Soulmate

Description

"Kenapa aku selalu kurang jika kau tak bersamaku."

 

"Kita adalah satu..."

Foreword

Birunya langit mampu menutupi gumpalan awan hitam yang dikelilingi petir didalamnya. Hari cerah nan damai pagi ini memanjakan semua makhluk yang memandang bentangan langit. Termasuk seseorang yang nampak tersenyum dibalik jendela yang telah terbuka kacanya. Dia lalu membalikkan bahu kecilnya, memunggungi senyuman mentari pada dunia. Langkah kaki yang masih terseok-seok karena kemungkinan dia masih lemas selepas bangun dari tidurnya.

Arah jalannya menuju kamar mandi yang terdapat didalam kamarnya sendiri. Wajah pucat langsung dia dapati ketika kaca besar memantulkan bayangan tubuhnya yang kini nampak menyusut. Senyuman yang dia tampilkan sekarang bukanlah kebahagiaan seperti memandang sinar sang surya tapi kini lebih menjurus pada kesedihan yang mendalam, yang dia simpan dibalik kedua pupil matanya yang kecil.

 

"Uhhuk"

Dia terbatuk dan terus terbatuk hingga dia merasa dadanya menyempit. Sulit untuk menggapai udara melalui hidung maupun mulutnya yang masih saja mengeluarkan nada kesakitan.

Akhirnya diapun berhenti, tapi dia merasakan sesuatu yang dia sering rasakan jika setelah batuknya reda. Cairan kental menyerupai ludah didalam mulutnya yang berbau anyir dan juga rasa asin yang membuatnya mual.

 

Darah.

 

Cairan merah pekat itu keluar dari mulutnya tanpa dia cegah. Terus. Darah itu terus mengalir dari kedua bibir berwarna putih keunguan miliknya.

 

"Baekhyun! Ya Tuhan!"

Seseorang menyebutkan namanya. Orang itupun langsung mengambil handuk yang tergantung dibalik pintu kamar mandi. Lalu membersihkan daerah bibirnya dengan gerakkan pelan.

 

"Percuma saja kau lakukan ini semua.. Aku akan tetap seperti ini.. Kenapa kau seperti itu padaku? Kau selalu saja mer—"

 

"Kau keluargaku! Kau adalah sahabatku—"

 

"Orang yang selalu membuatmu kesusahan setiap hari!!"

 

"Tidak! Kau sudah kuanggap keluargaku sendiri, Baek. Aku menyayangimu—"

 

"Apa gunanya kau melakukan ini semua?! Aku bahkan tak bisa mengurusi diriku sendiri karena aku—"

 

"Sudah cukup! Berhenti membuatmu menjadi seperti ini, Baekhyun!"

 

"Aku memang terlahir menyedihkan! Keluargaku bahkan tak ingin mengakui anak sepertiku!"

 

"Apakah keluargaku juga tak sepertimu?! Aku dibuang ditepi jalanan! Ingat itu, Baek. Kita mempunyai masa lalu yang sama."

 

"Tidak! Aku lebih menyedihkan dibanding dirimu... aku berpenyakit karena itu mereka membuangku! Tapi kenapa?! Kenapa aku yang menjadi korban dari semua dosa yang orangtuaku lakukan? Kenapa Tuhan menghukumku!! Menghukum seorang bayi mungil itu?!"

 

"...."

 

"Aku hidup bersama virus yang selalu bersemayam didalam tubuhku sendiri! Aku hidup bersama dengan kesedihanku sendiri! Aku hidup dengan badai kehidupan yang selau menerjang hidupku ketika penyakit itu muncul!! Aku hidup bersama senyuman yang bahkan mengolokkan diriku sendiri! Aku—"

 

Grep.

 

Sebuah pelukan menghentikan suara kefrustasian. Tetesan air mata kini meluncur dengan bebas dipipi mereka masing-masing. Deru nafas berat keluar dari hidung sipenerima pelukan.

 

"Jangan pikirkan yang lain jika kita sedang bersama. Kita adalah keluarga, meskipun kita tak mempunyai darah yang sama ataupun bukan sepasang saudara kandung. Tapi kita mempunyai keturunan yang sama. Aku disini untuk menemani hidupmu. Jangan menganggap seolah kau sendirian didunia kejam ini."

 

"Chanyeol...."

 

"Hmm..?"

 

"Apa yang akan kau lakukan jika waktuku—"

 

"Kumohon, jangan membicarakan hal yang membuatmu tidak baik juga. Aku percaya kau akan sembuh dari penyakit ini!"

 

Braakk

Tubuh Chanyeol tersungkur pada pintu. Dia meringis ketika dia merasakan sebuah aliran cair keluar dari dalam tubuh pada punggungnya.

 

Sementara pelaku yang membuatnya terjatuh itu kini memandangnya nyalang.

 

"Berhenti berharap dengan ketidakpastian! Aku muak kau selalu berbicara seperti itu!! Kau tahu betul jika semua orang sepertiku tak memiliki waktu yang lama dan kebahagiaan didunia ini!"

 

"Tuhan tak sejahat itu, Baekhyun! Berhenti menyalahkan Tuhan!"

 

"Aku... apakah aku harus menyalahkan diriku sendiri?"

 

"Tunggu, Baek. Bukan seperti itu. Dalam hal ini—"

 

"TAKDIR. IYA INI TAKDIRKU, CHANYEOL!"

 

"Baekhyun sudahlah...hentikan semua ini." Chanyeol kembali merangkul bahu yang lebih kecil darinya. Tapi, Baekhyun berontak dalam pelukkannya. Lambat launpun Baekhyun akhirnya menghentikan aksinya sendiri. Keinginan hati kecilnya untuk membalas pelukan sang sahabat akhirnya dia lakukan. Tapi, ada suatu hal yang mengganjal pada dirinya.

 

"Chanyeol? Kenapa dengan punggungmu?"

 

"Itu luka kecil"

 

"Apakah aku sudah melukaimu? Ya Tuhan, maafkan aku. Aku tidak berkeinginan untuk menyakitimu, Chanyeol. Aku benar-benar tidak berguna."

 

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir."

 

Merekapun kembali saling menghangatkan diri dengan cara menempelkan kedua tubuh masing-masing.

 

"Kau berharga untukku dan juga hidupku, Baekhyun."

 

"...."

 

.

.

.

 

Chanyeol mengangkatkan kedua tungkai kakinya yang dia rasa sangat lemas. Dia kembali melihat objek didepannya dengan mata yang terlihat sembab dan juga pipi yang dijejakki oleh air mata. Bibir yang berkedut menghasilkan senyuman getir diwajahnya yang rupawan. Awan mulai menampilkan warna jingga kemerahan menandakan jika ini sudah petang. Chanyeol melihat garisan indah yang tertera dipusara putih itu.

Sebuah nama tercetak apik disana.

Nama seseorang yang telah hidup bersamanya belasan tahun.

Kini telah meninggalkannya pergi untuk selama-lamanya.

Chanyeol memberikan senyuman tulus dikedua bibirnya yang tebal.

 

"Semoga dikehidupanmu yang sekarang, kau tak lagi merasakan sakit disekujur tubuhmu. Aku disini akan tetap menjadi sahabat kecilmu yang selalu berada dimana kau membutuhkan. Panggil aku jika kau merasa kesepian disana, Baek."

 

Semilir angin berhembus pelan. Menggoyangkan helaian rambut coklatnya.

.

.

 

Sebuah kecelakaan yang terjadi dipusat perbelanjaan Seoul disore hari ini membuat kemacetan panjang dan hal itu juga membuat pasang mata yang melihat tabrakan tersebut menggigil. Kecelakaan itu disebabkan oleh pengemudi mobil sepasang suami istri yang menerobos lampu merah dan menabrak pengendara motor yang melintas dipersimpangan jalan. Tabrakan itu tak bisa dihindari karena kedua pengendara sedang melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Dan hal itu mengakibatkan kedua nyawa harus hilang ditempat kejadian peristiwa tersebut. Seorang wanita yang diyakini adalah istri dari pria yang telah dilarikan kerumah sakit setempat adalah salah satu korban yang menghembuskan nafas terakhirnya ditempat kejadian. Dan pengendara motor yang menjadi korban sebenarnya dari kecelakaan ini pun meregang nyawa setelah terlempar sepuluh meter dari motornya. Nama dari kedua korban itu adalah Nyonya Kim Saeun dan Tuan Park Chanyeol.

Kecelakaan yang merenggut nyawa ini pun masih diselidiki oleh polisi. Untuk sementara waktu Lee Sungmin suami dari almarhum Kim Saeun adalah tersangka dari kasus kecelakaan ini.

.

.

 

"Kenapa aku selalu kurang jika kau tak bersamaku."

 

"Kita adalah satu..."

 

                                           #END#

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet