last december

Description

EPILOG

Aothor POV

Lelah dan bosan rasanya, menghindar dan membohongi perasaan sendiri. Eunha menolehkan kepalanya ke arah bangku taman itu, kosong, tak ada siapapun . . . seketika perasaan sesak dan sakit itu mengerumuni hatinya. Dengan usaha yang kuat gadis itu menahan gejolak luka dalam hatinya yang semakin meradang. Tak ada yang bisa dilakukannya saat ini selain menahan dan terus menahan. 

Dengan langkah penuh kekecewaan gadis itu berjalan menuju bangku taman yang kosong itu.

Sepasang matanya menatap beberapa tangkai bunga Lily yang mekar. Bunga Lily itu tampak sangat mempesona berada di tengah-tengah bunga mawar merah.

Dengan pelan Eunha mendekati bunga-bunga itu, dipetiknya setangkai bunga Lily putih. Tak sengaja jemarinya bersentuhan dengan duri dari bunga Mawar merah menyebabkan jari lentiknya itu meneteskan darah segar di atas bunga Lily putih. Bau yang sungguh anyir tercium menyeruak tajam. Cairan merah itu menetes tanpa henti bahkan sudah membasahi rerumputan di sekitarnya. Eunha terus memegang jemarinya yang terus mengeluarkan darah, perih luka itu membuat seluruh tubuhnya merinding dan ngilu.

Perih! Lukanya sangat perih.

Eunha meneteskan air matanya,

Perih! Menyakitkan! Nyeri! Tapi tidak semenyakitkan hatinya saat ini.

CHAPTER 1

.

Oke, hari ini Eunha fix telat, dan itu semua karena ulah Vernon yang meninggalkannya sendirian. Eunha jengkel bahkan sampai ke ubun-ubun. Tidak bisakah dia menungguku sebentar saja? Batin Eunha menjerit marah.

Eunha menangkap seseorang yang dikenalnya, orang itu sedang memasang earphone di telinganya.

Dengan langkah seribu Eunha menghampiri orang itu dan melepaskan earphonenya paksa.

Orang itu berbalik menatap Eunha dengan tatapan amat sangat keheranan, namun seketika ekspresi heran itu tergantikan dengan senyuman manis.

Eunha mengerjabkan matanya berkali-kali menatap pria jangkung dihadapannya.

"Kau lihat Vernon?" tanya eunha sambil berkacak pinggang.

"Dia ada di kelas." Eunha melewati pria itu tanpa permisi, sementara pria itu hanya melongo heran kepada gadis yang notabanenya sebagai adik sepupu dari sahabatnya, Vernon.

Pria itu hanya tersenyum manis dengan tingkah laku Eunha. Karena  earphonenya yang direbut paksa oleh gadis mungil itu masih berada dalam genggaman gadis itu.

Langkahnya kemudian menyusul Eunha yang sedari tadi sudah mendahuluinya.

.

EUNHA POV

Well, saat ini aku benar-benar dijadikan kacang busuk oleh cowok menyebalkan di hadapanku ini. Bahkan cowok ini tak pernah menatapku sedetikpun. Beberapa saat kemudian cowok ini melirikku sekilas dengan ekspresinya yang sungguh datar sedatar tembok.

"Berisik, Eunha. Kau bisa diam? Bawel"  ketusnya padaku. Dia kemudian sudah memasang earphone ditelinganya.

Aku menatapnya kesal, sangat-sangat kesal sampai aku ingin menendangnya sampai ke kutub utara. Aku tidak suka sifatnya yang seperti ini, dia benar-benar dingin dan acuh tak acuh terhadapku. Ada rasa nyeri di sudut hati ini, ketika dia bersikap seperti itu.

Aku keluar dari atmosfer yang hampir membuatku menangis.

Saat sedang berjalan aku teringat sosok yang aku temui sebelum Vernon. Oh tidak, bahkan earphonenya sekarang masih ada di tanganku. Ini milik Jisoo si Cogan SMA ini.

Well, aku harus menghapus pikiran bahwa hari ini hari yang buruk. Tapi menurutku, tetap saja Vernon lebih menarik dan mempesona. Astaga apa yang aku pikirkan sekarang. Tanpa banyak pikir lagi, segera aku menghampiri cowok itu. Ya Tuhan dia semakin keren dan tampan, bagaimana aku bisa selancang tadi padanya. Dan lalu, bagaimana jika ada yang melihat. Bisa-bisa aku di hajar oleh Jisoo Fanclub yang tersebar di seluruh sekolah ini. Segera ku hapus pikiran-pikiran konyol itu.

Cowok itu semakin terlihat keren saat dia bermain basket. Tuhan, dia seksi sekali. Astaga Eunha apa yang kau pikirkan dasar mesum. Tapi, aku tidak bisa membohongi bahwa Jisoo benar-benar seksi. Aku bisa membayangkan sixpack ataupun fourpack di balik kemejanya itu. 'Pluk' Eunha lagi-lagi mesummu ini kumat.

"Eunha........"

Foreword

Deg. Aku terlonjak kaget saat Jisoo memanggil namaku dari sana, saat ini cowok tampan itu sedang tersenyum kearahku. Aku hanya bisa membalas senyumnya dengan canggung. Tapi entah mengapa melihat senyumnya membuat kaki ku melangkah ke tepi lapangan itu, dan duduk di bangku yang ada di sekitarnya. Eunha kau memang benar-benar berani.

Aku bisa melihatnya mendrible bola sambil mendekat ke arahku, dan 'YUP'

Aku kaget bukan main saat Jisoo melempar bola itu ke arahku, dan aku berhasil menangkapnya.

 "Hei ... Kau tidak masuk kelas? Tidak masuk akal kalau alasanmu bolos adalah hanya karena ingin melihat kami bermain, atau ada hubungannya dengan kejadian di kelas antara kau dan Vernon.." aku kembali melempar bola itu ke arahnya dan dia dengan mudahnya menangkap bola itu dan memasukkannya ke ring yang menurutku, cukup tinggi. Aku dan Jisoo sebenarnya sudah saling mengenal walaupun tidak terlalu akrab, aku mengenalnya karena dia adalah sahabat baik Vernon . Jisoo sangat berbeda dengan Vernon, Jisoo adalah cowok yang ramah tidak seperti Vernon yang dingin seperti es yang bahkan di bakarpun tak akan meleleh menurutku.

"Bukannya tidak masuk, tapi tidak di bolehkan sama Jeon Sonsaenim dan semua kesialan ini karena Vernon. Dasar sialan."

Ujarku seraya membuka jas, karena menurutku di sini benar-benar gerah.

Dari sudut mata ku, aku bisa melihat pandangannya yang sementara memperhatikan ku, "Kalian selalu bertengkar. Tidak boleh seperti itu ... Memangnya kalian ada masalah?"

"jadi seperti ini, karena sekarang kita tinggal satu rumah, jadi dia akan sering berangkat bersamaku ke sekolah, dan dia meninggalkanku hari ini, menyebalkan bukan?." Entah mengapa aku tidak sadar jika terus mengomeli Vernon di hadapan Jisoo. Aduh bisa- bisa dia ilfeel melihatku seperti ini.  

Cowok ini hanya tersenyum. Senyuman itu manis dan ramah, membuat aura tampannya semakin terlihat jelas, senyuman Jisoo yang sejuk mendatangkan kesan hangat di wajahnya yang indah itu, sangat berbeda dengan Vernon saat tersenyum. Aku segera menggelang cepat, lagi-lagi aku teringat Vernon. Tapi memang benar sih, Jisoo dan Vernon sama-sama tampan, tapi di antara keduanya memiliki ciri khas ketampanan yang berbeda.

Saat aku memutar pandanganku ke arah pintu masuk ruang olahraga, aku melihat Vernon yang juga menatap ke arahku dan Jisoo, dan sepertinya cowok ini mau kemari. Aduh, mau apa sih dia, sangat mengganggu. Aku berharap setidaknya cowok ini tidak harus muncul di hadapanku sampai jam pulang sekolah nanti.

"Hei! Kau bolos?" Jisoo bangkit dan menepuk pundak Vernon saat cowok itu sudah berada di hadapan kami.

"Malas!" Vernon merampas bola yang ada di genggaman Jisoo kemudian mendrible beberapa kali hingga menciptakan satu strike di Ring.

Wah keren! Ternyata Vernon tak kalah keren dari Jisoo. Bahkan menurutku, Vernon sangat menakjubkan. Yak, apa yang kau pikirkan Eunha pabo, kenapa kau malah memuji cowok menyebalkan itu. Ini sudah ke puluhan ribu kalinya aku memuji Vernon. Tapi aku juga tidak bisa membohongi kalau cowok menyebalkan ini benar-benar sangat menarik. Aku mengenalnya sejak kecil, dan Vernon memang sudah menarik dan mempesona sejak kecil. Kenapa saat ini bahkan terasa sangat sesak.

"Oke, kita main" sahut Jisoo sambil mencoba merebut bola itu dari Vernon.

Bisa kulihat Vernon yang tengah fokus dengan bolanya. Dan dengan langkah gesit dia menghindari Jisoo sang lawan hingga lagi-lagi, strike. Three point!

Saat itu pula Vernon menatap tepat dan sangat intens ke arahku. Aku membuang muka pura-pura untuk tidak melihat matanya yang indah itu. Bisa saja aku dibual olehnya kalau aku sampai terpancing karismanya itu di lapangan basket.

.

.

"Aku keren bukan?" tiba-tiba saja Vernon cukup membuatku ternganga hebat dengan pertanyaan absurdnya itu. Aku terdiam sejenak, menatap lampu merah di tepi trotoar, yang menandakan bahwa mobil ini harus berhenti.

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet