Strawberry

Soda

Malam itu Noh makan malam dengan keluarga Phun. Pang yang paling senang disini. Ia dan Noh mengoceh macam-macam dengan begitu akrabnya sampai-sampai ibu Phun berceletuk bahwa Noh lebih cocok jadi kakak Pang daripada Phun. Sang ayah tertawa dan Pang membalas bahwa cepat atau lambat Noh akan jadi kakaknya juga. Meja makan pun hening.

Phun mencoba mencairkan suasana, "Um... aku akan mencari teh di kulkas."

"Ambilkan aku juga, P'Phun!"

"Mau soda!"

Permintaan Pang dibalas dengan ibu jari oleh Phun, sementara pada Noh, Phun menggeleng-geleng kesal.

"Sudah cukup asupan sodamu hari ini, Noh."

"Tapi aku mau soda!" jawab Noh keras kepala.

"Ambilkan saja, P'Phun! Masih ada soda di kulkas, kok!" Pang ikut campur.

Phun menopang kedua tangannya di pinggang, persis seperti ibu-ibu yang melarang anaknya hujan-hujanan, "Ti-dak bo-leh!"

Noh merengek lucu, "Jahaaat!"

Sudut-sudut bibir Phun tertarik ke atas. Ah, dasar Noh. Meskipun kesal sekali pun, Noh tetap bisa membuat Phun tersenyum gemas. "Besok saja, ya, sayangku."

—terlalu gemas sampai Phun lupa keluarganya masih disana.

.


 

Noh sedang tidak mood melakukan apapun.

Sepanjang sisa malam itu ia dan Phun hanya bermain game dengan malas-malasan. Akibatnya Phun selalu menang dan Noh tambah kesal.

"Kau kenapa, hm?"

Phun meraih kedua pipinya agar kedua mata sipit Noh dapat bertemu dengan kedua manik hitam Phun. "Pendiam sekali. Lagi PMS?"

Noh menepuk pipi Phun sambil cemberut, "Mau soda." gumamnya.

Twitch!

Persimpangan imajiner muncul di dahi Phun. Sial. Kenapa Noh selalu minta soda dan soda dan soda, sih? Apa bagusnya soda? Phun ‘kan lebih manis!

Tiba-tiba Noh melingkarkan kedua tangan Phun di lehernya—aksi yang membuat Phun cukup kaget karena selama ini Noh selalu malu-malu kucing. Belum reda keterkejutannya, Phun kembali dikagetkan dengan kelakuan Noh yang mengedip-ngedipkan matanya imut. "Boleh, yaaa? Yaaaa?"

Ah—

Terlalu manis.

—sepertinya Phun sakaw.

Phun berdeham untuk meredakan innernya yang berteriak frustasi ingin menyerang Noh. Semua gara-gara soda. Apa mungkin kelakuan Noh ada hubungannya dengan soda?

Sebuah bohlam khayalan menyala di atas kepala Phun. Ia mendapat ide brilian.

"Baiklah, baik... kau bisa mengambil soda di kulkas—tapi cuma satu botol!"

Noh mengangguk senang, "Oke, kapten! Terima kasih banyak, bro, kau memang mengerti aku."

Dan sebelum Noh beranjak pergi, Phun menarik tangannya kuat hingga Noh jatuh memeluk Phun—yang hampir menangis bahagia karena mendapat asupan bergizi sebelum tidur.

"Tapi ada syaratnya."

"Ada apa lagi?! Cepat lepaskan akuu! Aku mau soda!"

Noh meronta sia-sia dalam dekapan kuat Phun. Sambil tersenyum lebar, Phun kemudian membisikkan ide bejadnya di telinga Noh yang merah.

"Hei, Noh... dengar. Aku mengijinkanmu mengambil soda sebanyak apa pun yang kau mau—"

"Benarkah?!"

"—tapi, setiap kali kau meneguk sodamu itu, aku akan mencium bibirmu. Deal?"

A-aaa—

Telinga Noh yang sudah merah kini bertambah merah.

—ci-cium?

Wajahnya terasa sepanas neraka karena malu. Dasar Phun brengsek! Sial! Mesuuum!

"Tidak mau!" Noh memukul punggung Phun hingga empunya punggung mengaduh dan pelukannya terlepas. "Mati saja sana!"

Dengan wajah merah padam, Noh melompat ke ranjang dan mengerubungi dirinya dalam selimut, tidur memunggungi Phun.

Phun terkekeh geli, "Jangan ngambek, Honey."

Noh hampir muntah pelangi.

"Go yourself." balas Noh sambil mengacungkan jari tengah.

Menggeleng-geleng, Phun yang merasa sedikit gerah kemudian memutuskan untuk mandi. Hobi barunya—mengerjai Noh—dilanjutkan nanti saja. Toh, mereka punya sisa waktu sepanjang malam. Memikirkannya saja membuat Phun tersenyum-senyum mirip pasien sakit jiwa.

Mendengar langkah Phun menjauh, Noh tersenyum licik. "Kau tidak bisa menghalangiku, tuan muda Phun." gumamnya sembari mengetikkan sebaris kata pada fans nomor satu PhunNoh di balik selimutnya.

.


.

Tok, tok.

Dua ketukan dan Noh langsung melompat dari ranjang.

"P'Noh?"

"Pang?"

Pelan-pelan, Noh membuka pintu kamar Phun untuk mendapati calon adik ipa—ehm, adiknya Phun tersenyum lebar sembari membawa dua botol soda stroberi di kedua tangannya.

"Pesanan datang~"

Dua botol menggoda itu berhasil mencerahkan wajah Noh. Sambil melompat-lompat kecil saking bahagianya, Noh mengambil belahan jiwanya sambil berucap terima kasih pada Pang lalu mengusak rambut lembut gadis itu sebagai bonus.

"Dimana P'Phun?"

"Sedang mandi." jawab Noh yang langsung meneguk minuman merah adiktif itu cepat-cepat.

"Ooh..." Pang mengangguk-angguk, "kenapa P'Noh tidak langsung ambil di kulkas saja? P'Noh bisa melakukan apa pun di rumah ini, anggap saja kau sudah menikah dengan P'Phun."

"—UHUK." Noh tersedak soda.

"P' mau saja, Pang—maksudnya mengambil langsung di kulkas," jelas Noh saat melihat tanda-tanda Pang akan menikahkannya dengan Phun malam ini juga, "tapi kakakmu yang menyebalkan itu melarang P', katanya aku terlalu banyak minum soda."

"Hmm... memangnya apa yang bisa melarang seorang P'Noh?"

"Kakakmu itu rubah! Pokoknya dia tidak boleh tahu kalau P' sudah melanggar perintahnya."

Pang terlihat sedikit terkejut, namun sekejap saja, senyum manisnya kembali terpasang.

"P'Noh tidak takut minum soda di kamar? P'Phun kan juga ada di kamar."

Entah mengapa Pang terus melirik ke dalam kamar beberapa kali, hal yang membuat Noh resah. Namun kehadiran soda membuatnya tak ambil pusing dan kembali meneguk cairan manis itu.

"Tidak masalah! Phun itu mandinya lama sekali. Sodanya pasti sudah habis saat dia selesai—lihat! Sudah habis satu setengah botol!"

Pang cekikikan mencurigakan, "Memangnya... P'Phun akan melakukan apa pada P'Noh kalau ketahuan?"

Rona-rona merah mulai merambati pipi tembam Noh. "Dia... di-dia akan... dia akan me-men-menci—"

"—mencium bibir Noh sebanyak tegukan soda yang ia habiskan."

Suara lembut dan mengancam itu sudah sangat Noh kenal. Suara yang membuat bulu romanya meremang dan jantungnya berdebar kencang. Dan sayangnya suara tersebut dibisikkan tepat di telinganya.

"Bagaimana, Noh? Bukannya kita sudah sepakat?"

Noh menoleh kaget, "Phun?! Bukannya kau masih mand—mmpphh."

Pang berteriak bahagia mendapati OTP-nya berciuman secara LIVE. Melepas ciuman tiba-tiba Phun, Noh misuh-misuh dengan kata-kata yang sayangnya tidak bisa ditulis karena tidak lulus sensor, sedangkan Phun mengedipkan sebelah matanya pada Pang.

"Terima kasih sudah bekerja sama dengan baik, Prajurit Pang."

"Siap, Jenderal Phun! Nikmati malam Anda."

Dengan itu Pang pamit ke kamarnya dan Phun menutup pintu sambil menahan Noh yang berusaha melarikan diri.

"Lepaskan aku, Phun! Dasar licik! Pantas saja kau mandi cepat! Kenapa Pang harus berpihak padamu, sih?!"

"Hmm... kenapa, ya? Mungkin karena aku bilang padanya mengenai kesepakatan kita?"

Phun memeluk Noh dari belakang, menghentikan pergerakan sia-sianya. Meskipun dari segi fisik Noh menang dari Phun, namun dari segi kekuatan dia kalah telak. Entah bagaimana tubuh kerempeng Phun ternyata punya kekuatan tak main-main.

Namun Noh tidak menyerah semudah itu. "Tidak, tidak, tidak! Aku tidak pernah bilang setuju!"

"Tapi kau juga tidak menolak, ‘kan? Diam berarti setuju, loh."

Sial. Disaat-saat seperti ini otak Phun malah bekerja dengan maksimal.

"Ugh... pokoknya tidak mau! Kau cuma mencari kesempatan! Dasar mesum!"

Phun yang gemas akan tingkah pacarnya itu mulai mencium kilat pipi Noh. "Hum... bagaimana, ya? Masalahnya kau sudah menghabiskan satu setengah botol~ padahal aku cuma mengijinkanmu mengambil satu botol. Kau sudah berbuat nakal, Noh... anak nakal harus dihukum, ‘kan?"

Panas. Udaranya mulai panas.

"Ta-tapi memangnya kau tahu berapa teguk yang sudah aku minum? Tidak tahu, ‘kan? Hukumannya diganti saja!"

"Aku tahu, kok..." Phun pura-pura berpikir, "ada seratus teguk."

"HAH?! Bohong! Jangan ngawur! Biar kuberitahu, aku bisa menghabiskan satu botol cuma dengan lima tegu—mmphhh—PHUN SIALAN! AKU BELUM SELESAI BICA—MMMPPHH!!!"

Dan malam panjang itu dipenuhi dengan kecupan-kecupan manis diselingi sumpah serapah penuh sensor. Ah, sungguh pasangan yang berbahagia(?).

.


.

A/N

My first LS fanfic dan bingung nentuin reaksi keluarga Phun ke hubungan PhunNoh—yang emang sih udah diterima tapi masih canggung, haha.

Dan Phun... kira-kira hobi bawa hp ke wc gak, ya? Iyain aja demi kepentingan cerita /lah /serahluaja

Dan Noh beneran kayak cewek PMS haha... saia kesulitan sama karakter dia. Menurut saia sih dia orangnya bakal cepet panik kalau digoda, kayak setiap Ohm ngegoda dia, dia pasti nyari alasan buat nyerang balik. Noh juga di mata saia adalah orang yg cepet salting kalau dikasih kata-kata manis, dan punya kamus kata-kata kasar yang tebel (hasil dari berguru pada anak-anak klub musik), hahaha... maaf kalau imej Noh di kepala anda jadi ancur setelah bertemu fanfic ini. Makasih udah baca! :D

.


.

OMAKE.

"Ada yang melihat Noh?"

Sepanjang istirahat siang itu, Earn kesulitan menemukan pujaan hatinya. Padahal ia sudah menyiapkan sesuatu yang sangat disukai Noh—soda stroberi hasil rekomendasinya beberapa hari yang lalu. Earn tidak menyangka kalau Noh akan menyukainya bahkan sampai tahap adiktif. Kali ini Earn pasti bisa membuat Noh tersenyum manis dengan hadiahnya ini.

Terlalu banyak melamun, Earn hampir saja kehilangan Noh yang tiba-tiba lewat di depannya.

"Oi, Noh!"

Noh menoleh cepat, "Oh, Earn. Ada apa?"

Earn berlari mendekat dan seketika nampak canggung. Perasaannya saja atau memang bibir Noh bertambah merah? Sial, Noh jadi seribu kali lipat lebih cantik hingga membuat Earn salah tingkah.

"A-anu... ini, aku ingin memberikan sesuatu padamu."

Earn menyodorkan sebotol soda stroberi kepada Noh, berharap sang pujaan menerimanya dengan bahagia kemudian Earn bisa dapat alasan untuk bersama Noh berlama-lama.

Sayangnya, harapannya seketika pupus kala ia melihat ekspresi horor dari Noh.

"Noh...?"

"JAUHKAN BENDA ITU DARIKU, EARN."

Earn kaget bukan kepalang. "E-eh, kenapa? Reaksimu seperti korban kekerasan yang mengalami trauma mendalam saja."

Tepan sasaran, bro.

"Pokoknya jauhkan benda itu dariku! Benda terkutuk! Pembawa sial! Mati saja sanaaa!"

Noh berlari pergi, meninggalkan Earn dengan seribu tanda tanya di kepala, luput menyadari kehadiran seonggok sekertaris yang tengah terkekeh geli di seberang sana.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ShafiraTheRottenGirl #1
Chapter 1: aaaa unyuuu<3
lixian971 #2
Chapter 1: Lucuuuu.... noh imut banget yah. Jadi tambah sayang sama N'noh . Aww poor earn. He is too clueless babyyy.
Terapi nya phun buat noh berhasil. Bye bye soda~ kkkkkk
Lanjutkan ne~~ thank you for this sweet fict <3