Will You Kiss Me?

Hello
Please Subscribe to read the full chapter

Author POV

“ yeoboseyo?”

“……………..”

“jagiya, apakah kau masih marah?” Seungcheol tertawa kecil ketika tak kunjung ada sautan suara dari ujung telepon.

“eodiga Jihonie? Aku akan menjemputmu sekarang..maaf tadi pagi aku tak bias mengantarkanmu ke kampus”

“kau tau seberapa susahnya aku untuk bangun setelah semalam begadang kan?” Seungcheol mengakhiri monolognya dengan senyum manis meski yang di ujung saluran telfon tentu tidak melihatnya.

thud.

"hnn? kenapa sambungannya terputus?" Seungcheol menggenggam ponsel yang sebelumnya diapit oleh telinga dan bahunya dan menyadari bahwa layar ponselnya gelap.

"ah..mati. dimana pengisi daya ponselku" Sengcheol berlari kembali masuk ke dalam kamar untuk mencari alat pengisi daya ponselnya. Erangan frustasi lolos dari bibir Seungcheol ketika tak sengaja melirik jam digital yang ada di meja belajar kamarnya.

"sudah waktunya kelas Jihoon selesai..lebih baik aku susul ke kampus" kemudian Seungcheol membuka pintu lemari dan mengambil salah satu jaketnya asal. Tujuannya hanya satu, segera bertemu dengan Jihoon. Rasa bersalah terus berada dibenaknya selama perjalanan, mengingat pagi tadi ia tidak dapat menepati janjinya untuk mengantarkan Jihoon-nya. 

Setelah memakirkan mobilnya di dekat pintu gerbang, Seungcheol sedikit berlari ke arah ruangan kelas namun langkahnya terhenti. 

"Soonyoung!" Seungcheol memanggil seseorang berambut blonde yang sedang berjalan sambil memainkan ponselnya. Seseorang yang ia percaya mengetahui dimana keberadaan oarang yang ia cari.

"oh..Hyung, kau mencari Jihoon? dia sudah pulang. Kelas kami selesai lebih awal tadi" Soonyoung menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangan dari ponsel yang sedang ia pegang. 

"ah benarkah?" raut kecewa terlihat jelas di wajah tampan Seungcheol. Melihat perubahan ekspresi Seungcheol yang drastis itu, Soonyoung menyunggingkan senyum lebar yang membuat matanya menyipit.

"Jihoon pasti sedang marah padamu" terka Soonyoung sambil menaikkan jari telunjuk kanannya ke Seungcheol. Mendengar perkataan Soonyoung semakin membuat pundak Seungcheol menurun.

"aku hanya bercanda hyung. Lebih baik kau susul Jihoon di apartemennya." senyum jahil Soonyoung berubah menjadi senyum manis penuh simpati yang tulus ia berikan melihat kekecewaan Seungcheol yang semakin kentara.

"kau benar. Baiklah aku akan pergi. Gomawo.." senyum cerah Seungcheol kembali tersungging. Seungvheol melambaikan tangannya kemudian berlari ke arah mobil tidak ingin membuang waktu.

at Jihoon's apartement

Seungcheol sedikit berlari menuju ke arah lift tak terlalu memerhatikan lampu lift yang menunjukkan bahwa lift sudah hampir sampai ke lantai di mana ia berdiri. 

Ding

"Oh" Seungcheol terhenyak, kemudian lagsung memasuki lift yang pintunya baru saja terbuka sempurna. Tak sengaja bahunya menyenggol seorang yang keluar dari lift tersebut. Pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya itu terhenyak karena langkahnya terhuyung kebelakang. Buru-burur Seungcheol menundukkan kepalanya sebagai tanda permintaan maaf. Pemuda itu termenung. Selama beberapa detik mereka hanya saling pandang, saling memperhatikan manik mata masing-masing. Kemudian pemuda itu tersadar dan menganggukkan kepalanya dan berbalik. Seungcheol terdiam sejenak kemudian buru-buru menekan tombol lantai kamar Jihoon.

Jihoon masih berdiri terpaku di tengah ruang apartemennya. Ponselnya masih tergeletak di samping kakinya. Tak berpindah dari saat Jihoon menjatuhkannya tadi. Suara bel sedikit menyadarkannya. Jihoon mengangkat kepalanya yang tertuntuk perlahan. Kemudian dengan hati-hati membalikkan badannya untuk melihat pintu depan kamar apartemennya dalam diam. Beberapa detik hingga perlahan Jihoon berjalan mendekati pintu untuk membukanya. 

"Jihoonie..." seru Seungcheol ketika Jihoon sedikit membuka pintunya. Sesuatu yang sedari tadi ada di genggaman tangannya ia sembunyikan di balik bahu lebarnya.

"ah..hyung. Masuklah.." tak ada perubahan pada raut muka Jihoon. Jihoon membuka lebar pintu apartemennya kemudian berbalik kembali menuju ruang tengah apartemennya. Langkah lambatnya terhenti ketika terdengar suara Seungcheol di belakangnya.

"aku tau kau mungkin marah...jadi aku membawakan ini" Seungcheol memindahkan benda yang ia sembunyikan ke depan tubuhnya ketika tubuh Jicheol juga berbalik. Senyum Seungcheol mnegembang, ketika tangan Jicheol mulai terangkat dan meraih buket bunga itu. Tulip putih. Permohonan maaf kalau orang bilang. Jihoon memandangi rangkaian bunga itu. Sedikit senyum timbul di bibir tipisnya.

"kau suka?" tanya Seungcheol. Manik matanya tak pernah berpindah dari wajah Jihoon. Senyum Jihoon mulai bergerak mengembang meski lemah menjadi senyum yang membuat matanya menyipit.

"jadi kau sudah tak marah padaku kan, Hoonie?" Jihoon terdiam. Senyum Seungcheol mulai pudar dan berganti dengan raut muka bingung melihat ekspresi Jihoon yang sulit diartikan.

"hyung..." kini senyum Jihoon sama sekali tak terlihat diraut muka datar Jihoon. Hal itu membuat jantung Seungcheol mulai berdetak maikn tak karuan.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet