I Love You

I Love You

"Yoona-ya!"

Namja itu mempercepat langkah kakinya, berusaha mengejar yeoja yang berjalan mendahuluinya.

"Yoona-ya dengarkan aku!"

Ia berhasil menggapai lengan yeoja itu dan menariknya,
"Apa lagi yang harus aku dengarkan?"

"Aku tidak berselingkuh dengan siapapun! Aku benar-benar hanya sibuk, Yoong." 

"Sibuk bersama dengan yeoja itu ne?"

Namja itu menunduk, menghela napasnya kasar, kemudian kembali menatap yeoja yang berdiri dihadapannya. 

"Dia adalah rekan host ku di acara itu. Tentu saja aku cukup sering bersama dengannya"

"Lalu untuk apa kau menaruh foto mu di dalam dompetnya? Agar ia selalu mengingatmu?"

"Aku hanya bercanda.."

Yoona, yeoja itu, menepis tangan Ryeowook yang sejak tadi menahan lengannya. 

"Aku pulang." ujar Yoona dan kembali berjalan.

"Aku akan mengantarmu" 

Ryeowook kembali menahan tangan Yoona namun lagi-lagi Yoona menepisnya. 

"Tidak perlu. Aku membawa mobil." 

"Yoona-ya!" 

Yoona terlihat terkejut saat Ryeowook membentaknya. Masih dengan perasaan yang campur aduk, ia memutar tubuhnya dan menatap namja itu.

"Apa hak mu membentakku, Kim Ryeowook-ssi?"

"Kau tidak mendengarkan sunbae mu, Im Yoona." 

"Perkataanmu tak perlu aku dengarkan." 

Emosi Ryeowook mulai memuncak naik, sehingga ia memutuskan untuk diam.

"Dan kupikir akan lebih baik jika hubungan ini cukup sampai disini. Dengan begitu kau akan bahagia."

Perkataan Yoona membuat Ryeowook menatap yeoja itu tak percaya. Dadanya terasa sakit. 

"Aku pergi. Annyeong" 

Dan tanpa menunggu jawaban dari Ryeowook, Yoona melangkahkan kakinya keluar dari gedung KBS.

Untuk beberapa saat, Ryeowook terdiam mematung. Berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. 

'Drrt drrtt..'

Ryeowook meraih telepon genggamnya yang berada di meja.

"Ne?"

"Hyung, Sukira akan segera on air. Cepatlah ke studio"

Ryeowook memijat keningnya pelan, Ia baru mengingat bahwa Ia ada jadwal Sukira malam itu.

"Aku akan segera kesana."

Pip.

--------

"Babo." Desis Yoona pelan ditengah dinginnya salju malam itu.

Jalanan Seoul yang sepi dengan salju yang turun semakin lebat, membuat Yoona menggigil.

Ia memang berbohong pada Ryeowook. Sebenarnya Ia tidak membawa mobil. Namun Ia sudah terlalu kesal pada namja itu.

"Babo..."

Kakinya mulai terasa beku. Ia memutuskan untuk duduk disebuah kursi taman yang telah dipenuhi salju. 

"Babo babo babo!!!" seru Yoona kesal. Suaranya serak. Wajahnya mulai memucat dan jari-jarinya mulai kaku.

"Aku menyesal karena mencintaimu, bodoh..." perlahan, air mata mengalir dari sudut mata kiri Yoona. 

"Yoona-ya?"

Tiba-tiba, sebuah suara terdengar memanggil namanya.

"Nu-nugu?"


-------


"Ne, kali ini aku akan membaca beberapa pesan yang masuk untuk Sukira." ujar Ryeowook di tengah siaran. 

Ketika Ia sedang membaca pesan pesan tersebut melalui komputernya, tiba-tiba Ia segera bangkit dari kursinya dan berlari keluar dari studio, membuat staff Sukira lainnya sangat terkejut.

Ryeowook berlari melewati tangga darurat menuju pintu keluar gedung KBS.

"." umpat Ryeowook saat ia kesulitan meraih kunci mobilnya yang berada di dalam saku celananya.

'Bagaimana bisa kau membiarkan wanitamu menggigil ditengah hujan salju sementara kau duduk dengan tenang di radio? Mungkin aku akan lebih mampu mengurusnya. Ia ada bersamaku sekarang, Ryeowook-ssi.'

Ryeowook berhasil meraih kuncinya dan segera menancap gas dengan kekuatan penuh.

"Leeteuk-hyung. Seseorang menerorku melalui Sukira. Ia bilang Yoona ada bersamanya. Tolong bantu aku mencari Yoona, hyung. Ne"

Ryeowook mengakhiri teleponnya kemudian menghubungi salah satu staff Sukira.

"Ne, mianhae aku pergi tiba-tiba. Ada sebuah pesan teror yang masuk tadi, isinya mengatakan tentang Yoona. Bisa kau lacak alamat IP nya? Ne. Gomapta"

Ryeowook kembali mengakhiri teleponnya dan menekan nomor lain.

"Taeyeon-ah, apa Yoona denganmu? Ne, Yoona sepertinya diculik seseorang. Aku sedang mencarinya. Seseorang mengirim pesan padaku bahwa Yoona bersamanya. Tolong bantu aku mencarinya. Gomapta"

Kemudian Ryeowook mencoba menelepon ponsel Yoona namun tidak ada jawaban. 
Ryeowook menyalakan lampu sen mobilnya untuk memperjelas penglihatannya. Ia menyusuri sepanjang jalan namun tak menemukan yeoja itu.

"Yoona-ya... Mianhae...." ujar Ryeowook pelan, nyaris tak terdengar.

'drrt... drrt..'

Ryeowook meraih ponselnya yang tergeletak di dashboard dan segera menjawab telepon.

"Hyung aku menemukan alamat IP nya. Aku juga mendapatkan lokasi dimana orang itu saat mengirim pesan"

"Kirimkan alamatnya padaku dengan SMS" jawab Ryeowook cepat.

Satu menit kemudian, Ia berhasil mendapatkan sebuah alamat. Ryeowook segera memutar balik mobilnya dan menuju alamat itu.

-----

"Ah.." Yoona mengerjapkan kedua matanya. Ia merasa kepalanya agak berat. 

"Kau sudah bangun hmm?"

Yoona merasa tak asing dengan suara itu. Perlahan ia membuka kedua matanya.

"Ah... Kau... yang tadi.." 

Namja itu tersenyum. Namun sedetik kemudian Yoona menyadari bahwa tangan dan kakinya diikat.

"Kau mengikatku? Wae?" Yoona terlihat bingung. 

Yoona menatap sekelilingnya namun Ia tak tau dimana Ia sekarang.

"Kau menculikku?!" seru Yoona dengan wajah kesal.

"hmmph.." Namja itu tersenyum, "Aku akan menjagamu, Yoong"

Yoona menatap namja itu lekat.
"Mwo? Ani, lepaskan aku. Aku tidak mengenalmu!" 

Namja itu mendekat dan kini duduk di tepi ranjang, dimana Yoona berbaring. 

"Jangan mendekat!" seru Yoona lagi, namun namja itu hanya tersenyum mengejek.

"Yoona-ya, aku akan menjagamu. Aku akan mengurusmu." Perlahan, namja itu mengulurkan tangannya pada Yoona, mengelus pipi yeoja itu.

"Sirheo!" Yoona menggeser tubuhnya menjauh, membuat namja itu mengumpat pelan.

"Apa yang membuatmu lebih memilih dia? Dia bahkan tak bisa menjagamu dari hujan salju" ujar namja itu sinis.

Yoona terdiam. Hubungannya dan Ryeowook hanya diketahui oleh beberapa member GG dan beberapa member SJ. Tak ada yang lain. Tapi mengapa orang itu dapat mengetahuinya?

"N-neo.... Neo nuguya?" tanya Yoona ragu.

Hening.

Beberapa detik kemudian, namja itu tertawa.

"Hahahahaha"

Yoona menatap namja itu dengan takut. Ia kembali menggeser tubuhnya.

"Aku? Aku adalah fanboy mu. Aku sangat menggilaimu, Yoona-ya"

Namja itu memajukan tubuhnya mendekati Yoona. Ia menyentuh kulit yeoja itu.

"Kulitmu bersih dan mulus sekali hmm" 

Yoona kembali menggeser tubuhnya dan menekuk lututnya.

"Semakin kau menjauh, aku akan semakin kasar. Kau tau?" Namja itu kini menyentuh paha Yoona.

"Jangan pegang aku!" 

"Aish, kau galak sekali." Namja itu tersenyum menyeringai, "tapi kau semakin seksi kalau segalak dan sedingin ini." 

Dengan berani, namja itu menggenggam kedua bahu Yoona dengan kencang dan mendekatkan wajahnya pada Yoona, mencoba mencium bibir yeoja itu. 

Yoona memundurkan tubuhnya. Hingga beberapa centimeter lagi bibir mereka bersentuhan, Yoona menendang dada namja itu.

'Buk!!'

Namja itu terjatuh dari ranjang, kemudian Yoona segera meloncat turun dan dengan kaki tangan yang masih terikat, ia meloncat menuju pintu.

"Argh, yeoja sialan" desis namja itu. Ia segera bangkit berdiri dan mengejar Yoona yang kesulitan menyentuh gagang pintu.

"Kyaaa!!" 

Namja itu berhasil menarik kasar lengan Yoona, kemudian menjatuhkan yeoja itu kembali ke ranjang.

"Kau membuatku marah, sayang" ujar namja itu kemudian menindih Yoona, memegangi tangan yeoja itu.

"Andwae!! Andwae!!" Yoona berseru kencang, menjerit sebisa mungkin dan meronta berusaha melepaskan diri. Namun namja itu lebih kuat.

Ia sudah berhasil melucuti pakaian Yoona, sehingga kini ia hanya mengenakan bra dan celana dalam.

"Kau akan menjadi milikku, Jagiya"

Namja itu mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona, namun ciumannya kembali gagal saat terdengar suara pintu yang terbanting keras.

'BRAK'

"Menjauh dari Yoona, brengsek." 

Namja itu segera turun dari ranjang dan ia tersenyum sinis.

"Oh, ternyata kau datang juga, Kim Ryeowook." 

Ryeowook mengalihkan pandangannya pada ranjang dan ia terkejut melihat Yoona yang nyaris tak mengenakan pakaian. 

"Y-Yoona..."

Namja itu berjalan mendekati Ryeowook dengan pisau lipat di tangannya.

"Sayang sekali, kau terlambat. Yoona sebentar lagi akan menjadi milikku, Hyung" 

Dan sedetik kemudian, namja itu melayangkan pukulannya pada Ryeowook namun lelaki itu berhasil menangkisnya dan memutar tangan namja itu, menghempaskannya ke lantai dan memukuli wajah namja itu.

"Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya, bajingan!"

Buk! Buk! 

Ryeowook menghujani wajah namja itu dengan pukulan, sementara Yoona yang sudah mengenakan pakaiannya, segera meraih handphone nya yang berada di tas lalu menghubungi polisi.

"Yoona, keluarlah!" seru Ryeowook pada yeoja itu.

Saat itulah Ryeowook lengah dan namja itu mendorong Ryeowook hingga membentur lemari.

"Oppaa!!!!" Yoona berteriak histeris saat Ryeowook membentur lemari itu dengan sangat keras.

Yoona ingin berlari mendekat namun Ryeowook berseru,
"Menjauhlah, keluarlah dan cari bantuan untukmu!" 

Ryeowook berusaha bangkit namun namja itu menarik kerah bajunya dan memukuli wajahnya.

'Bugh! Bugh!'

Air mata Yoona mengalir deras. Ia menutup mulutnya, tak sanggup melihat pertikaian dihadapannya yang tak luput dari darah. Wajah namja itu penuh dengan lebam dan darah, tak jauh berbeda dengan Ryeowook.

'Argh!' Ryeowook meringis saat namja itu kembali memukul pelipisnya.

'Bruk!' Ryeowook sekuat mungkin mendorong tubuh namja itu dan berusaha meraih kedua tangannya untuk ia ikat, namun saat memutar tangan itu, dengan sigap namja itu  membalikkan tubuhnya dan menusukkan pisau lipat kecil yang ia sembunyikan di tangan kanan ke perut Ryeowook.

'Slebb'

"Akkhhh...." Ryeowook mengerang kesakitan. Suaranya terdengar memilukan, diikuti dengan jeritan histeris Yoona. 

"Haha.. Aku..berhasil..." Namja itu berjalan dengan langkah gontai, melewati Ryeowook. Namun,

'Duakk!!'

Dengan kekuatannya yang tersisa, Ryeowook melayangkan tendangannya tepat di punggung namja itu. Dan sedetik kemudian,

'Brukk'

Namja itu terjatuh.

Ryeowook mencabut pisau yang menusuk perutnya, kemudian ia melemparkannya ke atas tubuh namja itu.

"Jangan pernah kau sentuh Im Yoona."

Dan Ryeowook terjatuh.

Yoona segera berlari menghampirinya, menopang tubuh lelaki yang sudah terkulai lemas itu.

"Oppa! Oppa, jebal buka matamu! Oppa!!!" Yoona berseru frustasi, ia menepuk nepuk pipi Ryeowook namun sia-sia, namja itu tak menunjukkan reaksi apapun.

"Mianhae, Oppa.. Jebal.. Jangan tinggalkan aku..." Yoona memeluk Ryeowook erat, tanpa mempedulikan darah yang mengotori pakaiannya. 

"Jebal, Oppa....." Yoona menggenggam kedua tangan Ryeowook dengan erat, kemudian mencoba memeriksa degup jantung namja itu.

"Y-Yoona...."

Yoona segera mengangkat kepalanya dan menatap Ryeowook,
"Oppa.... Oppa, jangan tinggalkan aku..." 

Sebisa mungkin, Ryeowook memperlihatkan senyuman terbaiknya kepada yeoja itu. 

"Mianhae, Yoong. Jika aku mengantarmu, pasti..."

"Ani, jangan banyak bicara, Oppa! Kau tertusuk, kau bisa kehilangan banyak darah" Yoona mengusap wajah Ryeowook, membuat namja itu tersenyum.

"Aku tidak berselingkuh dengan siapapun, Yoong. Mianhae aku terlalu sibuk sehingga melupakanmu"

Yoona kembali meneteskan air matanya, membuat Ryeowook terkejut dan mengusap pipi Yoona.

"Wae? Uljima, Yoong. Jangan menangis. Tersenyumlah. Aku tidak ingin kau menangis disaat terakhir aku melihatmu.." ujar Ryeowook lemah namun ibu jarinya tetap bergerak menyapu buliran air mata yang mengalir di pipi Yoona.

"Apa yang oppa katakan? Tidak ada saat terakhir!" Yoona menggeleng kuat-kuat, namun air matanya tak henti mengalir.

"Saranghae..." Ryeowook mendekatkan wajahnya dan mengecup tiap bulir air mata yang membasahi wajah Yoona.

"Jeongmal...saranghae..." Dan Ryeowook menangkup kedua pipi Yoona, kemudian mencium bibir yeoja itu dengan lembut. 

Yoona memejamkan matanya, berusaha menahan air matanya namun sia-sia. 
Ciuman lembut dan tulus itu semakin meluluhkan hati Yoona. Yeoja itu membalas ciuman Ryeowook dan perlahan, ciuman mereka terlepas.

Ryeowook menatap Yoona lurus sembari mengusap pipi Yoona dengan lembut, kemudian ia tersenyum dan perlahan memejamkan matanya, bersamaan dengan tangannya yang mulai melemas lalu terjatuh.

"Oppaaaaaaa!!!!!!!!"

-------------

2 bulan kemudian.


'kriett....'

Ia menoleh ke arah pintu lalu tersenyum. 

"Aku membawa bubur buatanku untuk Oppa" ujar seorang yeoja sembari menaruh sebuah kotak makan di nakas yang berada di samping ranjang.

"Hmm? Apakah bisa dimakan?" canda namja yang berbaring di atas ranjang tadi, membuat yeoja itu tertawa dan mencubit hidungnya.

"Tentu saja bisa, Oppa! Aish kau sombong sekali karena sangat hebat memasak" 

"Aww appo, Yoong" namja itu meringis saat hidungnya ditarik.

"Haha, kajja Oppa, kau harus segera makan" Yoona duduk di kursi dan membuka kotak makannya.

Sementara Ryeowook mengusap hidungnya yang memerah dan tersenyum memandangi Yoona.

"Buka mulutmu Oppa, aaaa~" 

Ryeowook membuka mulutnya dan Yoona menyuapinya.

"Amm. Anak pintar. Kkkkk" Yoona tertawa kecil dan kembali menyuapi Ryeowook.

"Yoona-ya, gomawo" 

"Eh?" Yoona menghentikan aktivitasnya dan menatap Ryeowook heran.

"Untuk apa?"

"Jika bukan karena mu, aku tidak akan memilih untuk kembali." Ryeowook tersenyum.

"Aku tidak mengerti.." 

Ryeowook mengusap kepala Yoona dengan lembut, merapikan rambut nya.

"Kalian tau, saat itu aku sudah pergi." 

Yoona terdiam. Ia mulai mengerti maksud perkataan Ryeowook.

"Tapi karena tangisanmu, pelukanmu, genggamanmu dan doamu, aku memutuskan untuk kembali." 

"Oppa..." Yoona akan berbicara namun Ryeowook menempelkan jari telunjuknya di bibir Yoona.

"Aku merasakannya, Yoong. Pelukanmu, genggamanmu. Aku mendengar semua perkataanmu, semangatmu, doamu." perlahan Ryeowook mengenggam tangan kiri Yoona.

"Gomawoyo.." 

Yoona tersenyum, dan perlahan ia mengangguk.
Ryeowook mengambil kotak makan yang Yoona pegang dan menaruhnya di nakas, kemudian ia menggenggam kedua tangan Yoona.

"Would you be my wife?" 

Deg. 

Seketika jantung Yoona berdegup kencang namun tidak beraturan. Wajah yeoja itu mulai memerah.

Ryeowook mengambil sebuah kotak dari balik bantal nya dan membukanya,

"Would you marry me?"

Yoona kehilangan kata-katanya. Ia terkejut dengan perkataan Ryeowook yang tiba-tiba seperti itu. 

"Mianhae aku tidak seperti namja lain, yang melamar kekasihnya di restoran mahal, pantai, resort, atau apapun itu. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu lagi." 

Hening. Baik Ryeowook maupun Yoona merasa bingung dengan suasana yang canggung diantara mereka saat itu.

Yoona masih merasa canggung untuk menjawab 'ya' , sementara Ryeowook, mulutnya terasa kaku karena ia berpikir Yoona menolaknya.

"Ah, Yoona-ya, mianhae ini terlalu cepat. Aku mengerti.. Mianhae, lupakan saja apa yang tadi aku katakan" Ryeowook menutup kotak beludru itu dan hendak menaruhnya kembali di bawah bantal.

"Kajja, Oppa. Pasangkan di jariku" dengan kepala tertunduk malu dan wajah yang memerah, Yoona menyodorkan tangan kanannya pada Ryeowook.

"Y-Yoona... Jeongmal?" Ryeowook menatap Yoona dengan ragu.

"N-ne.. Ppali, Oppa. Kau tidak mau kehilanganku kan?" perlahan, Yoona mengangkat kepalanya sedikit dan memberanikan diri menatap Ryeowook.

Perlahan, senyuman tersirat di wajah Ryeowook dan ia kembali membuka kotak itu kemudian memasangkan sebuah cincin bertahtakan berlian di jari manis Yoona. 

"Gomawo, jagiya" Ryeowook mencium tangan Yoona dan yeoja itu memeluknya erat.

"Aku juga berterimakasih, Oppa. Gomawo.. Oppa yang telah menyelamatkanku saat itu."

Ryeowook merengkuh tubuh Yoona dan mengusap kepalanya dengan lembut kemudian mereka bertatapan.

"Itu adalah kewajiban Oppa untuk melindungimu." kata Ryeowook lembut.

Yoona mengerjapkan matanya yang mulai basah, kemudian ia memberanikan diri untuk mencium bibir Ryeowook.

Bibir mereka bertautan cukup lama. Ryeowook membalas ciuman Yoona dengan lembut, kemudian perlahan ciuman itu berubah menjadi lumatan lumatan kecil. Hingga kemudian Ryeowook melepaskan ciuman mereka untuk bernapas sejenak dan Ryeowook kembali mencium bibir Yoona.

"Saranghae, saranghae, saranghae" bisik Ryeowook setelah mengakhiri tautan bibir mereka.

Yoona tersenyum dan membenamkan kepalanya di dada Ryeowook,
"Nado saranghae, Ryeowook Oppa..."

-end-
created : 8-11-15
ended : 8-11-15

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet