Your name is.. Kim Jinhwan ?

STAY

 

 

Musim gugur. Begitulah semua orang memanggilnya. Sebuah musim yang harus dilewati sebelum menginjak musim dingin.

Dan musim ini, memberi kesan berbeda pada setiap orang. Termasuk, untuk siswa pintar sekolah menengah atas tingkat akhir khusus wanita yang satu ini. berusaha berlari secepat mungkin menyusuri gerbang sekolah yang dipenuhi dedaunan kering. Mamapahkan kakinya dengan kekuatan ekstra di anak tangga. Menyusuri koridor dengan kecepatan kilat..

Dan

"huff.."

Dia menghela nafasnya yang tersengal  saat menggeser pintu kelasnya. Senyum pun mengembang dengan terpaksa diwajahnya kala melihat Kang Seonsangnim berhenti menulis rumus-rumus abstrak dipapan, dan beralih menatapnya.

"Wah, mengapa murid pintarku terlambat ??" guru matematika itu tersenyum misterius kearah Kim Jinhwan, murid pintar yang selalu mendapat nilai A dalam pelajarannya ini menggaruk tengkuknya perlahan.

"Ah, itu.. aku terlalu larut belajar.. makanya.."

Mencoba menjelaskan tapi.. begitulah, terlambat tetap terlambat dan aturan tetaplah aturan. Yeoja mungil ini terpaksa harus menutup pintu lagi dan menahan malu saat mendapat satu kata tegas dari Kang Seonsangnim.

"PERGI !"

Jinhwan menatap koridor yang kosong. Seperti dugaannya, pagi pertamanya di musim gugur kali ini sedikit mengesankan dengan bentakan guru matematika itu. Yang dipikirannya sekarang, apa yang harus dia kerjakan hingga 2 jam kedepan ? melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda itu, ah, tentu saja. Dia hanya perlu duduk , bersandar di tembok dan menunggu sambil tidur hingga Kang seonsangnim selesai mengajar.

.

.

 

"Aigoo.. tuan putri kami, kenapa kau terlambat seperti ini ? kau adalah murid pintar tapi kelakuanmu.."

Jinhwan hanya berdecak kesal mendengar ocehan teman sekamarnya Yunhyung.  iapun lalu menutup buku diatas meja dan menopang dagu diatasnya sambil mengutak-atik smartphone.

"Hei, sudah kubilang.. aku terlambat karena belajar hingga larut malam. Dan juga.. kau tidak membangunkanku !"

"Haha, kalau untuk itu.. Salahkan dirimu sendiri yang sok-sok'an menjadi anak rajin."

Beberapa saat kemudian, Yunhyung menghela nafas berat disusul Jinhwan yang melakukan hal yang sama saat dilihatnya guru untuk jam pelajaran sastra melangkah masuk ke dalam kelas.

"Annyeonghasse-yo.."

Semua murid yang notabenenya adalah perempuan ini berbungkuk memberi salam.

"Aigoo, mengapa aku semangat sekali di awal musim gugur.."

Pernyataan yang dikeluarkan guru bermarga Song itu hanya membuang2 waktu saja, pikir Jinhwan. Memang benar, semua orang tidak memperdulikan guru tampan yang terus-terusan mengoceh tentang musim gugur.

"Musim gugur yang tidak menyenangkan. Tidak ada libur, tidak ada rekreasi.."

Dan kali ini, pernyataan Song seonsangnim mendapat respon desahan kesal para murid. Namun.. tidak untuk sang yeoja mungil bermarga Kim itu.

Jinhwan terbiasa seperti ini. justru dia senang, karena jika tidak ada libur berarti ia tidak perlu tinggal di asrama yang besar itu sendirian. Dia tidak seperti anak-anak lainnya yang bisa pulang ke rumah ketika liburan tiba. Ia hanya bisa berdiam diri, membaca buku, berlari-lari di lapangan ketika liburan, atau menelpon berjam-jam dengan ibunya yang tinggal di Jeju-do.

Pikirnya, terlalu jauh dan mahal untuknya pulang-pergi ke Jeju.

Dia harus benar-benar belajar dan lulus dengan nilai terbaik dari sekolah ini dan membawa ibunya ke Seoul. Tinggal bersamanya.. dan menyaksikannya menjadi orang sukses. Itu impiannya. Impian untuk mengubah hidupnya dan hidup ibunya menjadi lebih baik.

Lamunan Jinhwan terhenti saat mendengar kata 'tugas' keluar dari salah satu dari sekian banyak ocehan guru sastra ini.

"Chaa.. anak-anak, berhubung musim gugur kali ini benar-benar membosankan. Maka dari itu, untuk membuat hari kalian sedikit lebih berwarna, gurumu yang baik ini akan memberikan tugas observasi.."

"Huaaah.."

Seketika kelas menjadi ribut. Sebagian semangat mendengarnya, sebagian tertarik, sebagian lainnya kesal.

Jinhwan termasuk salah satu yang semangat disini.

"Baiklah, silakan tentukan tempat mana yang akan menjadi tujuan kalian. Kumpulkan laporan itu dalam bentuk essay 2 minggu lagi. Mengerti ?"

"Ne..."

"Bagus."

Pelajaran sasrta itupun kemudian berlanjut dengan senyum yang terus mengembang di wajah Jinhwan.

-

-

"Yunhyung-ah ! eottokhae ? tempat mana yang harus kita kunjungi ?" Jinhwan terus-menerus menanyakan hal yang sama dari jam istirahat hingga tiba di asrama sekarang ini. walaupun pertanyaan itu sudah dijawab berulang kali oleh teman sekamarnya dengan banyak pilihan, namun Jinhwan masih belum puas dengan tempat-tempat yang diajukan temannya ini.

"Hei, sudah kubilang bagaimana kalau ke Namsan tower dan kau hanya menggeleng kepala.. ah sudahlah, aku mau tidur !"

Jinhwan menggantungkan kepalanya di ujung tempat tidur dan tetap setia menatap kebawah, menantikan jawaban lain dari sahabatnya yang sudah menutup diri dengan selimut.

Kini, Jinhwan tersenyum. Sepertinya yeoja cantik ini sudah menemukan jawaban dari pertanyaannya.
 

"Bagaimana kalau kita ke museum ??"

sudahlah, sahabatnya dibawah sana tidak menggubris apa yang dia katakan. Menyadari ini, Jinhwan juga mulai menutup wajahnya dengan selimut, menyisakan senyum yang masih terus mengembang mengingat ini adalah kali pertamanya dia pergi ke Museum.

"Oh eottokae ?? aku terlalu bersemangat."

.

.

.

 

"Yaaak Kim Jiwon !! apa-apaan kau membawaku ke tempat membosankan seperti ini ?"

Kim Hanbin, pria tampan berusia 20 tahun, berpenampilan menarik bak seorang idola ini menatap kesal gerbang bertuliskan National Museum of Korea.

Tempat yang tidak pernah dimasukkan kedalam list kunjungan di otaknya. Oh, baiklah.. sebelum sahabat bergigi kelincinya ini mengajaknya pergi tanpa memberitahu terlebih dahulu tujuan mereka.

Dan beginilah jadinya, tanpa curiga sedikitpun namja ini mengikuti apapun yang Jiwon katakan dan sampailah dia di tempat besar yang sepi pengunjung ini.

"Kaukira aku akan mau kalau kau mengajakku kemari ?"

Hanbin menoleh geram kearah Jiwon yang tersenyum puas. Puas karena berhasil mengerjai sahabat keras kepalanya.

"Kenapa kesal begini ? bukannya kau adalah salah satu mahasiswa teladan kami ? ini juga akan membuatmu bertambah pintar Hanbin-ah !"

Jiwon merangkul Hanbin dan tertawa keras saat sahabatnya itu menepis rangkulan tangannya.

"Oh ayolah ! temani aku kali ini saja. Kau tau.. tugas fotografiku sangat menumpuk, dan aku harus mencari inspirasi disini. Setidaknya kalau kau bosan.. bantu aku memotret."

Jiwon memberikan satu kamera pada Hanbin yang menghela nafas panjang menerimanya. Hari minggu paginya sia-sia sudah. Dan semua ini karena Jiwon, namja bergigi kelinci yang entah mengapa menjadi sahabatnya.

"Baiklah.. tapi menculikku seperti ini tidak murah."

"Tenang ! akan kubayar berapapun itu." Jiwon pun merangkul Hanbin, lalu mereka masuk ke dalam museum bersama.

-

"Ya tuhan.. kurasa kita datang ke tempat yang salah."

"Wae ?" Jinhwan menoleh kearah sahabatnya yang mengoceh dari tadi.

"Kau tau, disini tidak ada orang, sepi sekali seperti rumah hantu.. dan kau, hanya menatap lukisan besar yang tidak ada artinya itu. Setidaknya.. katakan padaku kalau kau masih waras."

"Hahaha. Aku masih waras Yunhyung-ah !" Jinhwan menatap wajah yeoja itu dengan senyumnya. Ia mengerti kalau sahabatnya itu bosan berkeliling di museum besar yang hanya terlihat beberapa pengunjung.

Ya, semakin lama.. budaya dan histori semakin ditinggalkan, pikir Jinhwan.

"Tapi setidaknya.. jangan pandangi lukisan bulan itu terus menerus. Kau membuatku merinding saja !"

"Ne.. ne .. arasseo. Aku hanya mengamati, lukisan ini.. aneh. Maksudku.. aku tidak mengerti bagaimana tangan-tangan pelukis itu bisa membuat lukisan sehebat ini ?""

Jinhwan berdecak kagum. Sedang Yunhyung menggeleng-gelengkan kepala. Apanya yang menarik dari lukisan bulan itu ?

"Jjaa.. kita pergi ke yang lain."

Jinhwan menggandeng tangan Yunhyung dan berjalan menyusuri koridor bagian galeri  yang berjajar berbagai lukisan indah ternama dari pelukis besar Korea. Sesekali mereka berhenti dan tertawa melhat lukisan-lukisan abstrak, ataupun bergidik ngeri melihat lukisan horor.

Jinhwan berdiri ketika salah satu lukisan menarik perhatiannya. Lukisan kerajaan Joseon, dengan Raja, lalu sang Permaisuri , serta seorang putra mahkota dipangkuan raja. Mereka tertawa bahagia..

"Yunhyung-ah.. apa lukisan ini asli ?"

"Mwo ? aku tidak tau. Kau kira aku sudah lahir di zaman joseon ! heeii.. memangnya kenapa ?"

"Bukan, tidak apa.. hanya saja aku ingin seperti mereka.. bahagia seperti ini."

Jinhwan menatap dalam lukisan keluarga kecil yang bahagia. Mewujudkan salah satu mimpinya memiliki keluarga yang utuh kelak. Saat ini, dia sangat merindukan sosok ayah yang bahkan belum pernah ia lihat bagaimana rupanya.

Dia dibesarkan dengan seorang ibu. Hanya seorang ibu yang banting-tulang memberinya sesuap nasi. Seorang ibu yang benar-benar berjuang memberikan yang terbaik untuknya.

Ibu yang sekaligus menjadi seorang ayah baginya..

"Woaah.. aku jadi merindukan ibuku.." Jinhwan mengusap matanya yang berkaca. Ia tidak ingin menangis disaat seperti ini.

"Yaaak. Jangan seperti ini.. kau membuatku mengingat ibuku juga. Sudahlah Jinanie.."

Yunhyung memeluk sahabatnya erat.

Jinhwan tersenyum.

"Gomawo.."

"tidak perlu berterima kasih. Kau berlebihan. Ah..."

Drrt.drrt.

Tiba-tiba hanphone Yunhyung berdering. Iapun mengangkatnya dan berbicara sedikit menjauh.

Jinhwan hanya kembali menatap lukisan itu. Ia benar-benar kagum melihat wajah tampan sang Raja, anggunnya sang Permaisuri.. dan betapa menggemaskan anak kecil dipangkuan Raja.

Ia melirik kearah Yunhyung, namun ia tidak melihat temannya itu disana. Biarlah, dia pasti membutuhkan privasi, dan dia hanya tinggal menunggu sahabatnya kembali lagi. Sambil tetap menatap gambar ini tanpa sekalipun memalingkan tatapannya lagi.

Sampai..

Jpret.

Ia mendengar suara kamera memotret.

Jpret.

Ia mendengarnya lagi.. namun kali ini, ia melihat chaya flash kamera tepat diarahnya.

Jpret.

Jinhwan menoleh. Dengan jelas, dilihatnya seorang namja yang memegang kamera dengan tangannya cepat-cepat berbalik arah memunggunginya.

"Hei, chogi !!" Jinhwan berteriak. Namun, seperti tuli, namja itu hanya berjalan meninggalkannya.

"Yaaak !! kau !" Jinhwan habis kesabaran. Teriakannya menggema diseluruh koridor dan berhasil menghentikan Namja itu dengan senyum kecil nampak dibibirnya.

"Ada apa nona ?"

Jinhwan menelan ludahnya kasar saat namja yang baru pertama kali dilihatnya ini berbalik dan berjalan mendekatinya.

"Kenapa kau memotretku ??" Sinis, nada Jinhwan kali ini terdengar tajam di telinga Hanbin dan membuatnya merinding.

Hanbin yang semakin mendekat itu, hanya tersenyum melihat tingkah yeoja cantik bertubuh mungil itu yang kini terlihat marah.

"Aku hanya bosan.. dan yah begitulah tiba-tiba kameraku ini memotretmu. Jadi, jangan salahkan aku."

Oh, demi apapun Jinhwan tidak suka dengan jawaban ini. emosinya memuncak. Bisa-bisanya orang asing didepannya yang baru dilihatnya hari ini tiba-tiba saja memotret dirinya seenak perut. Dia membenci kelakuan orang yang tidak sopan.

"Berikan padaku." Jinhwan mengulurkan tangannya kearah Hanbin masih dengan kekesalan yang justru makin memuncak.

"Apa ?" Namja itu sebenarnya mengerti maksud Jinhwan, tapi seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk terus menggoda yeoja berambut panjang ini.

"Hei, kubilang berikan padaku. Aku ingin menghapus foto-foto itu !!"

Hanbin tidak melakukan apapun dan hanya tersenyum. Entah kali keberapa dia menyunggingkan senyum manisnya pada yeoja yang dia sendiri belum tau namanya.

"Yaaaa !!!" Jinhwan berujar marah, karena Hanbin membuatnya berjinjit untuk mengambil kamera yang terlampau jauh diatasnya. Namja tinggi itu benar-benar mengesalkan Jinhwan. Dia mengangkat kamera itu dengan tangannya keatas , dan otomatis Jinhwan sulit meraih benda mahal berwarna hitam itu. Dia perlu ketinggian ekstra karena tubuhnya yang kecil ini benar-benar tidak mendukung.

"Apa yang kau lakukan ?? Haha."

Poin kedua, bersikap dan tertawa seperti bad boy. Jinhwan kali ini bertambah kesal pada namja asing itu.

"Hapus foto itu.. atau aku.."

"Arasseo, arasseo.. geundae temanku butuh sekali foto ini. tugas fotografinya menumpuk dan."

"Aku tidak butuh alasan. Aku tidak mau tau, mau itu tugas temanmulah.. atau apapun namanya itu yang pasti sekarang kau harus menghapus foto itu."

Jinhwan menatap namja itu sinis. Sedang yang ditatap hanya menampakkan seringai aneh karena  lagi, ia menganggap yeoja mungil itu terlampau lucu dan manis.

"Apa yang kaulihat ??"

Sekali lagi, suara ini melengking tajam di telinga Hanbin dan membuyarkan lamunannya tentang yeoja didepannya ini.

"Hapus foto itu sekarang juga."

"Siapa namamu ?"Hanbin meloloskan pertanyaan ini dari mulutnya seakan tidak terjadi sesuatu yang menegangkan diantara mereka.

Jinhwan terdiam. Namja didepannya ini benar-benar.

"Mwo ??? Cepat hapus foto itu sekarang. aku tidak main-main.."

"Aku berjanji menghapusnya, kalau kau menjawab pertanyaanku tadi."

Hanbin berujar serius kearah Jinhwan yang kini memutar bola matanya muak.

"Yaaa ! apa kau bercanda ?? kau hanya orang asing yang tidak ada sopan santun memotret orang sembarangan dan.. kau dengan santainya menanyakan namaku. Heol !"

Jinhwan memutar bola matanya. Bisa-bisanya namja asing dengan tidak tau malu menanyakan namanya disituasi seperti ini.

Lain dengan Jinhwan yang kesal, lain pula dengan Hanbin yang mulai menatap lekat-lekat yeoja asing didepannya. Aneh. Ada sesuatu yang menariknya. Yeoja itu, tubuh mungilnya.. rambut panjang berwarna cokelat dibiarkan terurai membuatnya terpesona. Baju kebesaran yang lebih tepat disebut sweater berwarna abu menambah kesan type idealnya.

Cukup.. ia tidak perlu mengamati denim skinny jeans yang dikenakan Jinhwan bukan ? ya. Sudah cukup atau dia akan dituduh melakukan pelecehan.

"Apa lihat-lihat !!!"

Untuk kesekian kalinya Hanbin serasa jantungnya hampir keluar dari tempatnya. Bisakah gadis ini tidak berteriak seperti dirinya berdiri di ujung Himalaya ?

"Astaga. Jangan berteriak. Baiklah-baiklah. Aku minta maaf karena sudah memotretmu. Maafkan aku."

Hanbin berujar menatap yeoja itu dengan kesungguhan. Jinhwan hanya terdiam. Berfikir apakah pernyataan itu benar ? barusan itu permintaan maaf ?

"Hapus foto itu jika kau ingin kumaafkan."

"Baiklah.. kuhapus sekarang." Hanbin beralih menatap kamera didepannya. Jarinya mengutak-atik benda itu dengan pantauan mata Jinhwan yang tidak beralih sedikitpun darisana. Sekedar memastikan, apakah namja asing ini benar-benar menghapus foto sialan itu atau tidak.

"Oh !!"

Hanbin mengumpat saat dilihatnya layar kamera itu berubah hitam tanpa peringatan.

"Wae ?" Jinhwan bertanya dengan tatapan penasaran dan sedikit bingung.

"Ya seperti yang kau lihat, kamera ini mati." Hanbin menunjukkan kamera itu, dan membuat Jinhwan membelalakkan matanya.

"Mwo ?? Tapi.. bagaimana kau menghapusnya ??"

"Yah, sayang sekali nona.. aku tidak bisa menghapusnya sekarang. terpaksa aku akan menghapusnya nanti."

"Tapi.." Jinhwan mempoutkan bibirnya antara kecewa dan kesal yang lagi-lagi mencuri senyum seorang Kim Hanbin.

"Berjanjilah kau akan menghapusnya !!"

"Kalau itu..."

Belum sempat Hanbin menjawab. Perhatian Jinhwan sudah beralih pada seseorang yang berteriak dari dibelakang sana dan notabenenya adalah Yunhyung, sahabatnya.

"Yunhyung-ah !" Seakan lupa dengan perkara tadi, Jinhwan bergegas kearah sahabatnya yang baru datang itu menyisakan Hanbin dengan perasaan campur aduknya.

Hei, jangan bilang dia masih ingin berdebat dengan yeoja asing itu. Hanya namja bermarga Kim itu yang tau jawabannya.

Hanbin kini berbalik berjalan meninggalkan koridor itu untuk mencari sahabat gigi kelincinya yang sekarang entah dimana. Namun, senyumnya sekali lagi muncul ketika dengan jelas didengarnya..

"Kim Jinhwan ! kau tau aku tersesat dan takut setengah mati.."

Dia tidak peduli dengan kata-kata selanjutnya. Yang menarik perhatiannya, hanya satu.

"namamu.. Kim Jinhwan" Hanbin berujar setengah berbisik.

Ia berjalan menyusuri koridor, meninggalkan dua yeoja asing tadi ditemani dengan senyum manis di bibirnya.

.

.

TBC-

A/N : Annyeong readeul ! ini ff pertama ongoing yang *siapa manggilnya (?) author buat dan publish disini. dan maaf hasilnya abal2 dan rada gaje. :v
awalnya sih ga niat nulis  tapi, karena galau akan ff binhwan yang dapat dihitung dengan jari.. untuk meramaikan jadilah ff abal2 ini.

Oh iya, karna ini chap pertama yang mungkin kepanjangan, typo bertebaran, cerita kemana-mana. harap dimaklumi dan mohon dimaafkan. >.<

author mohon dukungannya dari kalian (komentarnya). gomawooo .. Khamsamnida *bow :)

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet