Secret Admirer

Description

Secret Admirer

Ketika seseorang mengagumimu dalam diam~

 

      Sebut saja namanya, Hayi. Dia tidak pernah berpikir bahwa cinta serumit ini. Yang dia tahu, kedua orang saling berbagi apa yang mereka punya. Dan itulah yang disebut dengan cinta. Tapi, bukan begitu maksudnya.

      Saat matanya melihat sesosok yang tinggi dan berkulit putih itu, hatinya berdebar. Dia kira, ini hanya pertanda awal yang baik untuk memulai berteman. Ini memang sudah tak asing bagi Hayi saat berhadapan dengan seorang pria. Hatinya tak bisa dikontrol.

      Pun saat memulai percakapan dengan pria bertelinga lebar dan pemilik senyum yang indah, jantungnya berdetak dengan cepat. Ingin sekali dia memukul dadanya saat itu, namun pria ini lebih mencuri pikirannya dibanding dengan harus menyuruh otaknya untuk menormalkan detak itu.

      Tetapi semuanya berubah saat mengetahui pria itu tak punya rasa yang sama. Meski hanya sebatas asumsinya saja, namun Hayi yakin akan itu. Buktinya, pria itu lebih senang saat bersama pacarnya dengan tidak membalas pesan Hayi tepat waktu. Sekarang dia tahu apa itu galau, saat dia berada di antara dua pemikiran yang bertentangan. Apakah dia harus bertahan? Atau mundur saja?

      “Apa menurutmu bagus jika aku memberikan ini padanya?”Mino tak mengalihkan sedikitpun pandangannya pada dress putih selutut yang dipegangnya sejak tadi. Hayi tak mengindahkan pertanyaan Mino, dia hanya melihat-lihat ke atap yang sebenarnya tak ada hal yang menarik di sana.

      “Hey! Aku bertanya padamu, pendek!”Heyi membeku. Bukan! Bukan karena panggilan menyakitkan itu! Tapi karena Mino! Mino mencubit pipinya kirinya gemas.

      “Apa kamu tidak sadar dengan apa yang telah kamu lakukan, Choi Mino?” Hayi sadar, tak seharusnya imaginasinya muncul kala itu. Imaginasi yang terus berada di pikirannya belakangan ini.

      “Apa itu sakit? Oh, ayolah. Aku hanya menyentuh pipimu. Lagi pula, siapa suruh tidak menjawab pertanyaanku dan malah mengacuhkan aku?” Mino berbalik seraya memperlihatkan raut kecewanya. Mino selalu saja punya cara agar Hayi tak marah. Ah mungkin bukan Mino yang punya berbagai cara itu. Namun, justru Hayi yang punya sejuta alasan kenapa dia tak pernah bisa marah padanya. Mungkin? Tentu saja.

      Lagi-lagi, Hayi hanya bisa memegang cup minumannya dengan sesekali menyeruput lewat sedotan. Melihat orang yang kita cintai pacaran, bayangkan saja sendiri bagaimana rasanya. Bahkan kamu tidak peduli saat tak sadar kamu meninju tiang listrik yang keras, bukan? Baru saja Hayi mempraktikan semua itu. Memar biru di tangannya tidak sesakit luka di hatinya. Matanya tidak menangis kok. Bibirnya malah tertawa sedikit-sedikit. Dia bukannya gila atau stres karena melihatnya berpacaran. Dia menertawakan dirinya sendiri. Kenapa dia tega membuat luka di hatinya sendiri dengan mencintaimu,Choi Mino? Kenapa?

      “Jangan membuat dia bertahan untukku, Hayi.” Sebulan kemudian Mino datang padanya. Membawa sejuta cerita untuk dia curahkan pada Hayi. Hayi mengerutkan keningnya tak mengerti. Memar tangannya tak biru lagi. Hayi tidak usah susah payah menyembunyikan itu.

      “Apa yang kamu bicarakan, Mino? Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaan seorang wanita? Aku berteman baik dengannya karenamu. Aku tahu bagaimana caranya mencintaimu dengan tulus. Dia menunggumu, Mino. Apa kamu tidak mengerti?”Wajah Hayi merah, namun salut padanya karena dia tak memunculkan nada tinggi di setiap ucapannya.

      “Aku mengerti. Sebelumnya, aku berterima kasih padamu karena selalu memberikan waktu untuknya berkeluh. Tapi, aku sudah memutuskan untuk melepasnya. Banyak alasan, Hayi. Tidak mungkin aku beri tahu kamu semuanya, kan? Aku menyayanginya, itu sebabnya aku membiarkannya untuk mendapatkan pria yang lebih baik dan bisa membuatnya bahagia.” Hayi melihat matanya. Tersirat kelelahan. Hayi menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan.

      “Aku minta maaf karena telah mengecewakan sahabatmu.” Mino berdiri dan meninggalkan Hayi.

      “Baiklah jika itu keputusanmu. Aku harap kamu akan bahagia dengan kehidupan barumu. Kamu tahu, kan? Pasti Hana akan berkata begitu saat mengetahui ini.”Teriakan Hayi sama sekali tak dihiraukan Mino yang sudah menghilang dibalik pintu.

      “Kamu bahkan tak pernah melihatku.” Tambahnya.

      Hayi tidak pernah sekalipun berkata jujur tentang perasaannya kepada Mino. Sekalipun mereka bersahabat sejak lama. Bahkan, mantan pacar Hayi saja cemburu saat mengetahui Hayi memanggil Mino dengan sebutan “Oppa”. Padahal itu adalah hal yang wajar digunakan oleh seorang adik perempuan kepada kakak laki-lakinya, bukan? Hayi hanya tersenyum. Mengingat begitu banyak memori yang telah Mino tinggalkan untuknya. Hayi tidak pernah merasa sebahagia ini dengan seorang pria sebelumnya. Mino adalah yang pertama.

      Masalahnya hanya satu dan ada pada diri Hayi. Bisakah dia menyatakan yang sejujurnya pada Mino? Apa Hayi sanggup menerima dampak dari pengakunnya kepada Mino? Lalu, apa yang harus dia lakukan setelah menyatakan pengakuannya kepada Mino? Sedangkan Hayi, sadar akan keegoisan yang tak mau kehilangan Mino.

      Hayi tak tahu, apakah Mino tahu tentang perasannya atau tidak. Yang pasti, Hayi sudah menanamkan dalam diri, dia sama sekali tidak akan memberi tahu pria itu tentang ini. Tidak akan! Hayi hanya berharap kepada Tuhan. Mino, orang yang dicintainya, serta dirinya, akan hidup bahagia. Entah bersama, atau masing-masing.

Foreword

Enjoy reading and give your comment ^^ Thank you~

Comments

You must be logged in to comment
Rubybeauty1982
#1
English?
tiew21 #2
wuah keren. baru kali ini nemu fic lee hi-shinee sama minho lagi pake bahasa indo pula. suka endingnya lebih realistis dan tidak terlalu memaksa.
bikin fic lee hi-ikon dong, pasti keren.