mengeluarkan usaha yang terlalu besar dalam menyanyikannya. Tapi tema lagu ini yang membuatku down.

Tema tenatang Appa-Ayah.

Sejak lagu ini ditawarkan ke Juno dan kami membaca liriknya, aku nggak bisa menahan air mataku. Appa meninggal saat umurku 12 tahun karena kanker. Rasa sakit saat melihat peti jenazahnya masuk dan terkubur di dalam tanah masih terasa perih bahkan hingga kini. Eomma meninggal saat melahirkan ku, walau begitu Appa tidak menikah lagi dan merawatku sendiri. Itulah mengapa aku sangat dekat dengan Appa. Dan lagu ini terasa menusuk hatiku.

appaya yakhaejijima

bissogeul georeodo nan gamsahanikkan

appaya eodireul gaya

dangsinui maeumcheoreom sal su isseulkka

 

Dad don’t get weak

I’m thankful even if I have to walk in the rain

Dad where do I go

So I can live like your heart did

 

Jangan tanya berapa kali aku menangis saat rekaman saat bagian ku harus direkam. Mata ku sampai bengkak dan nafas ku sesak. Hati ini rasanya mau meledak. Berkali-kali kami harus break dan aku rasa produser lagu dan film ini agak kesal. Aku hampir menyerah menyanyikan lagu ini, tapi Haneul Eonni dan Sangin Eonni terus menyemangati ku. Akhirnya aku mencoba untuk yang kesekian kali hingga akhirnya aku bisa menyanyikan bagian ku dengan baik dan rekaman pun selesai.

Aku menyeka wajahku dengan kedua tanganku. Jadwal rekaman yang seharusnya tiga jam molor menjadi enam jam. Aku merasa bersalah kepada semua orang yang membantu rekaman pagi ini, tapi mereka mengatakan nggak masalah, yang penting aku bisa tersenyum lagi. Aku memberikan senyuman tertulus ku pada mereka semua.

“Ah, sekarang kita bisa pulang, Micha. Ayo istirahat.” Ajak Haneul Eonni menarik tangan ku.

Aku tersenyum. “Kaja! Ayo pulang dan pesan Jajangmyeon dekat apartemen kita, Eonni. Aku yang bayar.”

“Aku pesan dua porsi, ya. Aku lapar sekali.” Cengiran usil khas Sangin muncul.

Haneul menggelengkan kepalanya. “Aku iri pada mu Sangin, Makan seberapa banyak pun kau tetap kurus. Andai aku bisa seperti mu.”

Sangin mengangkat bahunya. “Aku terlahir y, Eonni. Sudahlah, ayo pulang!” Sangin menarik tangan Haneul dan keluar dari Studio 2.

Aku menarik nafas panjang dan mengikuti langkah mereka. Di luar Studio sudah berdiri beberapa bodyguard yang akan mengawal Juno ke van kami. Tapi tiba-tiba terdengar suara bariton yang membuat kami semua kaget. Aku menoleh ke arah suara itu dan hampir ikut berteriak.

Chanyeol! Itu Park Chanyeol!

 

CHANYEOL’S POV

Daebak! Akhirnya aku melihat langsung wajah Juno!

Tiga perempuan melihat ke arah ku. Tapi yang menarik perhatian ku adalah si Kaukasian, Lead Vocal Juno yang berdiri di belakang. Rambutnya terlihat berantakan, wajahnya pucat dan matanya bengkak. Sepertinya dia habis menangis. Ah, aku nggak tahan melihatnya.

Bagaimana bisa seorang cewek tetap cantik walau habis menangis? Dia menatapku dengan mata bulatnya. Sepertinya warnanya biru, atau abu-abu? Aku nggak bisa melihat jelas. Matanya sangat-sangat-sangat menarik. Bibirnya terbuka karena kaget mendengar ku sepertinya.

Aku melambaikan tangan ku. Lalu mengepalkan tangan kanan ku dan berbisik “Fighting” ke arah Lead Vocal Juno. Micha? Namanya Micha, kan? Dan setelah itu dia mengerjapkan matanya dan memberikan senyuman kikuk dan balas melambaikan tangannya. Dia membungkuk dan tersenyum lebih lebar saat teman-temannya menarik tangannya pergi.

Sayang para bodyguard itu masih menghalangi jalan kami. Aku berjinjit lebih tinggi untuk melihat kemana arah mereka pergi. “Micha! Bye, Micha!! Bye-bye!!” Aku berteriak menggodanya, dan dia menoleh ke belakang dan tertawa. Senyum dan tawanya benar-benar menarik.

Bahkan setelah mereka hilang dari pandangan ku, dan para bodyguard itu pergi, senyuman bodoh masih terpasang di wajah ku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet