One of these nights.

Description

One Of These Nights

 

Date           :19-03-16

          “Kenapa kamu belum tidur sayang? Gabisa tidur ya? Sini kakak bacain dongeng.. kamu mau yang cerita apa?”

          “Yang ini….”

          “Oke, dengerin yaa”

          “Di suatu hari, terlahir seorang putri yang manis dan memiliki mata yang indah. Kaki mungil dan kulit yang bersih. Tetapi sayang, ternyata sang putri bisu karna faktor keturunan dari sang nenek.”

          “Kasian ya kak.. adek suka putri itu”

          “Iya. Dan hari kedua, sang ratu melahirkan putrinya yang kedua. Matanya bulat. Rambut yang indah dan juga senyum yang menawan. Tapi sayang, putrinya ini juga memiliki kekurangan. Yaitu tidak bisa mendengar……………….”

          “Jadi mereka akan saling melengkapi ya kak?”

          “Hm.. tidak tau. Mungkin, dengarkan saja”

          “Baiklah.”

          “Dan kemudian hari………..”

 

15 tahun kemudian

          “Tuan putri, anda sudah seharian di taman ini. Apakah kau ingin berendam air hangat? Ini sudah sore”

          Perempuan itu pun menoleh dan memasang muka yang agak sedikit cemberut. Kemudian ia memberi isyarat tangan yang mengatakan, “Sebentar lagi.”

          Dan akhirnya 2 pelayan pun tetap menunngu dibelakang tuan putrinya itu. Tiba-tiba ada penjaga yang menghampiri pelayan dan mengatakan bahwa putri harus dibawa kedalam istana karna sedang ada masalah antara raja dan temannya. 2 pelayan itu mengerti dan langsung mengajak sang putri untuk kedalam. Walaupun dengan berat hati, tapi ia pun segera masuk.

Saat di kamar

          “Tuan putri, apakah anda ingin berendam air hangat? Jika ingin, akan ku siapkan segera.”

          Dengan isyarat tangan sang putri mengatakan, “Tidak, pergilah.”

          “Baiklah tuan putri. Jika ada yang diinginkan bunyikan saja loncengnya.”

          Putri pun berkaca di cermin dan melamunkan dirinya, “Aku Puteri dari Kerajaan Losaer. Aku puteri Herin. Aku ingin mereka mengenalku sebagai puteri yang cantik dan memiliki suara yang lembut. Tapi mengapa aku dilahirkan bisu? Apa ini hukuman dewa? Atau karna ibunda membenciku? Apa karena suaraku untuk adikku? Suara dia lembut untuk didengar. Dan seharusnya itulah suaraku!!!!”

          Hati Herin sangat bergejolak. Panas rasanya jika dia harus menghadapi kenyataan bahwa dia akan bisu selamanya. Dia bahkan selalu memikirkan bagaimana cara untuk mengambil pita suara milik adiknya. Tapi itu pastilah mustahil.

          Tidak mudah hidup seperti ini, baginya. Dia ingin mengatakan semua apa yang ingin ia katakan. Bukan melalui gerakan tangan. Terkadang ia sadar akan kekurangannya. Tapi setelah dia melihat adiknya bernyanyi, dia selalu iri dan ingin memiliki suara lembut sepertinya yang begitu indah.

Di kamar puteri kedua

          “Yeaaahhh… One of these nights.. Just for a minute.. Stay for a minute… uohh.. yeaahh..”

          Puteri kedua, Lami. Dia mempunyai kebiasaan menyanyi dengan suara yang merdu. Tetapi dia pun sama dengan herin. Yaitu memiliki kekurangan dengan tidak bisa mendengar.

          Dia pun berbaring di kasur, kemudian bangun dan ke halaman kamarnya. Dia pun mengatakan, “Cih, lami adalah puteri yang sangat bodoh. Buat apa kau menyanyi jika kau tidak bisa mendengar suara dirimu? Bahkan kau tidak tau apakah suaramu bagus atau tidak! Apakah aku dilahirkan cacat agar terlihat lebih jelek dari si herin itu?! Sungguh menyedihkan hidupmu lami. Semua yang harus kau miliki malah dimiliki oleh si herin itu.”

          Dia pun menggerutu dan menendang-nendang pagar halaman nya itu. Dan tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar. Ibundanya pun lupa dan akhirnya segera masuk kemudian menepuk putrinya. Dan memberikan isyarat untuk makan. Dan lami pun ikut bundanya untuk kebawah.

          Saat di meja makan, sudah ada ayahanda dan juga puteri herin yang sudah menunggu. Dengan memalingkan wajahnya ke herin, lami pun duduk di depannya. Tepatnya di samping ibundanya.

          Seperti yang diketahui, hubungan kedua saudara ini tidaklah baik. Karena keduanya selalu berfikir bahwa karna kekurangan mereka, mereka kalah dari yang lainnya. Tentu saja sang ayahanda dan ibundanya tak ingin ini terjadi terhadap kedua putrinya.

          “Sayang, makanlah. Herin? Apakah kau ingin salad vietnam? Ibu buatkan satu untukmu. Ini ambilah. Lami? Kau ingin susu sapi bu laurene? Ibu minta pelayan peraskan untukmu. Minumlah.”

          “Aku tidak ingin bu. Berikan saja pada puterimu yang itu. Mungkin akan membuatnya mendapatkan suara.” Lami pun menyantap burung dara yang dipanggang yang berada di hadapannya.

          Mendengarkan ucapan adiknya itu, membuat Herin geram dan hampir saja menumpahkan Sup asparagus yang ada di hadapannya. Tapi sang ibunda melerainya dan mengatakan bahwa biarkan saja Lami dan makanlah makananmu lalu masuklah ke kamar. Herin pun duduk kembali. Dengan kesal dia pun makan dan segera kembali ke kamarnya.

          Sedangkan di ruang makan, hanya ada ibunda dan Lami. Ayahanda nya akan keluar untuk bertemu Raja Verdom.

          Pelayan menyiapkan kertas dan bulu ayam serta tinta untuk menulis kesalahan apa yang dilakukan Lami pada kakaknya.

          Setelah selesai menulis, Sang ratu memberikannya pada puterinya. Dia pun membaca dengan malas kemudian berkata, “Apa ini? Hanya aku berkata seperti itu dia tidak terima? Aku hanya bercanda.” Kemudian Lami pun berlari ke kamarnya dengan kesal.

-------------------

Monday, March 28 at Fref kingdom.

          “Akan kusetujui. Tapi dengan satu syarat…”

Ternyata, sang Raja Ulrich ayahanda Herin dan Lami sedang mengunjungi kerajaan kerbatnya, yakni Fref kingdom. Yang dipimpin Raja Verdom. Untuk menyetujui pembangunan benteng agar musuh tidak mudah menyerang kedalam istana. Dan benteng yang akan dibuat sangatlah kokoh dan dapat menahan 50 lemparan meriam.

          “Baiklah. Apa syaratnya?”

          “Jodohkan salah satu puteriku dengan salah satu puteramu.”

          “Puterimu yang mana?”

          “Lami.”

          “Si….. Tuli?”

          “Benar. Setuju?”

          “Akan ku terima. Segera buat pernyataannya, akan ku tanda tangani segera.”

One Of These Nights

 

Date           :19-03-16

          “Kenapa kamu belum tidur sayang? Gabisa tidur ya? Sini kakak bacain dongeng.. kamu mau yang cerita apa?”

          “Yang ini….”

          “Oke, dengerin yaa”

          “Di suatu hari, terlahir seorang putri yang manis dan memiliki mata yang indah. Kaki mungil dan kulit yang bersih. Tetapi sayang, ternyata sang putri bisu karna faktor keturunan dari sang nenek.”

          “Kasian ya kak.. adek suka putri itu”

          “Iya. Dan hari kedua, sang ratu melahirkan putrinya yang kedua. Matanya bulat. Rambut yang indah dan juga senyum yang menawan. Tapi sayang, putrinya ini juga memiliki kekurangan. Yaitu tidak bisa mendengar……………….”

          “Jadi mereka akan saling melengkapi ya kak?”

          “Hm.. tidak tau. Mungkin, dengarkan saja”

          “Baiklah.”

          “Dan kemudian hari………..”

 

15 tahun kemudian

          “Tuan putri, anda sudah seharian di taman ini. Apakah kau ingin berendam air hangat? Ini sudah sore”

          Perempuan itu pun menoleh dan memasang muka yang agak sedikit cemberut. Kemudian ia memberi isyarat tangan yang mengatakan, “Sebentar lagi.”

          Dan akhirnya 2 pelayan pun tetap menunngu dibelakang tuan putrinya itu. Tiba-tiba ada penjaga yang menghampiri pelayan dan mengatakan bahwa putri harus dibawa kedalam istana karna sedang ada masalah antara raja dan temannya. 2 pelayan itu mengerti dan langsung mengajak sang putri untuk kedalam. Walaupun dengan berat hati, tapi ia pun segera masuk.

Saat di kamar

          “Tuan putri, apakah anda ingin berendam air hangat? Jika ingin, akan ku siapkan segera.”

          Dengan isyarat tangan sang putri mengatakan, “Tidak, pergilah.”

          “Baiklah tuan putri. Jika ada yang diinginkan bunyikan saja loncengnya.”

          Putri pun berkaca di cermin dan melamunkan dirinya, “Aku Puteri dari Kerajaan Losaer. Aku puteri Herin. Aku ingin mereka mengenalku sebagai puteri yang cantik dan memiliki suara yang lembut. Tapi mengapa aku dilahirkan bisu? Apa ini hukuman dewa? Atau karna ibunda membenciku? Apa karena suaraku untuk adikku? Suara dia lembut untuk didengar. Dan seharusnya itulah suaraku!!!!”

          Hati Herin sangat bergejolak. Panas rasanya jika dia harus menghadapi kenyataan bahwa dia akan bisu selamanya. Dia bahkan selalu memikirkan bagaimana cara untuk mengambil pita suara milik adiknya. Tapi itu pastilah mustahil.

          Tidak mudah hidup seperti ini, baginya. Dia ingin mengatakan semua apa yang ingin ia katakan. Bukan melalui gerakan tangan. Terkadang ia sadar akan kekurangannya. Tapi setelah dia melihat adiknya bernyanyi, dia selalu iri dan ingin memiliki suara lembut sepertinya yang begitu indah.

Di kamar puteri kedua

          “Yeaaahhh… One of these nights.. Just for a minute.. Stay for a minute… uohh.. yeaahh..”

          Puteri kedua, Lami. Dia mempunyai kebiasaan menyanyi dengan suara yang merdu. Tetapi dia pun sama dengan herin. Yaitu memiliki kekurangan dengan tidak bisa mendengar.

          Dia pun berbaring di kasur, kemudian bangun dan ke halaman kamarnya. Dia pun mengatakan, “Cih, lami adalah puteri yang sangat bodoh. Buat apa kau menyanyi jika kau tidak bisa mendengar suara dirimu? Bahkan kau tidak tau apakah suaramu bagus atau tidak! Apakah aku dilahirkan cacat agar terlihat lebih jelek dari si herin itu?! Sungguh menyedihkan hidupmu lami. Semua yang harus kau miliki malah dimiliki oleh si herin itu.”

          Dia pun menggerutu dan menendang-nendang pagar halaman nya itu. Dan tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar. Ibundanya pun lupa dan akhirnya segera masuk kemudian menepuk putrinya. Dan memberikan isyarat untuk makan. Dan lami pun ikut bundanya untuk kebawah.

          Saat di meja makan, sudah ada ayahanda dan juga puteri herin yang sudah menunggu. Dengan memalingkan wajahnya ke herin, lami pun duduk di depannya. Tepatnya di samping ibundanya.

          Seperti yang diketahui, hubungan kedua saudara ini tidaklah baik. Karena keduanya selalu berfikir bahwa karna kekurangan mereka, mereka kalah dari yang lainnya. Tentu saja sang ayahanda dan ibundanya tak ingin ini terjadi terhadap kedua putrinya.

          “Sayang, makanlah. Herin? Apakah kau ingin salad vietnam? Ibu buatkan satu untukmu. Ini ambilah. Lami? Kau ingin susu sapi bu laurene? Ibu minta pelayan peraskan untukmu. Minumlah.”

          “Aku tidak ingin bu. Berikan saja pada puterimu yang itu. Mungkin akan membuatnya mendapatkan suara.” Lami pun menyantap burung dara yang dipanggang yang berada di hadapannya.

          Mendengarkan ucapan adiknya itu, membuat Herin geram dan hampir saja menumpahkan Sup asparagus yang ada di hadapannya. Tapi sang ibunda melerainya dan mengatakan bahwa biarkan saja Lami dan makanlah makananmu lalu masuklah ke kamar. Herin pun duduk kembali. Dengan kesal dia pun makan dan segera kembali ke kamarnya.

          Sedangkan di ruang makan, hanya ada ibunda dan Lami. Ayahanda nya akan keluar untuk bertemu Raja Verdom.

          Pelayan menyiapkan kertas dan bulu ayam serta tinta untuk menulis kesalahan apa yang dilakukan Lami pada kakaknya.

          Setelah selesai menulis, Sang ratu memberikannya pada puterinya. Dia pun membaca dengan malas kemudian berkata, “Apa ini? Hanya aku berkata seperti itu dia tidak terima? Aku hanya bercanda.” Kemudian Lami pun berlari ke kamarnya dengan kesal.

-------------------

Monday, March 28 at Fref kingdom.

          “Akan kusetujui. Tapi dengan satu syarat…”

Ternyata, sang Raja Ulrich ayahanda Herin dan Lami sedang mengunjungi kerajaan kerbatnya, yakni Fref kingdom. Yang dipimpin Raja Verdom. Untuk menyetujui pembangunan benteng agar musuh tidak mudah menyerang kedalam istana. Dan benteng yang akan dibuat sangatlah kokoh dan dapat menahan 50 lemparan meriam.

          “Baiklah. Apa syaratnya?”

          “Jodohkan salah satu puteriku dengan salah satu puteramu.”

          “Puterimu yang mana?”

          “Lami.”

          “Si….. Tuli?”

          “Benar. Setuju?”

          “Akan ku terima. Segera buat pernyataannya, akan ku tanda tangani segera.”

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet