Bitter

Come and Read the One Shots!

Bomi mendapati foto Jiho dan Seolhyun bergandengan tangan di handphone yang sendari tadi ia coba rebut dari tangan Eunji. Eunji meringis, nggak seharusnya Bomi tau dengan cara begini.

“Sorry, gue pikir ini cuma boong doang tapi…”

“Gue mesti balik”, tukas Bomi.

“Gue anterin balik ya, apa gue panggilin taksi? Atau gue telpon Jihoon aja gimana?” Eunji menawarkan banyak cara supaya gimana caranya malam itu Bomi nggak pulang sendiri. Bomi menggeleng. Justru sendiri adalah hal yang amat sangat dia butuhin saat ini.

Bomi pamit. Dia jalan ke arah halte bus nggak jauh dari tempat internshipnya. Dia tercekat, seolah-olah nafasnya nyangkut dan dia butuh dua kali tarikan setidaknya untuk bisa bernafas. Matanya panas. Tapi dia nggak mau menarik perhatian orang-orang. Ujung-ujungnya dia manggil taksi.

“Han gang”, katanya singkat.

                                                                                                                ***

Bomi duduk di salah satu bangku taman yang jauh dari keramaian. Bahkan dulu pas awal-awal Jiho dan dia pacaran, Bomi takjub gimana bisa Jiho nemu tempat seterpencil ini di daerah Han gang. Dia mengeluarkan dua botol soju dan menuangnya ke gelas kertas kecil. Pahit, banget. Bomi bahkan nggak suka dengan rasa pahit soju tanpa rasa yang biasa diminum cowok-cowok. Tapi bahkan rasa pahit yang kebangetan itu nggak bisa ngalahin apa yang dia rasakan malam itu.

Parahnya, setiap pahit yang ia telan lewat soju teringat semua kenangan yang pernah dia buat sama Jiho. Bahkan di tempat seterpencil ini. Saat mereka diam-diam pacaran di belakang Jihoon karena Bomi tau banget Jihoon bakalan ngegantung dia kalau tau dia dan Jiho pacaran. Jihoon, kakak kembar Bomi sekaligus sahabat Jiho selalu mengingatkan, siapapun temannya nggak ada yang boleh nyentuh Bomi. Apalagi pacaran.

Tapi Jiho nggak peduli. Jiho suka sesuatu yang terlarang. Dia ngelanggar kode etik yang ditetapkan oleh sahabatnya sendiri dan macarin adik kembarnya secara diam-diam. Dia merasa tertantang. Jiho suka sesuatu yang terlarang, dan Bomi pernah jadi sesuatu yang terlarang buatnya hingga akhirnya mereka ketahuan. Walau banyak drama, akhirnya hubungannya dan Jiho mau nggak mau diterima Jihoon karena Bomi semalaman nangis.

Jiho suka sesuatu yang terlarang, hal itu bikin dia tertantang. Sayangnya kini Bomi bukan sesuatu yang terlarang, bukan sesuatu yang bisa bikin dia segitu usaha supaya ngedapetin apa yang dia mau. Bomi ada saat dia butuh dan dia nggak perlu usaha akan hal itu.

Makanya Jiho mencari sesuatu yang terlarang. Dan di belakang Bomi, diam-diam dia main gila sama teman masa kecil Bomi sendiri, Seolhyun. Seolhyun yang baru pulang dari Jepang dan menginap sementara di rumah Bomi sampai apartemennya selesai direnov. Seolhyun yang pernah dikenalkan ke Jiho sebagai “teman sampai mati” Bomi. Seolhyun yang pernah ngasih surprise ulang tahun buat Bomi bareng Jiho. Seolhyun yang dijanjikan akan jadi bride’s maid Bomi saat nanti dia dan Jiho menikah. Seolhyun yang…

Bomi menuang kembali soju ke dalam gelas kecil dan menegaknya. Pahit. Tapi malam itu nggak tau pahitan mana, sadar akan semua khalayan soal masa depannya dan Jiho sebatas khayalan atau melihat sahabatnya sendiri menusuknya dari belakang.

Dada Bomi sesak. Pengaruh alkohol kah? Dia menundukan kepalanya. Memeluk erat tubuhnya yang mulai merasa dingin dengan hembusan angin malam. Bomi mencoba menafas, tapi nafasnya tercekat. Tertahan. Begini kah yang namanya sakit hati karena putus. Di sampingnya duduk seseorang.

“Gila, lo ngapain aja sama si Jiho di tempat sepi begini?”, tanya Jihoon.

“Kok lo tau gue di sini?”

“Bahkan lo ngumpet di bawah tanah juga gue bakal tau”, balas Jihoon. Setelah itu nggak ada percakapan. Bomi menundukan kepalanya.

“Kepala gue pusing, Hoon”, kata Bomi.

“Tau”

“Gue nggak bisa nafas”, lanjut Bomi. Jihoon mulai mengusap punggung kembarannya. Isak tangis mulai terdengar dari Bomi. Awalnya pelan hingga ia menangis kejar, tanpa kata, Cuma suara. Jihoon akhirnya menariknya ke dalam pelukan. Ini yang paling dia takutin, ngeliat Bomi begini. Dia tau Jiho brengsek, tapi dia bisa apa kalau adik kembarnya dulu besi keras kalau dia bisa bahagia sama Jiho.

“Gue nggak tau sakitan mana Hoon, Jiho yang main gila atau Seolhyun yang nusuk gue dari belakang. Tapi sakit Hoon, sakit banget. Mereka anjing, mereka taik gue mau mereka lenyap aja Hoon. Kok mereka tega sih, gue salah apa?”, rengek Bomi. Jihoon nggak membalas.

“Gue sesek, nafas aja susah…sakit banget anjing. Taik mereka taik gue benci sama mereka berdua!”, umpat Bomi. Malam itu Bomi menangis sejadi-jadinya di pelukan Jihoon.

Ada dua botol soju yang Bomi bawa ke sebuah tempat terpencil di Han Gang. Satunya udah dibuka dan tinggal setengah, satunya masih utuh tertutup rapat. Rasa sojunya pahit, tapi entah lebih pahit mana. Rasa soju, atau rasa kehilangan.

                                                                                                                ****

Don't be a silent reader~

Do subscribe, upvote and comments!

NO FAN WAR!

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet