Just Boy Things

Description

"Habis mimpi apa barusan?" - Jun

Foreword

"Malamnya indah ya.."

"Iya, seperti wajahmu."

Dua makhluk insan kini sedang berbaring berdua diatas rumput-rumput yang basah. Hawa-hawa romansa sedang mengalir mengelilingi mereka. Cahaya kumbang-kumbang sedang berkelap-kelip dihadapan mereka yang menambah perasaan hangat. Kini keheningan terasa tetapi tidak membuat mereka berdua merasa canggung. Seakan dunia ini hanya milik mereka berdua.

Gadis yang sedang mengenakan gaun tidur panjang tersebut tersenyum sembari melihat galaksi bimasakti menghiasi langit. Disebelahnya terlihat seorang pemuda yang berpakaian khas seorang pangeran tersenyum kearahnya. Ia begitu senang. Pemuda itu berharap agar mereka bisa hidup seperti ini selamanya.

Setidaknya di mimpinya pun cukup.

Suara alarm menyeruak keseluruh ruangan dan membangunkannya dengan paksa. Pemuda itu, Jo namanya, bangun dengan bibir yang membentuk kurva menempel diwajahnya. Seorang lelaki seumurannya keluar dari kamar mandi dan heran dengan temannya yang pagi-pagi ini sudah tersenyum saja.

"Tumben, pagi-pagi udah mood aja. Habis mimpi apa barusan?", ujar Jun lengkap dengan seragam sekolahnya yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Jo yang kini masih ada diatas kasurnya menoleh kepada yang bertanya. Ia masih tetap tersenyum dan duduk.

"Mimpiin dia lah. Apalagi coba? Hehe." Ia menjawab dengan menambah kekehan diakhiran.

Langkah kaki Jun terhenti dan kini menatap wajah temannya sembari memikirkan sesuatu. Jo heran dan memasang wajah tanda tanya. Jun melangkah kearah Jo dan berhenti didepannya. Ia memasang wajah terkejut sambil berkata, "Seriusan?" Dan Ia membuka selimut kawannya tersebut. Jun menyeringai.

Jo pun ikut melihatnya. Ia mengumpat

Kini ia mengambil tas sekolahnya dan berjalan menuju pintu sambil berkata, "cepat bangun, jangan lupa itu kasurnya juga dicuci biar ga kering disana haha. Oh iya, cepetin bersihin bentar lagi bakalan masuk kelas. Pak Parjan ngajar jam pertama."

Kini air muka Jo telah berubah menjadi setengah terkejut dan setengah panik. Jo tahu jika guru fisika nya itu benci dengan kata terlambat dan tidak segan-segan akan menghukumnya walau terlambat lima menit. Ia melihat kearah jam diatas nakasnya yang telah menunjukkan waktu jam enam kurang tiga puluh menit dan mengumpat sambil berlari kekamar mandi. Ia keluar lagi sambil membawa gayung yang berisikan air dengan volume penuh.

Di lorong asrama, Jun sedang tertawa terkikik sembari menyumbat telinganya dengan earphone. Ia pun bersenandung ria berjalan menuju kelasnya.

 

End.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet