chapter 11

Tears of Gumiho
Please Subscribe to read the full chapter

*Dunia Manusia*

Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan kata-kata Dongwoo. Walau ada rasa marah dalam diriku, tetapi dalam hatiku yang paling dalam aku merasa bersalah pada Dongwoo. Andai Dongwoo mau mendengarkan penjelasanku tentu semua ini tak akan terlalu rumit bagi kami.

’Ah...bodohnya aku berpikiran semua ini tak akan terlalu rumit. Dengan aku memutuskan untuk pergi dari dunia manusia dan meninggalkan Dongwoo pun itu sudah sangat rumit. Dongwoo...’

Aku sadar sebanyak apa pun air mata yang aku keluarkan tak dapat membuat semua ini menjadi lebih ringan. Namun, sekeras apa pun aku menahannya, air mata ini tak dapat berhenti. Tak mungkin kembali ke rumah dengan wajah sekusut ini maka aku memutuskan untuk duduk di taman. Berharap hembusan angin dapat menata perasaanku yang kacau.

Walau sekarang sudah memasuki waktu siang hari, tetapi sinar matahari tidak terlalu terik. Orang-orang pun tidak sebanyak biasanya. Mungkin karena ini adalah waktu di mana mereka tengah bekerja. Saat ini hanya ada angin yang datang sesekali menerpa wajahku dan beberapa burung yang tengah berkicau. Kicauan burung-burung itu seolah tengah menghiburku.

Aku coba untuk menikmati suasana tenang yang tercipta di taman ini dengan menutup kedua mataku. Sembari menutup mata, tanganku memeluk boneka pemberian Dongwoo dengan erat. Seolah boneka ini akan menghilang bila aku tak memeluknya dengan erat. Bukannya merasa tenang, air mata yang sempat terhenti mulai mengalir kembali membasahi pipi. Semua kenangan bersama Dongwoo mulai terputar kembali.

Layaknya sebuah film yang tengah diputar, ingatan itu mulai menari di pikiranku. Awal mula pertemuan kami, saat Dongwoo menyatakan perasaannya, saat Dongwoo meyakinkanku, dan awal Dongwoo mengetahui jati diriku. Bahkan tawanya yang khas pun ikut muncul dalam ingatanku. Ya Tuhan...aku benar-benar mencintainya.

Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang tengah memelukku dari belakang. Rasa terkejut membuatku langsung membuka mata. Ketika mataku menangkap kedua tangan yang tengah memelukku, seketika itu juga rasa tenang mulai menghampiri perasaanku. Aku sangat mengenal tangan ini. Tangan yang selalu dapat membuat perasaan tenang dan terlindungi.

”Maaf.” Hanya satu kata yang diucapkan namja ini, tetapi itu sudah lebih dari cukup bagiku.

”Aku yang seharusnya minta maaf. Maaf... Benar-benar maaf.”

”Hei...lihat aku! Jangan menangis Hoya. Maafkan aku.” Ucapnya sembari membalikkan tubuhku agar berhadapan dengannya. Tangannya dengan lembut menghapus air mataku yang terus menerus mengaliri pipi. ”Maukah kau memaafkanku?” tanyanya kemudian setelah memelukku dengan erat.

”Aku memang marah padamu Dongwoo, tetapi ini semua bukan salahmu. Ini semua salahku. Salahku karena bukan manusia. Salahku karena aku hanyalah seorang Gumiho.”

”Ssssttt...kau tak boleh berbicara seperti itu. Tak ada yang salah dengan seorang Gumiho. Maaf karena sebelumnya aku memojokkanmu dengan mengatakan kata Gumiho terus menerus. Aku bersyukur kau seorang Gumiho yang datang ke dunia ini. Dan aku bersyukur dapat mencintai dan dicintai oleh dirimu.”

”Aku punya alasan sendiri mengapa memilih Sungjong. Sungguh bukan karena aku tidak mencintaimu. Bukan karena aku tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama denganmu. Namun, Sungjong membutuhkan kesempatan ini. Kesempatan untuk bertemu anaknya. Aku... aku tak mungkin menghancurkan itu semua. Ini adalah kesempatan terakhir bagi Sungjong. Bila kesempatan ini tidak digunakan olehnya maka harapan untuk kembali ke dunia rubah dan bertemu dengan anaknya hilang untuk selamanya.” Jelasku panjang lebar. Rasa takut kehilangan Dongwoo yang pernah aku rasakan muncul kembali. Jemariku mencengkeram erat boneka yang kini masih di pangkuanku.

”Tak bisakah waktu kepulanganmu dan Sungjong kau buat lebih lama? Haruskah itu benar-benar satu minggu?” tanya Dongwoo dengan nada memelas. Aku tahu dia merasa sakit dan takut. Sama seperti dengan apa yang tengah aku rasakan saat ini. Walau ketika menanyakan itu Dongwoo tak menatap mataku langsung, tetapi semua rasa itu tetap tergambar jelas di sorot matanya.

”Andai aku bisa. Namun waktu bukanlah sesuatu yang dapat diatur dan diubah oleh seorang Gumiho.”

Hening. Entah berapa lama waktu yang kami habiskan dengan diam. Tak ada satu pun dari kami yang mengeluarkan suara. Seolah apa yang tengah kami pikirkan lebih menarik dibanding berbincang atau mengeluarkan suara. Dongwoo kini telah duduk di sampingku. Bila Dongwoo menatap jauh ke depan, berbeda denganku yang menjatuhkan sorot mataku pada tanah yang kini tengah aku injak.

’Ah...mengapa suasana seperti ini harus terulang kembali di antara kami?’

Tetap dengan aksi diam kami, Dongwoo meraih tanganku dan menggenggamnya lembut. Matanya masih menerawang jauh ke depan. Bahkan ketika kupalingkan wajahku untuk menatapnya, ia tetap tak mengalihkan pandangannya.

”Ayo! Ayo kita jalani waktu satu minggu yang tersisa.” Ucap Dongwoo memecah keheningan yang tercipta sedari tadi. ”Aku mencintaimu Hoya. Sangat mencintaimu. Belum pernah ada seseorang yang aku cintai dengan begitu dalam seperti ini. Kau adalah sosok yang akan selalu ada di hat

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kyugyunam #1
yuhuuu.. kudu komen duluu
rhe3a_1891 #2
Chapter 11: Sweet dongwoo ...
Urgh dilema bgt buat hoya ...
rhe3a_1891 #3
Chapter 10: Hoya udah 'harus' kembali k dunia rubah karna Sungjong...?
rhe3a_1891 #4
Chapter 9: Jd ... Myungyeol ortuny hoya ...?
Makin seru nh ...
Update hwaiting ..
rhe3a_1891 #5
Update hwaiting ..
rhe3a_1891 #6
Chapter 7: Foto siapa y ... ?
rhe3a_1891 #7
Chapter 6: GumihoYa imut bgt ...
Update hwaiting ...
pakicol #8
Chapter 5: Ada ada aja ni ngidamnya hoya. Mawar biru pula hadueh..
Lanjut dah. Penasaran gimana hoyanya..
aiai_kimie #9
Chapter 4: Yeeeeyyy woogyu... i love it.. suka suka..
Lanjuuut ya thooor ;)
pakicol #10
Chapter 4: Daebak. Thor. Sweet banget woogyu momentnya. Haduh. Jadi minder euy. Hehhehe.
Dilanjut penasaran ama nasib si guminho hoya. Kekeke