THE FIRST AND FINAL STORY

ATTACHED

Bip bip bip. Kris membuka matanya saat menemukan alarm dari ponselnya berbunyi. Diraihnya ponsel berwarna putih keluaran terbaru itu, menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi, Kris bergegas bangun dan menuju kamar mandi. Bersiap-siap sesuai dengan kebiasaannya yang selalu sama.

Jam 6 pagi Kris akan bangun dan bersiap-siap. Pukul 8 pagi manajernya akan menjemputnya. Pukul 9 pagi, Kris akan mulai semua aktivitasnya dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Kalau beruntung dia akan kembali ke apartemennya, disambut dengan senyuman hangat kekasih dan juga tunangannya pukul 11 atau 12 malam. Tapi seringnya, Kris kembali pukul 3 atau empat 4 pagi, dan dia tidak pernah tega membangunkan Shendy yang sudah terlelap di sofa putih didepan televisi dengan kondisi televisi menyala.

Biasanya selelah apapun, Kris akan mengangkat tubuh Shendy menuju kamar mereka berdua, meletakkannya ditempat tidur serta menutupi tubuhnya yang terbalut piama dengan selimut putih tebal. Dan setelahnya, Kris akan terlelap tanpa sempat membersihkan diri. Semua dilaluinya setiap hari tanpa mengeluh.

Kris selalu merasa, dia selalu punya pilihan. Dia selalu siap memilih yang dirasanya merupakan pilihan terbaik untuk semua orang. Dia ingat bagaimana dia pada akhirnya memilih bertunangan dengan Shendy setelah keluar dari EXO karena tentu saja SM tak mengijinkan dia melakukan itu. Dia juga ingat bagaimana akhirnya dia memilih meninggalkan Kanada bersama ibunya karena dia tidak ingin membiarkan ibunya makin menderita disana.

Kris menghela nafasnya, merunut setiap pilihan yang terjadi dihidupnya selalu melabuhkan pikirannya pada memori yang selalu ingin dia simpan dalam-dalam. Memori yang tak pernah dia ingin ingat dan dia tunjukkan, karena Kris merasa, memori itulah kelemahannya. Dan dia tidak ingin semua orang tau kelemahannya. “What a waste thinking about that.” Kris bergumam, kemudian dia bergegas menyelesaikan mandinya dan meraih kemeja biru yang sudah disiapkan Shendy bersama celana jeans warna biru tua. Kris tersenyum, selelah apapun Shendy setiap malam menunggunya, tapi dia selalu terbangun pagi dan menyiapkan semua kebutuhannya.

Kris berjalan ringan sembari meraih trench coat panjang warna biru dongker yang tergantung rapih, meletakkan dikursi makan dan menemukan punggung yang membelakanginya. Nampak Shendynya membelakangi Kris dengan pakaian kerjanya yang rapih. Pekerjaannya sebagai dokter anak diusia yang relative muda membuat Shendy selalu menjaga kebutuhan Kris dengan baik. Senyum Kris merekah, kakinya melangkah pelan berusaha tak mengagetkan Shendy. Mengendap-endap menuju arah belakang Shendy.

Stop it, Wu Yifan.” Shendy berdesis, Kris menghentikan aksinya dengan bibir mengerucut. Kakinya berbalik menuju meja makan yang sudah tersedia kopi panas untuknya. Shendy berbalik dengan senyumnya. Tangannya kemudian meletakkan dua buah piring berisi salad ayam dan toast, satu untuk Kris dan satu untuk dirinya sendiri. Tak lupa Shendy mengecup pipi Kris, “Good morning, Love.”

Kalimat dan aksi sederhana yang membuat Kris kembali tersenyum, setidaknya dengan demikian, dia tahu dia sangat dicintai. “Kau praktek jam berapa, sayang?” tanya Kris. Shendy tersenyum dan melirik jam dipergelangan tangannya, “30 menit lagi.” Jawab Shendy. Kris mengangguk sambil mengunyah makan paginya. Menikmati setiap konsekuensi pilihannya untuk menghabiskan hidupnya bersama Shendy.

“Anyway, Kris. Weibo heboh sekali. Sekali lagi fans mempertanyakan kau berkencan dengan Fan Bingbing atau tidak.” Ujar Shendy ringan. Kris tersenyum. Dia paling tahu satu hal, Shendy adalah pencemburu, namun kebalikannya, dia tak pernah menunjukkan rasa cemburunya secara gamblang. Dengan cantik Shendy akan menutupinya tanpa membuat orang lain termasuk Kris curiga. Tapi Kris sudah terlalu tahu akan hal itu. Terima kasih untuk Zhang Yixing yang tak lain adalah sepuou dari Shendy. Yixing membuka semua rahasia Shendy pada Kris, karena memang Yixing lah yang paling mengetahui Shendy.

“Begitukah? Ah, itu pasti karena semalam kami ketahuan baru keluar restoran untuk makan malam bersama.” Ujara Kris. Shendy tersenyum, “I trust you, Yifan.” Dan Kris tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Kasih sayang dan cinta juga perhatian Shendy sudah cukup baginya. Dan semua terasa sudah melengkapi hidupnya.

Beep beep bepp. Kali ini bukan alarm yang berbunyi, tapi ponsel Shendy yang berbunyi. Shendy bergegas menerima panggilan, “Ibumu, Kris.” Desis Shendy sebelum menerima panggilan itu. “Mama, selamat pagi. Aku baik-baik saja, mama. Umm, dia sedang makan pagi didepanku. Aku memasak salad ayam dan toast kesukaannya. Umm? Aku rasa jam 3 atau 4 pagi. Iya, ma. Dia masih sibuk. Baik, nanti aku akan sampaikan agar dia mampir ke toko mama. Ah, soal itu, aku tak mengkhawatirkan kok, ma. Aku selalu percaya pada Yifan. Iya ma. Have a nice day. Love you too.” Shendy mengakhiri panggilan singkat yang tak lebih dari 5 menit.

Senyum Shendy terkembang, dan itu membuat Kris lega. Ibunya begitu menyayangi Shendy seperti putrinya sendiri. Dalam banyak hal mereka berdua sangat banyak kecocokan. Shendy yang penurut berhasil mengambil hati ibunya. “Mama memintamu mampir ke toko sebelum malam, terserah jam berapa saja, asal kau mampir.” Ujar Shendy. Kris mengangguk sambil tersenyum menatap Shendy. “Kenapa?” tanya Shendy.

Kris menggeleng, “Bukan apa-apa. Aku selalu suka saat kau menerima telepon dari mama.” Pipi shendy memerah kemudian dia bangkit dari duduknya, “Kau yang mencuci piring kan? Aku berangkat dulu.” Kris mengikuti jalan Shendy dan sebelum melepas Shendy di pintu depan, kris menarik pergelangan tangan gadis yang dicintainya. Mencium punggung tangannya kemudian keningnya, “Hati-hati dijalan sayang. Menyetirlah dengan aman. Have a nice day.” Shendy tersneyum dan mengangguk, kemudian dia menghilang dari pandangan Kris.

……

 

Kris menutup pintu mobil hitamnya. Tepat didepan papan putih bertuliskan Magnolia yang bertuliskan huruf berwarna putih dengan garis ungu dia berdiri, tangannya kemudian mendorng pintu hingga terbuka baru kakinya melangkah. Suasana toko cukup ramai namun sedikit orang yang basa-basi menoleh padanya. Kris melangkah dengan percaya diri menuju arah belakang dan menemukan ibunya yang berbalut celemek motif bunga tengah merangkai kuntum demi kuntum bunga Krisan.

“Ma..” panggil Kris. Wanita paruh baya yang dipanggil Kris menoleh, senyumnya hangat dan merekah, rambutnya yang panjang hanya terikat setengah dengan penjepit rambut warna emas yang Kris tahu adalah pemberian Shendy natal tahun lalu. “Kau datang.” Ujar nyonya Wu. Kemudian beliau melepaskan sarung tangan warna coklat dan meletakkannya di konter. Tangan keriput beliau menarik tangan Kris dan mengusap pipi Kris.

“Masuk dulu.” Ajak beliau membawa Kris menuju ruangan kecil yang merupakan kantor khusus ibunya. Kris mengekori ibunya dan akhirnya duduk di sofa coklat. Nyonya Wu nampak megambil sesuatu dari mejanya dan kemudian bergerak kearah Kris. Mengulurkan sebuah amplop coklat ebrukuran sedang. Dahi Kris mengernit dan alisnya bertautan. Matanya serius menatap cap pos Negara pengirimnya.

“Ini apa ma?” tanyanya tak mengerti. Nyonya Wu tersenyum, “Bacalah. Ini ditujukan untukmu. Tapi mama sudah lebih dulu membacanya.” Ujar beliau. Lambat-lambat Kris menerima amplop itu dan membukanya. Membacanya dan seketika air matanya leleh, tapi wajahnya memerah. Hatinya antara marah namun juga sedih. “Kau harus kembali, nak.” Ujar nyonya Wu. Kris menoleh menatap ibunya tak percaya.

“Ma!!” Nyonya Wu menggeleng meskipun kris membantahnya. “Dia membutuhkanmu, dia mencarimu. Semalam dia menelepon kesini, dia meminta izin pada ibu agar kau segera kembali. Hanya kau yang bisa melakukannya.”

“Ma!! Dia sudah menghianati mama sekali lagi. Aku tak mau mama terluka.” Ujar kris. Nyonya Wu nampak sedikit tersentak, perlahan air matanya menetes, “Kepergian kita berdua 7 tahun yang lalu, membuatnya sangat terluka, dan dia mencari kita berdua yang seperti tanpa jejak. Mungkin saat itulah dia melakukan kesalahannya sekali lagi. Dan yah, kau ingat betapa mama masih sangat mencintainya, dan kita sama-sama kembali melihat dia 2 tahun yang lalu, saat kau menanjak sukses. Tapi sekali lagi kita berdua sama-sama terluka. Dan memutuskan meninggalkan rumah itu dan juga dia. Kata maaf mungkin sudah tidak berlaku. Tapi sungguh, Kris, jauh didalam lubuk hati mama, mama masih sangat mencintai dia.”

Kris terduduk dan menatap ibunya yang menangis tak percaya. Dikepalanya berputar berbagai memori, memori yang menjadi kelemahannya, memori yang sangat dia benci dan dia harap bisa dilupakan. Cukup memori itu. Memori tentang dirinya sebagai, Tuan muda Li.

 

(flash back)

“Kau kembali lah ke Guangzhou. Tempatmu bukan disini. GENNUM CORP adalah tahtaku. Aku adalah putra sah disini.” Kris menatap punggung kakak tirinya yang membelakanginya dingin. Usia mereka terpaut 11 tahun, dan Kris remaja yang masih duduk disekolah menengah hanya menunduk diam. Sejak ibunya memberitahukannya bahwa dia hanyalah putra kedua dari istri kedua ayahnya (setelah Kris berkali-kali bertanya kenapa bibi Li sangat membencinya) Kris tahu tempatnya bukan disana, dia tak pernah punya hak meminta bagian dari GENNUM CORP. kris tahu itu, dan dia menyadari itu.

Namun saat seperti ini dia direndahkan oleh kakak tirinya seperti ini, dia sungguh ingin berontak. Terlebih melihat kenyataan bahwa tak sekali ibunya diperlakukan tidak adil oleh ibu tirinya. Terutama saat ayahnya tak ada. Nyonya besar Li Yihuan, memiliki kekuasaan tak terbatas dirumah itu. Beliau pemilik 15 persen saham GENNUM CORP, dan juga memiliki asset berupa Royal Hotel Group yang membuatnya tak seorangpun tidak tunduk padanya.

Sementara Kris dan ibunya hanyalah orang biasa. Kris ingat ibunya bercerita bagaimana pertemuan ibunya dengan ayahnya, Tuan Besar Li. Suatu malam, ibu Kris yang seorang florist terkenal di Guangzhou memenangkan hadiah berua berpesiar dengan kapal pesiar dari Kanada menuju London. Malam itu, ibu Kris tak sengaja menolong seorang pria yang hampir saja terjatuh karena terpeleset. Belakangan ibu Kris mengenal laki-laki itu sebagai tuan Li. Seorang pengusaha yang juga pemilik kapal pesiar itu.

Ibu Kris merasa sangat beruntung mengenal Tuan Li. Maka sepanjang malam mereka menghabiskan malam dengan berbincang, banyak hal. Ibu kris jatuh cinta pada lelaki yang ditemuinya dan sepertinya cinta itu tak bertepuk sebelah tangan. Maka dengan sukacita, Ibu Kris menerima cinta yang ditawarkan dan menikmati liburan mereka ke London bersama. Di Londonlah, Tuan Li melamar ibu Kris setelah menjelaskan bahwa dia memiliki istri pertama, awalnya ibu Kris ragu. Bagaimana mungkin seorang wanita akan mengijinkan suaminya menikah lagi. Tapi Tuan Li berhasil meyakinkan ibu Kris.

Maka dibawalah ibu Kris ke mansion Tuan Li di kanada, mengenalkannya pada istri pertamanya. Li Yihuan. Nyonya besar Li ternyata tak nampak marah saat itu, bahkan beliau mendukung penuh hubungan mereka berdua dengan mengatakan “Li, pernikahan kita hanya bisnis. Silahkan kau menikah dengan gadis yang kau cintai.” Dan bahkan mengijinkan ibu kris tinggal di mansion, namun dengan syarat, pernikahan mereka tak boleh didaftarkan. Karena demi menjaga nama baik keluarga besar Li dan GENNUM GROUP.

Baik Tuan Li dan ibu Kris menyetujuinya. Setahun kemudian Kris lahir. Semenjak itulah sikap Nyonya besar Li berubah, menurut ibu Kris. Setiap hari selama Tuan Li melakukan perjalanan bisnis dan memang tak pernah pulang kerumah, maka selama itulah ibu kris mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Beberapa kali ibu Kris mencoba mengadukan pada Tuan Li namun tetap saja Nyonya besar Li bisa memutar balikkan fakta. Dan perlakuan tidak menyenangkan itupun akhirnya merembet pada Kris. Kris kecil yang bernama lahir Li Jiaheng atau Kevin Li sering dipukul dan mendapat perkataan kasar tak hanya dari Nyonya besar Li tapi juga dari kakak tirinya Li Huaming.

Sampai pada hari ini, ketika dia menunjukkan pada ibunya keberhasilannya memenangkan pertandingan bola basket tingkat nasional, kakak tirinya marah besar. Dan keluarlah kalimat itu. kris mengusap air matanya, dia masih berusia 16 tahun. Dan dia harus menghadapi perlakuan itu terus menerus. Kris tidak dekat dengan ayahnya, dia hanya memiliki ibunya. Maka Kris bertekad meninggalkan rumah ayahnya bersama ibunya.Wu Zetian.

Namun ibunya berpendapat mereka harus bertahan sampai umur legal Kris. Dan lagi-lagi Kris menurut. Saat umurnya menginjak usia 18 tahun. Kris mengajukan penggantian namanya dari Li Jiaheng menjadi Wu Yifan dan nama inggrisnya dari Kevin Li menjadi Kris Wu. Kris merencanakan meninggalkan kanada secepat yang dia bisa. Maka dia mendaftar audisi salah satu ajang pencari bakat perusahaan korea dan dia diterima. Dia tak menyia-nyiakan kesempatan bergabung dengan SM sekaligus mengambil kesempatan itu untuk meninggalkan Kanada.

Kris akhirnya meninggalkan kanada bersama dengan ibunya. Memasuki Negara korea yang sama sekali asing dan tak mengerti bahasanya sama sekali. Tapi Kris bertahan dan berjuang. Atas doa ibunya. 4 tahun berlalu seperti melesatnya anak panah. Waktu berubah, Kris meniti kariernya dan beranjak sukses. Setahun kemudian, ayahnya berhasil menemuinya saat Kris melakukan konser di LA. Tuan Li menginginkan dirinya kembali. Mengatakan selama setidaknya 4 tahunan beliau mencari, namun jejak Kris dan ibunya nampak tertutup. Semua berkat SM yang berhasil menyembunyikan identitasnya.

Tuan Li justru tahu bahwa Kris Wu adalah Kevin Li putranya ketika fans Exo mulai mencari tahu siapa Kris sebenarnya. Awalnya Kris menolak dan menolak permintaan Tuan Li untuk kembali ke kanada bersama sang ibu. Namun ayahnya masih gigih dan bahkan membantu Kris membayar ‘hutang’ yang diinvestasikan SM untuk membuat Kris terkenal. Kris akhirnya menyerah, dia memilih meninggalkan korea untuk kembali ke kanada.

Ibu tirinya memang sedang sakit keras, dan kakak tirinya nampak tak peduli pada kehadiran Kris kembali, namun badai itu datang sekali ini. Fakta bahwa seorang wanita tanpa identitas jelas mengirim surat elektronik pada ayahnya dan diketahui Kris, wanita itu mengatakan tengah hamil anak ayah Kris dan mengatakan akan merahasiakan keberadaannya juga calon bayinya, membuat Kris dan ibunya terluka. Tterutama ibunya. Dan kris tak menerima itu. dia kemudian memilih sekali lagi, meninggalkan kanada dan membawa serta ibunya ke Guangzhou adalah pilihan besar yang dibuat Kris. Pilihan yang merubah semua jalan hidupnya. Ibunya akhirnya menceraikan Tuan Li dan mendapatkan cukup dari harta gono gini meskipun pernikahan mereka tidak sah terdaftar. Tuan Li cukup berbaik hati melakukan itu karena menyadari kesalahan besarnya mengkhianati wanita yang disayanginya.

Ibu kris memulai hidup menjadi florist kembali. Penghargaan dan keahlian yang dimilikinya bertahun-tahun kembali dalam sekejap. Magnolia, nama yang dipilih Kris untuk toko ibunya. Dan di Magnolialah Kris bertemu dengan Shendy Zhang. Dunia begitu sempit saat takdir mengatakan bahwa Shendy adalah sepupu dari Zhang Yixing. Kris pun menjadi hidupnya menjadi seroang idol. Namun tekanan seorang idol membuatnya tak bertahan. Terutama ketika SM melarangnya sering pulang ke Guangzhou, mengabaikan kesehatan Kris dan melarangnya bertunangan dengan Shendy.

Kris sekali lagi memilih mengikuti kata hatinya. Ayahnya, Tuan li yang mengetahui ini langsung turun tangan membantu meskipun Kris menolak tegas. Tapi ayahnya berkeras mebantu dengan membayarkan semua denda dan memberi Kris bantuan tenaga hukum. Maka sekali lagi Kris memulai hidupnya. Mencari peruntungan di China, Negara ibunya. Dan saat sekarang dia mulai sukses dan menjalani hidupnya dengan nyaman, ternyata badai itu tak berhenti menerpanya.

(flashback end)

 

Kris menyeka air matanya yang tak sengaja leleh. “Sebenarnya aku ini apa ma? Aku bola pimpong kah? Dulu kakak dan nyonya Li tak menginginkanku, aku disingkirkan. Namun dia mencari aku, memintaku kembali. Sekali saja aku kembali namun dia membuat mama terluka. Kalaupun aku melakukan apa permintaan dia sekarang, Kris hanya akan melakukannya untukmu, mama.” Selesai mengatakan itu, kris beranjak dari ruangan dimana mamanya berada dan menghilang dengan mobil hitamnya. Untuk pertama kalinya Kris memilih kembali ke apartemennya ditengah hari.

……

 

Shendy terkejut saat memasuki apartemen Kris dan justru menemukan Kris meringkuk di sofa didepan televisi. Segera dihampirinya tubuh Kris dan disentuhnya kening Kris. Memeriksa kemungkinan Kris mengalami demam atau apa. Seketika wajah Shendy lega saat kenin Kris bersuhu normal, dan terlebih perlahan Kris membuka matanya yang nampak merah. Disitulah Shendy beru menyadari terdapat bengkak disekitar mata Kris, tanda Kris baru menangis.

“Hey, Love. Kau sudah pulang?” sapa Kris. Shendy mengangguk dan duduk tepat disamping Kris saat kris bangun dari posisi tidurnya. Kris tersenyum kemudian merebahkan kepalanya ke pangkuan Shendy. Shendy diam, menunggu. Kris hanya perlu dimengerti dengan cara demikian. Menunggunya bercerita adalah cara terbaik. “Love, aku akan ke Kanada besok pagi.” Ujar Kris akahirnya. Shendy tersenyum. Sedikit banyak ibu Kris sudah bercerita padanya hari ini. “Umm, kalau begitu, berhati-hatilah.” Ujar Shendy. Kris meringkuk, berusaha menyembunyikan tangisnya. Namun gagal. Karena Shendy sudah terlalu mengenalnya.

Shendy kemudian mendaratkan kecupan hangat dan lembut dipipi kiri Kris, kemudian berbisik, “Jangan terluka, Yifan. Pastikan untuk menjaga dirimu baik-baik.” Kalimat yang justru membuat Kris makin tidak ingin pergi kemana dia diminta. Dia selalu membenci tempat itu.

……

 

Seorang laki-laki paruh baya tersenyum sembari membungkukkan badannya singkat, “Tuan Muda Li Jiaheng, selamat datang. Tuan besar sudah menunggu anda.” Sapaan itu sudah lama tidak mengakrabi telinga Kris, maka saat dia mendengarnya kembali terasa sangat asing. Setidaknya sudah 3 tahunan lamanya dia tidak dipanggil demikian. Kris mengangguk dengan rahang yang mengeras, mati-matian dia menahan amarah dan juga tangisnya.

Kris mengekori pria paruh baya itu menuju ruang tidur utama. Melewati ruang tamu besar dan berpapasan dengan kakak tirinya, dia hanya tersenyum sinis, “Kau kembali lagi huh? Mau minta apa lagi kau sekali ini? Jamur yang menyusahkan saja.” Sindir kakak tirinya. Kris mengepalkan kedua tangannya disamping tubuhnya. Berusaha dengan keras agar tinjunya tidak melayang. Dia tak mau mengotori janjinya sendiri pada ibunya untuk tidak berkelahi dengan kakak tirinya sekuat apapun dia. Melupakan semua dendam yang pernah melingkupi hatinya.

Kris berjalan mengabaikan, namun kakinya berhenti saat ibu tirinya muncul dari pangkal tangga melingkar, mengawasinya dengan tatapan penuh benci dan jijik. Kris hafal akan hal itu. “Fyi, bukan aku yang merengek-rengek meminta selama ini. Tapi Tuan Besar Li yang memaksanya. Aku tak pernah mengemis. Bukan aku yang mengemis.” Ujarnya kemudian melangkah masuk keruangan dimana kemungkinan besar ayahnya berada.

Pintu kayu itu terbuka lebar menampakkan ayahnya tidur ditempat tidur yang lebih mirip rumah sakit dibandingkan tempat tidur yang normal digunakan. Selang-selang menempel ditubuhnya disana sini, dan pernafasannya pun dibantu dengan alat. “Jiaheng…” suara pria yang umurnya sudha lebih dari 58 tahun itu memanggil lirih. Kris menekan kedua bibirnya dengan tangannya. Meminimalisir desisan ataupun tangisan.

Kemudian dia berjalan menghampiri sang ayah dan duduk menatap beliau. “Aku disini.” Ujarnya. Ayahnya menoleh dan tersenyum serta mengangguk, “Kau sudah membaca surat dariku, Jiaheng?” tanya beliau. Kris mengangguk. Lalu Tuan Besar li nampak tersenyum dan memejamkan matanya, membukanya dan nampak air mata disana, “Kau tahu, aku selalu mencintai ibumu. Tapi kali ini saat kalian pergi dulu, tanpa jejak, aku melakukan kesalahan besar. Sekarang aku kehilangan kau dan juga ketiga putraku. Bisakah kau menolongku, Jiaheng?”

Sekali lagi Kris merasa sangat nelangsa. Nama itu terasa asing namun juga hangat diingatannya. Dia rindu akan nama itu sekaligus benci akan beban dibelakangnya. Perlahan Kris mengangguk, dia berjanji pada ibunya, membantu memenuhi permintaan ayahnya yang terakhir kali. Karena mungkin dia tak tahu sampai kapan mereka bisa berbincang seperti ini. Perbincangan yang menguras emosi dan menyedihkan disaat yang sama. “Pergilah cari ketiga saudara tirimu, nak. Mereka sedarah denganmu. mereka masih belum genap berusia 4 tahun, dan mereka juga pewaris dari sebagian hartaku, sama sepertimu. Kalian berempat berhak atas itu semua. Dan aku akan membayarnya meskipun aku harus mati untuk menebusnya, termasuk menebus kesalahanku padamu, pada ibumu, Jiaheng.”

Kris tersentak, dia tak lagi mampu menahan tangisnya. Maka disanalah dia. Melabuhkan dirinya kedalam pelukan ayahnya, meski hanya sebelah tangan yang mampu memeluknya. Dan Kris sudah berjanji. Dia akan mencari ketiga saudara tirinya.

……

 

Berminggu-minggu Kris mencari tahu kemanapun dimana kemungkinan ketiga adik tirinya berada. Sesekali bahkan Kris merasa bersalah karena Shendy selalu menemaninya. Sementara mereka berdua mencari kesana kemari, info yang mereka butuhkan untuk menemukan ketiga adik tiri Kris tak kunjung bertambah. Hanya sebuah nama rumah sakit yang menjadi petunjuk mereka. Tanpa alamat dan bahkan tanpa foto.

Kris terduduk disekitaran jembatan terkenal didaerah Songdo, Incheon. Pandangannya menerawang dan rasa bersalahnya makin besar. Hatinya merasa sesak jika mengingat kondisi ayahnya saat ini. Seberapa bencinya dia dengan sang ayah, namun keinginan untuk memenuhi permintaan terakhir beliau jauh lebih besar. Sebesar rasa bersalah yang melingkupi ruang dadanya. Mengabaikan segenap dendam yang tercipta selama tahunan.

“Yifan, kita pulang sekarang yuk.” Ajak Shendy. Merujuk pada waktu yang hampir memasuki pukul 11 malam. Kris menoleh, dia tahu, Shendy kelelahan setelah mencari dan berjalan seharian. Tanpa arah dan tujuan yang pasti. Dari satu panti asuhan, penampungan dan banyak tempat yang mereka kunjungi. Dan Kris bersyukur, tak sedikitpun Shendy mengeluh atau menunjukkan rasa lelah padanya.

“Ya, kita pulang.” Ujarnya sambil bangkit dari duduknya dan baru kemudian membantu Shendy bangun. Mereka saling tersenyum dan menautkan tangan mereka satu sama lain. Mereka tak pernah ingin dan tak berharap dipisahkan oleh apapun. Keduanya melangkah beriringan. Rasa lelah terasa menghilang dan membuat keduanya tetap saling nyaman satu sama lain. Menuju gedung 102 apartemen Songdo, milik Kris hadiah dari ayahnya saat kedatangannya ke kanada kemarin. Hal yang membuat Kris makin merasa bersalah karena membenci pria tua itu.

Pintu lift terbuka, mereka berdua bergegas masuk. “Tunggu sebentar.” Seseorang memanggil mereka. Kris melongok keluar lift sementara Shendy menghentikan lift agar tak menutup. “Tolong jangan tutup pintu liftnya.” Ujar seseorang yang ternyata seorang laki-laki. Kris tersenyum dan membantu menahan pintu lift dengan tangannya.

tumblr_static_tumblr_static_9qu6cluphr0g

Nampak seorang ayah dengan ketiga anaknya yang masih balita. Mereka mengenakan pakaian kembar dan juga tas dan topi yang sama, bedanya disetiap tas terdapat angka untuk membedakan pemiliknya. “Wah mereka kembar tiga. Triplets.” Ujar Shendy spontan. Ayah dari ketiga balita tersebut tersenyum, “Ya. Ayo anak-anak beri salam.” Ujar lelaki itu.

“Annyeong haseyeo.” Ketiga balita itu memberi salam dengan kompak. Baik Kris maupun Shendy tersenyum hangat dan menyentuh tangan mereka, menjabat erat, akrena keduanya sangat menyukai anak-anak. Saat berjabat itulah Kris menyadari di leher ketiganya ada tanda lahir yang unik. Matahari, bulan dan bintang.

Kris mengernyitkan dahinya, teringat sebuah pesan ayahnya, “Yang jelas aku tahu, Jiaheng. Ketiga adikmu kembar dan mereka memiliki tanda lagir unik dileher mereka. Matahari, bulan dan bintang.”

Kris menatap ketiga balita yang kini sedang berbicara satu sama lain, “Tidak mungkin adikku adalah mereka…” dia bergumam kecil.

“Adik-adik, nama kalian siapa?” suara Shendy terdengar samar ditelinga Kris. “Aku Song Daehan.”

superthumb.jpg

 

 

“Aku Song Minguk.”

images?q=tbn:ANd9GcSEviXPwzfDXQf_2Ail8IE

 

 

“Aku Song Manse.”

images?q=tbn:ANd9GcTFKsJnXDgdI0576iCAk-I

“Ah… kalian lucu sekali.”  Seru Shendy. Dan Kris memperhatikan raut wajah ketiganya yang sangat mirip dengan ayahnya. “Tak mungkin mereka adalah adikku….”

Ting. Pintu lift terbuka.

(*)

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet