Hello, October!

Description

Aku mencoba memikirkan tanaman biotik lagi sambil melirik di etalase kaca didepan mataku. Tetapi, sekali lagi, aku gagal. Bukan, bukan tentang kalimat-kalimat dari sebuah lagu yang menggangguku kali ini. Melainkan seorang lelaki yang duduk disebelah etalase itulah yang menggangguku.

Foreword

Dentingan bel berbunyi ketika aku memasuki kafe. Aku berjalan menuju sudut tempat tersebut. Tinggal beberapa langkah lagi kegundah gulana ku akan hilang. Dengan cepat aku menarik kursi dan duduk sembari mengeluarkan charger handphone ku dengan kilat. Hampir saja nyawa handphone ku melayang jika aku tidak segera cepat mencolokkan chargerku kerterminal yang terpatri didinding.

"kalau kekafeku, jangan hanya menumpang mengisi baterai dengan alasan rumahmu sedang mati listrik saja! Pesan makanan atau minuman sana!" seseorang mengganggu ketenanganku. Oh yeah, itu kakakku. Autumn namanya. Nama yang tidak cocok untuk seorang laki-laki. Aku pernah bertanya sekali kepada ibu mengapa namaku dan kakakku begitu aneh—ngomong-ngomong aku October. Ibu hanya menjawab singkat saja, "kalian lahir dibulan Oktober dan di musim gugur. Dua-duanya kesukaan ibu." Setelahnya ia mengacuhkanku dan pergi tidur. Aku tidak pernah lagi bertanya tentang itu sampai sekarang.

"just wait a minute. Aku disini sambil mengerjakan tugas kuliah kok, dan oh, aku begitu merasa haus. Aku pasti akan membeli minuman. Dua gelas jika tugasku dalam satu jam tidak akan selesai." Aku tersenyum padanya dan kembali membalas email yang dikirim oleh temanku. Kak Au hanya memutar bola matanya dan  pergi meninggalkanku. Aku menaikkan kedua alis mataku dan mulai mengeluarkan tugas-tugasku yang mulai menumpuk. Tidak lupa aku memanggil seorang pelayan dan memesan kopi kesukaanku. Pelayan tersebut mengiyakan dan pergi menuju dapur kafe.

Sejenak, aku memikirkan komponen apa saja yang terdapat pada tanaman biotik. Tetapi, yang masuk hanyalah kalimat-kalimat dari lagu Ed Sheeran berjudul Autumn Leaves yang sedang diputar menggema dipikiranku. Inilah yang tidak kusuka ketika mengerjakan tugas di tempat umum. Aku mencoba memikirkan tanaman biotik lagi sambil melirik di etalase kaca didepan mataku. Tetapi, sekali lagi, aku gagal. Bukan, bukan tentang kalimat-kalimat dari sebuah lagu yang menggangguku kali ini. Melainkan seorang lelaki yang duduk disebelah etalase itulah yang menggangguku. Bukan karena ia yang merusak pemadangan dari etalase, tetapi ia malah menjadi pemandangan yang indah. Sudut dagunya yang lancip yang tidak begitu asing dimataku, matanya begitu indah dipadu dengan bola matanya yang berwarna biru jernih, dan oh, jangan lupakan rambut blonde serta warna kulitnya yang begitu putih serasa aku ingin sekali menyentuhnya.

Oh, tidak.

Apa yang sedang kupikirkan?!

Aku harus fokus, fokus dengan lelaki itu. Bukan, tanaman biotik, ya, tanaman biotik. Fokus dengan tanaman biotik. Aku mengalihkan pandanganku menuju pelayan yang membawakan frapuccino hangat kesukaanku yang sedang berjalan kemari. Ia memberikan frapuccino tersebut kepadaku dan tersenyum. Aku membalasnya dengan ucapan terima kasih dan meminum frapuccino tersebut. Pelayan tersebut pergi dari hadapanku dan aku mulai memperhatikan tugasku. Perhatianku kepada tanaman biotik mulai meninggi dan aku bisa berkonsentrasi terhadap tugasku. Tiba-tiba, pelayan yang tadi kembali berdiri didepan mejaku menurunkan sebuah muffin keatas meja.

"tetapi, aku tidak memesannya", aku menatap pelayan tersebut dengan alis menyerngit.

"lelaki disana yang menyuruhku untuk mengantar ke mejamu." Pelayan tersebut menunjuk kepada seorang lelaki yang baru saja kupuji beberapa sekon lalu. Pelayan itu tersenyum sembari menyelipikan secarik kertas dipinggiran muffin tersebut. Aku menatap lelaki itu dan ia balas menatapku dengan senyumannya. Sial, tanaman biotik telah tergantikan oleh senyumannya yang bahkan lebih indah dari tanaman bunga mawar yang sedang ku rawat dirumah. Aku mengalihkan pandanganku kesecarik kertas dipinggiran kue muffin tersebut dan mulai mengambilnya. Awalnya aku begitu ragu bahkan tanganku sampai bergetar. Aku mulai membacanya. Akhirnya aku sungguh ragu dan tidak lupa tertawa kecil. Lelaki itu tiba-tiba saja sudah ada dihadapanku.

"sudah tahu, kan? Tidak usah tertawa. aku sudah berubah. Haha. Nice to meet you again, octa."

"tidak, tidak ada yang berubah darimu. Aku serius. Walau penampilanmu saja yang berubah. Nice to meet you, too, blue."

Finish?

No.

.

.

Kami bertemu kembali. Sudah lama aku tidak bertemu Blue dan yeah, aku pikir ia tetap seperti dulu dengan giginya yang masih mendominasi wajahnya, tetapi, bahkan gigi itu sudah mengecil atau karena pubertas gigi tersebut telah menghilang tergantikan gigi yang begitu lucu ketika ia membuka mulutnya.

"seriously, Blue. What happened to you? By the way, aku rindu dengan gigimu dulu. haha."

Ia tertawa sambil menonjol pelan kepalaku. Kebiasannya dulu masih tetap ada. Sebelum ia membuka mulutnya untuk berbicara, aku sudah mendahuluinya dengan membaca tulisan yang terdapat di secarik kertas itu. "Tidak usah terpesona dengan wajah tampanku seolah aku adalah seorang idol yang tengah mencari perhatian dengan bersantai ditempat umum. Sincerely, your old neighbor, LBS."

"sungguh, aku memang terpesona tetapi tidak sampai berpikiran kalau kau adalah idol. Dasar berlebihan."

End.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet