one

Mesmerized
Please Subscribe to read the full chapter

Dua puluh menit berlalu dengan cepat sore itu. Suara kendaraan umum yang melintas di jalan raya tidak membuat Ahn Sora terganggu. Iris hitam kelam bagaikan langit malam itu masih saja terfokus pada buku fisika miliknya. Tangan mungil yang pucat dengan gesit menuliskan rumus-rumus menghitung resonansi bunyi. 

 

Aroma kopi yang berada dalam ruangan itu entah kenapa membuat Sora bersemangat. Ia menghirup udara sedalam mungkin lalu melepaskan  karbondioksida dengan pelan. Tangannya ia berhentikan, dengan cepat meraih secangkir kopi panas di depannya lalu meneguk cairan hitam itu pelan. 

 

Surai hitam sebahunya ia biarkan tergerai seperti biasa. Wajah mungilnya ia biarkan polos tanpa makeup, sebenarnya dia tidak suka memakai makeup. Sora mendengus saat mengingat ibunya yang memaksanya memakai makeup. Dia tidak bisa menolak permintaan ibunya yang lama-lama terlalu parah, seperti kemarin. Ibunya menyuruh Sora berjualan kue saat valentine day minggu depan. Oh ayolah! Dia akan sangat malu jika dia melakukan itu. Untungnya tadi pagi ibu Sora tidak membahasa hal itu lagi. 

 

Ponsel Sora tiba-tiba berdering. Si perempuan menatap layar ponselnya dan tercantum nama ' Oh Sehun'  yang menelponnya. Sora menaikkan sebelah alisnya sebelum menjawab telpon dari Sehun, teman sekolahnya.

 

"Kenapa?" Satu pertanyaan langsung Sora lontarkan tanpa basa-basi dulu. Desahan malas terdengar dari telpon, membuat Sora tersenyum jahil.

 

"Aish, Ahn Sora! Kau tahu sekarang jam berapa?! Kau tidak lupa kan? Kami sudah menunggu di rumah Soojung!" Jawaban Sehun membuat Sora membelalakkan matanya. Tidak! Dia lupa sekarang ada rapat osis di rumah Soojung, lebih tepatnya rapat malam dadakan karena sekarang sudah pukul lima sore. 

 

"Kalian masih disana?! Maafkan aku aku akan langsung kesana!" 

 

"Sora kau tidak usah--" Sora segera memutuskan panggilan dan mulai memasukkan alat tulis dan buku fisikanya. Buru-buru memang hal yang tidak menyenangkan. 

 

Dengan langkah tergesa-gesa, Ahn Sora keluar dari cafe setelah menaruh uang di meja yang di tempatinya tadi. Trotoar masih ramai sore itu, para pekerja kantoran yang paling mendominasi. Dengan tas kantor mereka yang menghalangi Ahn Sora untuk berjalan lebih dulu dari mereka. Dia mendesis pelan tatkala seseorang menubruk bahunya tanpa meminta maaf. Ayolah! Mana sopan santun anda?. Kaki pendek yang ia miliki membuat perjalanan terasa sangat lama, setelah 5 menit terjebak di trotoar, Sora belok kiri masuk ke dalam gang sempit dan gelap tanpa ragu. Sebenarnya ada jalan lain, tapi ini adalah jalan tercepat untuk ke rumah Soojung.

 

Suara sepatunya menggema di gang itu. Dengan bermodal cahaya matahari yang hampir tenggelam, Sora melangkah dengan mantap dan pasti. Gang itu gelap dan hanya muat satu orang , sampah di mana-mana mebuat gang itu terlihat menjijikan dan tentunya bau. 

 

Brak!!

 

Suara sesuatu yang membentur tembok di luar gang membuat gadis itu berjengit. Disusul oleh suara tawa keras seorang laki-laki. Sora melangkah pelan-pelan, lalu mengintip dari celah dinding dan menemukan seorang pria tengah menendang seorang remaja laki-laki tepat di rusuknya. Bunyi rusuk patah membuat bulu kuduk Sora berdiri. Rasa takut menelannya bulat-bulat. Seingatnya gang ini sepi dan tidak ada orang yang tinggal di sekitar gang ini, lalu siapa mereka? 

 

"Berhenti Dongho!" Suara bariton yang terdengar tegas memperintahkan Pria tadi berhenti. Pria itu yang bernama Dongho langsung melepas cengkramannya pada kerah seragam si remaja.

 

"Aku hanya bermain sebentar!" Dongho memutar badannya untuk menatap pemilik suara barriton itu. Sora tidak bisa melihat siapa pemilik suara itu karena pandangannya tertutup badan Dongho yang besar. Dia hanya bisa melihat rambut hitam milik pemilik suara itu.

 

"Kau tahu. Sejak tadi ada seseorang yang melihat perbuatanmu." Suara bariton itu kembali muncul dan ucapannya membuat Sora berhenti mengintip dan menempelkan badan kurusnya ke dinding. , dia ketahuan.

 

"Tidak mungkin Baekhyun! Gang ini selalu sepi. Tidak ada orang yang tinggal disini" Dongho membantah dengan sedikit membentak dengan suara pelan. Tidak ada jawaban dari seorang Baekhyun yang membuat jantung Sora berdetak lebih kencang lagi. 

 

Langkah sepatu yang semakin dekat membuat Sora mengertakan pegangan pada tas nya. Dia mulai melangkah mundur dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Bibir pink tipisnya ia gi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet