Meeting

My Handsome Tutor

Aku berusaha berlari dengan cepat. Sial, kenapa harus hujan sekarang, sih? Baru saja aku turun dari bus tahu-tahu hujan turun. Apa tidak bisa menunggu sampai aku masuk ke dalam rumah? Huh.

Yang jelas, sekarang, aku sedang berlari sambil berhati-hati agar tidak terpeleset karena jalanan sangat licin. Untung saja tasku anti air, sehingga bisa kugunakan sebagai pengganti payung.

Setelah sampai di depan rumah, aku langsung membuka pintu. Oh ya, rumahku tidak miliki pagar. Rumah-rumah disekitarku juga tidak ada yang memiliki pagar dan aku tidak tahu kenapa.

Aku pun menutup pintu setelah menginjakan kaki di dalam rumah. Aku melihat sepasang sepatu yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dari modelnya, aku bisa tahu itu adalah sepatu laki-laki. Sepatu Appa? Tidak mungkin, ia baru akan pulang dari Busan satu bulan lagi.

Masih bingung, aku pun melangkah masuk. Di ruang tamu, aku melihat Eomma sedang duduk bersama laki-laki. Aku tidak bisa melihat wajah laki-laki itu karena tubuhnya membelakangiku.

Eomma yang sedang tersenyum sambil mengobrol dengan laki-laki itu, menoleh kearahku setelah menyadari keberadaanku. "Kau sudah pulang, Jiyeon-ah!" seru Eomma kepadaku. "Kemari!"

Saat baru akan melangkag, laki-laki itu menoleh kepadaku. Mata kami pun bertemu. Aku melongo. Dia sangat tampan, seperti model. Hidungnya mancung dan rambutnya ditata keatas, menunjukan dahinya. Ia tersenyum kepadaku namun aku tidak membalas karena aku sedang tersipu sekarang.

Kesal karena aku tidak kunjung menghampiri mereka, Eomma bangkit dan menarikku. "Ini yang namanya Ryu Jiyeon," kata Eomma kepada laki-laki itu. Mau tidak mau, aku membungkuk sedikit ke laki-laki itu.

Kemudian laki-laki itu berdiri dan membalas membungkuk. "Namaku Lee Soohyuk. Mulai besok aku akan menjadi guru privatmu."

Tunggu?

Guru privat?

Aku menatap Eomma dengan bingung. "Apa?"

"Dia akan menjadi guru privatmu," jawab Eomma sambil tersenyum bangga. "Aku tahu nilaimu menurun dan sepertinya kau butuh pelajaran tambahan di rumah."

"Eh? Tidak, Eomma! Aku bisa belajar sendiri-"

Belum sempat menyelesaikan omonganku, Eomma sudah menutup mulutku dan tertawa canggung kepada laki-laki bernama Soohyuk itu. Soohyuk juga hanya membalas tersenyum canggung.

Laki-laki tampan bak model di depanku ini akan menjadi guru privatku tanpa sepengetahuanku. Bagaimana aku bisa tenang?

Kemudian aku tersadar kalau aku sedang basah kuyup sekarang. Wajahku memerah. Aku pasti terlihat sangat jelek. Eomma tidak berkata apa pun, mungkin ia tidak menyadari keadaanku sekarang karena adanya laki-laki tampan dirumah.

"Aku ke kamar dulu!" seruku sambil berlari ke kamar.

Soohyuk pasti mengira aku orang yang aneh dan ceroboh. Aku benar-benar bodoh telah muncul dihadapannya dengan tampang konyol seperti ini. Seharusnya aku langsung masuk ke kamar tanpa menghiraukan Eomma yang memanggilku tadi.

Setelah selesai mandi dengan air hangat dan berpakaian, aku sedang mengeringkan rambut menggunakan hari dryer saat Eomma mengetuk pintu kamarku.

"Jiyeon-ah, ayo makan!"

Aku meletakan hair dryer-ku dan berjalan keluar kamar. Betapa terkejutnya aku saat melihat Soohyuk sedang duduk berhadapan dengan Eomma di meja makan. Aku menganga; aku tidak menyangka ia akan ikut makan malam di rumahku.

Eomma nyaris berteriak kepadaku setelah melihatku hanya terdiam di depan kamar. Aku segera berlari dan duduk di sampingnya. Aku melirik Soohyuk dan ia juga melirikku, lalu tersenyum. Aku membalasnya dengan senyuman kecil dan langsung memasukan nasi ke dalam mulutku.

"Soohyuk juga mengajar di tempat lain," kata Eomma, terlihat bangga.

Maksudku, kenapa dia membanggakan anak orang lain?

"Keren," jawabku singkat sebelum melahap kimchi.

"Dia ahli dalam matematika," kata Eomma lagi. "Bukan begitu, Soohyuk?"

Soohyuk hanya mengangguk sambil tersenyum. Aku memutar bola mataku. Eomma harus berhenti membanggakan dia.

"Kalau ada tugas yang tidak kau mengerti, silahkan tanya padaku," kata Soohyuk kepadaku.

Aku tersenyum untuk membalasnya. Sebenarnya aku ada tugas matematika yang harus di kumpulkan besok, namun aku terlalu malas untuk meminta bantuannya dan aku terlalu lelah untuk belajar.

Makan malam ini rasanya berlangsung sangat lama dan Eomma terus-terusan mengajaknya bicara. Ia menanyakan hal-hal yang menurutku tidak penting seperti dimana ia bersekolah dulu, dan lain-lain.

Jangan salah paham, aku bukannya tidak suka dengan Soohyuk. Dia terlihat seperti orang yang baik dan pintar, namun kehadiran dirinya disini tidak ada izin dariku. Eomma dengan enaknya mencarikan guru privat untukku tanpa berdiskusi dahulu. Huh.

Setelah makan malam selesai, Soohyuk pamit pulang. Eomma menyuruhnya untuk tinggal lebih lama karena diluar masih hujan, tapi ia menolak. Akhirnya ia pulang sambil membawa payung milik kami karena ia tidak membawa.

"Selamat malam," kata Soohyuk dengan sopan. Ia membungkuk sedikit dan aku juga melalukan hal yang sama. Kemudian ia menatapku dan lagi-lagi mata kamu bertemu. Ia tersenyum.

Senyumannya sangat manis dan sangat menenangkan saat dilihat. Wajahku memerah dan jantungku rasanya berdegup cepat.

Soohyuk pun membuka payung dan melangkah keluar rumah.

Entah mengapa, rasanya aku ingin hari esok cepat datang.

 

Kemudian aku teringat dengan tugas matematikaku. Seharusnya aku menyuruhnya tetap tinggal dan membantuku!

Penyesalan memang selalu datang terakhir.

 


 

Author's note:

Halo! Terima kasih sudah baca! Tolong kasih feedbacknya di comment dan jangan lupa upvote kalo berkenan <3

p.s: haruskah aku buat ff ini jadi rated m?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
BabyBlaze
#1
Chapter 1: Could you perhaps do an English version of this?