SPONTANEOUS

Wild Imagination by doubleAA10

Cklik. Cklik.

Bunyi jepretan kamera terdengar menggema di dalam ruangan. Cahaya blitz sesekali bersinar untuk memberikan efek cahaya yang dibuhukan oleh sang fotografer. Di depan lensa kamera seorang Jung Taekwoon – model yang sedang naik daun pada masanya – sedang melakukan beberapa pose mempromosikan baju sekaligus memamerkan bentuk tubuhnya yang membuat iri sebagian besar beberapa model pria.

Tangan sang fotografer terangkat menunjukkan angka tiga, dua, dan satu untuk memberi tanda bagi Taekwoon agar melakukan pose berikutnya. Tatapan mata Taekwoon yang tajam menjadi nilai tambah sendiri yang selalu menggoda siapapun yang melihatnya termasuk sepasang mata yang sekarang berada di balik lensa.

Plok. Plok. Tepuk tangan dari sang fotografer terdengar. ”Bagus. Hari ini semuanya cukup. Terima kasih untuk kerja samanya.” Semua crew mulai membereskan alat-alat yang digunakan pada sesi pemotretan hari itu.

Jung Taekwoon berjalan dengan pelan ke arah sang fotografer. Badannya yang sedikit tinggi membuat sang fotografer harus mendongkak menatap kedua orbs cokelat yang menatapnya dengan lembut. Sungguh tidak bisa dipercaya jika seorang Jung Taekwoon yang terlihat manly dan cerminan dari seorang pria sejati bisa terlihat begitu menggemaskan di depan seorang Jung Jaehwan –nama fotografer tersebut.

”..., bagaimana aku hari ini?” tanyanya dengan senyuman lebar yang hanya ditunjukkan untuk seorang Jung Jaehwan .

Nada Taekwoon yang terdengar seperti anak-anak membuat Jaehwan tertawa pelan dan mengelus kepala dongsaengnya itu. Karena Taekwoon lebih tinggi darinya, maka namja jangkung itu harus membungkuk ketika kepalanya dielus. ”Magnificent. Kau memang yang terbaik.”

”Jinjja?” tanya Taekwoon dengan mata membesar.

Jaehwan hanya tersenyum lembut dan mengangguk. ”Ne, sesuai janji aku akan mentraktirmu makan hari ini.”

”Gomawo, .... Tapi kalau kau mentraktirku makan kau akan rugi sendiri, kau lupa bagaimana nafsu makanku?” balas Taekwoon dengan nada bercanda.

Gelak tawa keluar dari mulut Jaehwan . ”Haha…untung saja kau mengingatkanku. Oke kalau begitu aku traktir kau yang lain saja, apa ya?”

”Kalau sesi pemotretan ini selesai ... harus menemaniku ke taman bermain, bagaimana?” tanya Taekwoon dengan antusias. Pandangan matanya yang tajam sekarang berbinar-binar seperti seorang anak SD yang meminta mainan dan Jaehwan tak bisa menolaknya.

Helaan nafas terdengar dari Jaehwan sebelum dia mengangguk dengan pelan. ”Ne, arasso. Kalau begitu Sabtu ini bagaimana? Tapi, kau harus memakai perlengkapan menyamarmu.”

Taekwoon mengangguk dengan antusias seperti seorang anak kecil dan di mata Jaehwan itu terlihat menggemaskan. Jaehwan tertawa pelan dan sekali lagi mengelus kepala Taekwoon .

”Jaehwan -shi, di mana saya harus meletakkan ini?” Salah seorang kru memanggilnya sehingga dia harus meninggalkan Taekwoon sendirian. Jaehwan mungkin tidak sadar tetapi ketika dia pergi, sebuah seringaian misterius terpasang di wajah Taekwoon .

.

.

Kamis, 2nd session, 06.30 p.m.

Sesi pemotretan kali ini mengenai ‘Nature’ yaitu sesi untuk menunjukkan sisi alami dari seorang Jung Taekwoon . Dalam istilah kerennya adalah foto , tetapi Taekwoon tidak sepenuhnya telanjang, hanya bagian atasnya. Dadanya yang bidang, ototnya yang terlatih, dan tentunya tatapan matanya yang tajam membuat seorang Jung Jaehwan yang berada di balik lensa kamera harus menelan ludah, menahan satu gejolak dalam dirinya. Terutama saat ini, ketika Taekwoon seolah sedang menatapnya tanpa dihalangi lensa kamera. Saat ini, Taekwoon hanya memakai celana panjang berwarna putih yang menunjukkan kakinya yang panjang. Salah satu kakinya ditekuk dan dia bertumpu pada lututnya, menatap lurus pada kamera -atau pada siapa di baliknya.

Gulp.

“Bagus, berikutnya.” Jaehwan harus bersyukur atas pengendaliannya yang bagus atau dia bisa saja menerkam Jung Taekwoon di sana saat ini juga.

Jaehwan sudah tahu mengenai dirinya yang tidak bisa mencintai perempuan. Hal ini diketahuinya ketika dia mencoba berhubungan intim dengan pacarnya -seorang yeojya- namun juniornya sama sekali tak berdiri tegak. Tapi, dia juga sadar bahwa dia juga tidak mencintai pria. Dia juga pernah mencoba berkencan dengan salah satu juniornya di kuliah dulu, namun dia tak merasakan hal yang sama seperti yang saat ini dia rasakan terhadap Taekwoon . Mungkinkah? Dengan cepat, Jaehwan menggelengkan kepalanya dan kembali berfokus pada Taekwoon yang sudah berganti kostum.

Kali ini Taekwoon mengenakan celana panjang bagi para pemanah. Tangannya terbalut oleh sarung tangan putih yang sekali lagi sangat pas dengan dirinya. Jaehwan berpikir bahwa entah putih adalah warna yang pas untuk Taekwoon atau memang model itu cocok dengan segala warna. Sebuah busur berada di tangan kirinya dan tangan kanannya memegang ujung anak panah. Kali ini dia berpose sebagai seorang panah. Tatapannya tajam tertuju pada sasarannya. Dia tidak perlu benar-benar menarik busurnya, hanya bergaya saja dan Jaehwan sekali lagi meneguk ludahnya. Taekwoon terlihat seperti seorang professional. Rambut cepaknya berwarna hitam tertiup angin yang merupakan efek yang diatur.

Cklik.

Jaehwan segera menjepret kameranya dan mengambil foto Taekwoon dari berbagai pose. Dia melupakan pikiran aneh itu jauh-jauh. Dia harus bersikap professional dan apa yang dia pikirkan barusan bukanlah sesuatu yang bisa dikatakan professional. Tidak, dia tidak boleh berpikir bagaimana rasanya tangan kekar itu menyentuh dirinya, bagaimana rasanya mendekap di dalam dada bidang itu -apakah hangat- dia juga tidak boleh memikirkan bagaimana seandainya –

Fokus, Jung Jaehwan ! Kau harus fokus!

Sekali lagi dia menggeleng kepalanya dan kembali menekan shutter kameranya. “Oke, finish!” Bersamaan dengan foto terakhir yang diambilnya, berakhirlah kerja sama dirinya dengan Jung Taekwoon . “Terima kasih untuk bantuannya.” Semua yang berada di dalam ruangan membungkuk, mengucapkan terima kasih satu sama lain.

Seorang kru memberikan Taekwoon handuk untuk mengelap keringat Taekwoon dan kemeja putih lengan panjang yang langsung dipakai Taekwoon karena namja jangkung itu merasa kedinginan. Sementara Jaehwan yang sedang diajak bicara oleh salah satu kru mengenai perlengkapan material berikutnya, sesekali mencuri pandang ke arah Taekwoon yang sekarang sudah terbalut kemeja. Jaehwan sedikit merasa menyesal tidak bisa melihat dada bidang model itu.

Eh??

“Jaehwan -shi? Gwenchana?” Pertanyaan dari kru tersebut menyadarkannya dari lamunannya.

“Ne, sampai di mana kita tadi?” Jaehwan pun kembali mengalihkan pandangannya kepada krunya mengabaikan tatapan selidik dari Taekwoon .

.

.

Kamis, 2nd session, 10.30 p.m.

Jaehwan menghela nafas. Akhirnya harinya selesai juga. Setelah sesi foto terakhir bersama Taekwoon tadi, dia masih harus mengedit beberapa foto bersama krunya. Padahal semua krunya sudah pulang daritadi, tetapi dasar Jaehwan yang memang workaholic, dia tidak akan pulang sebelum pekerjaannya selesai.

Ting.

Bunyi lift membuatnya tersadar dari lamunannya. Ketika kepalanya terangkat, betapa terkejutnya dia mendapati Taekwoon berada di dalam lift itu –sendirian – dengan sebungkus plastik digenggam di tangan kirinya. Jaehwan melangkah masuk ke dalam. Tatapan elangnya tak pernah lepas dari mata sang model. ”Taekwoon ?” tanyanya dengan pelan. Pintu lift di belakangnya pun tertutup. ”Kau belum pulang?” Sekali lagi dia bertanya, memecahkan keheningan di antara mereka.

Taekwoon tersenyum sembari menggeleng dengan antusias. ”Aku sudah pulang tadi, tapi karena kupikir kau masih bekerja, aku membawakan makan malam untukmu. Tampaknya kau sudah selesai rupanya, Jaehwan -....”

Jaehwan tertawa pelan dan berjalan ke samping Taekwoon . ”Tidak bisa dipercaya food monster sepertimu membawakan aku makanan.” Taekwoon hanya menyengir dan memberikan sebungkus plastik yang berisi makanan itu ke tangan Jaehwan .

Berada di samping Taekwoon , Jaehwan menyadari bahwa namja itu lebih tinggi darinya. Parasnya juga elok, tak heran dia menjadi model terkenal saat ini. Postur tubuhnya juga tegap dan bagus, tetapi tubuhnya juga tak kalah dari namja jangkung itu. ”...?” Panggilan Taekwoon menyadarkan Jaehwan dari lamunannya.

Semburat merah di wajahnya ditutupinya dengan tangan kirinya yang tidak memegang apa-apa. Jaehwan akhirnya ikut bersandar di dinding lift dan menatap angka yang tertera di layar mengecil satu per satu. ’20 lantai lagi.’ pikirnya.

”..., setelah ini ... akan ke mana?” tanya Taekwoon memecah keheningan di antara mereka.

19.

”Mungkin akan pulang ke rumah dan menikmati makanan yang kau berikan. Jarang-jarang seorang Jung Taekwoon mau mentraktir kan?” jawab Jaehwan bermaksud menggoda Taekwoon dan sukses karena dia melihat semburat merah terlihat di kedua pipi sang model. ”Kau sendiri? Tidak ada jadwal?” Jaehwan merasa aneh. Pasalnya Taekwoon bukanlah model yang punya waktu senggang. Seingatnya setiap selesai sesi foto, Taekwoon pasti akan menghilang entah ke mana untuk melanjutkan pekerjaannya.

Taekwoon menggelengkan kepalanya. ”Aku minta Jae-... untuk mengosongkan jadwalku hari ini. Soalnya aku pikir sesi fotonya akan sampai malam.” jelas Taekwoon . ”Tapi aku cukup senang karena ini aku bisa beristirahat sebentar dan mengobrol dengan ....”

Oke, Jaehwan tidak mengerti kenapa tatapan Taekwoon selalu berhasil membuat lidahnya kelu dan perutnya seperti melilit. Ada yang salah dengan dirinya. Kalau benar dia menyukai Taekwoon belum tentu Taekwoon menyimpang seperti dirinya.

Gulp.

Jaehwan menelan ludahnya.

18

Tiba-tiba saja lift terhenti dan cahaya lampu padam. Panik melanda Jaehwan , tetapi tak berapa lama dia berhasil menenangkan dirinya. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan. ”..., gwenchana?” Dia merasakan tangan Taekwoon menyentuh pundaknya dan sentuhan itu mendatangkan aliran listrik dalam dirinya.

”N…ne…gwenchana. Kau sendiri?” Dia bisa melihat Taekwoon menatapnya khawatir dan sesuatu di dalamnya mulai bergejolak. Taekwoon mengangguk sebagai jawaban.

Kedua namja itu sekarang sudah duduk di atas lantai lift. ”Sepertinya listriknya padam.” ujar Taekwoon dengan tenang. Terkadang Jaehwan merasa iri dengan pengontrolan diri Taekwoon . Padahal model itu jauh lebih muda darinya, tetapi terkadang dia terlihat lebih dewasa dari dirinya. ”Kurasa kita harus menunggu sampai listriknya diperbaiki.”

Benar saja tak lama ada pengumuman dari intercome mengenai perbaikan listrik yang mungkin akan sedikit memakan waktu dan bagi mereka yang berada di dalam lift untuk tenang. ”Sepertinya kita harus bermalam di sini ya.” Jaehwan tahu bahwa perkataan Taekwoon itu hanya candaan, tetapi dia tidak bisa memungkiri ada rasa senang dan gugup di hatinya.

”Arh, bagaimana kalau kita makan saja?” tawar Jaehwan . Dia membuka makanan yang diterimanya dari Taekwoon . Dengan hati-hati dia mengambil sumpit yang ada di dalam plastik. Tangan kirinya memegang makanan tersebut sementara tangan kirinya sudah mengenggam sumpit. Taekwoon membelikannya sejenis mie. ”Kau mau?” tawar Jaehwan kepada Taekwoon .

Taekwoon dengan segera melahap sumpit yang terdapat lembaran mie tersebut. Jaehwan meneguk ludah melihat gaya Taekwoon yang memakan mie tersebut dengan gaya yang sensual. Sungguh sang fotografer dapat merasakan daya tarik dari sang model Jung Taekwoon . Ketika semua mie sudah masuk ke dalam mulut Taekwoon , matanya berhadapan dengan mata elang yang sedari tadi mengawasinya. Kedua bola mata Taekwoon dipenuhi oleh sesuatu yang membuat Jaehwan sekali lagi meneguk ludah.

Dengan pelan Taekwoon memajukan dirinya membuat Jaehwan harus mundur dan akhirnya menabrak tembok di belakangnya. Tangan lentik Taekwoon memindahkan kotak makanan dari tangan Jaehwan ke samping kirinya agar tak menganggu gerakannya. Kedua pasang mata itu saling beradu, masing-masing tak berani mengedipkan matanya, terhanyut satu sama lain. Telapak tangan kiri Taekwoon memukul tembok sementara tangan kanannya meraih dagu Jaehwan agar kepala sang fotografer sedikit terangkat.

Dalam hitungan detik kedua bibir itu sudah saling melumat satu sama lain. ”Errmm…aahhh…” Jaehwan mendesah ketika lidah Taekwoon dengan lihai menjelajahi setiap inci dari mulutnya, mengeksplor setiap bagian di dalam dirinya. Kedua tangan Jaehwan sendiri sudah melingkar di leher Taekwoon , menarik sang model untuk memperdalam ciuman panas mereka.

”Hah…hmm…hah…” Tak berapa lama mereka berhenti karena membutuhkan pasokan oksigen. Taekwoon menatap intens ke arah sang fotografer yang masih menutup mata sembari menarik nafas. Ini bukan kali pertama Jaehwan berciuman, namun mungkin ini pertama kalinya dia merasakan ciuman seperti ini. Lembut namun memabukkan.

Mata Jaehwan masih separuh terpejam namun dia bisa melihat bagaimana Taekwoon menatapnya, intens dan juga penuh nafsu. ”....” Suara Taekwoon terdengar sedikit dalam dan tegas. Ketika Taekwoon mendekati ke arah Jaehwan , sang fotografer hanya bisa diam. ”I want you.” bisiknya pelan di telinga Jaehwan membuat tubuh Jaehwan gemetar penuh antusias. ”Hmm…ahh…” Jaehwan mendesah ketika lidah Taekwoon menjilati daun telinga Jaehwan yang merupakan salah satu titik sensitif sang fotografer.

Ini salah.

Dia mendorong Taekwoon dengan tenaganya yang tersisa mendatangkan tanda tanya dari sang model. ”...?”

”Taekwoon …ini…ini salah, kau, aku, aku bukan mainanmu, Min…ahh~” Ucapan Jaehwan terhenti ketika bibir Taekwoon mengecup leher Jaehwan dengan lembut.

”Saranghae ....” ucap Taekwoon ketika matanya sekali lagi bertemu pandang dengan Jaehwan .

Belum sempat menjawab apa-apa, bibir Jaehwan sekali lagi dilumat oleh namja yang usianya lebih mudah darinya. Saranghae? Apakah Taekwoon juga menyukainya? Taekwoon menarik dirinya dan mengecup dahi Jaehwan dengan lembut. Kedua tangannya berada di kedua pipi Jaehwan . ”Aku.” Dahi. ”Mencintaimu.” Hidung. ”....” Dan sekali lagi bibir mereka saling bertautan. Ciuman mereka didominasi oleh Taekwoon yang menuntut Jaehwan untuk membuka bibirnya yang dijawab oleh sang fotografer dengan patuh. Lidah Taekwoon segera beradu dengan sang tuan rumah ketika menemukan celah untuk masuk.

”Hmm…ahhh…” Badan Jaehwan melengkung sedikit ke atas memberikan kesempatan bagi tangan Taekwoon untuk menyelinap masuk meraba setiap tubuh sang fotografer. Meski tidak sebagus Taekwoon , tubuh Jaehwan tergolong terlatih dan berotot. Tentu saja dikarenakan Jaehwan harus mengangkat alat-alat kamera yang cukup berat dan tempat pemotretan yang terkadang tidak bersahabat membentuk tubuh Jaehwan seperti sekarang.

Gerakan Taekwoon begitu pelan membuat Jaehwan menggeliat tak sabar, meminta lebih. Ketika tangan kanan Taekwoon menemukan tonjolan di dada Jaehwan dan memilinnya, namja yang lebih tua itu tidak bisa menahan desahannya lagi. ”Ohh…ahh…”

Bibir Taekwoon sekarang sudah ke arah leher Jaehwan yang sudah terekspos karena sang fotografer menggeser kepalanya sedikit memberi akses kepada Taekwoon . Lidah sang model menjilati leher dan mengigitinya seperti seorang vampir yang ingin menghisap darah. ”Arggh…hah…”

Jaehwan membantu Taekwoon yang ingin melepaskan kemejanya sehingga sekarang tubuh Jaehwan sudah tidak tertutup sehelai benangpun. Taekwoon menjilati bibirnya yang mulai kering dan menurunkan bibirnya menuju ke tonjolan pink di dada namja yang ada di hadapannya yang mulai menegang. ”Khekhe…”

Alis Jaehwan terangkat mendengar kekehan pelan dari Taekwoon . ”Min?”

”Hanya tidak menyangka kalau kau itu bottom, ....”

Muka Jaehwan langsung memerah mendengar pernyataan nakal dari Taekwoon . ”Karena tubuhku yang ah~ seperti ini, aku sering menarik perhatian uke.” jawab Jaehwan di sela-sela kegiatan Taekwoon yang dengan setia menjilati tonjolan pink itu seperti anak bayi.

”Hmm…” yang menjadi jawaban Taekwoon karena dia sendiri terlalu sibuk dengan kegiatannya menelusuri setiap inci. Tangan kirinya masih setia memilin tonjolan pink di dada Jaehwan sementara tangan kanannya mulai bergerak ke arah bawah, ke celana Jaehwan yang mulai menonjol. Gerakan Taekwoon yang halus membuat badan Jaehwan kembali melengkung meminta lebih daripada dongsaengnya itu.

”Impatient, aren’t we?” Taekwoon menggunakan ibu jari kirinya menghapus tetesan di bibirnya. Tangan kanannya bergerak dari tonjolan di selangkangan Jaehwan ke resleting celananya dan dengan lihainya membuka resleting tersebut. Jaehwan sendiri masih mencoba mengatur nafas. Perutnya naik turun setiap dia mengambil pasokan oksigen. Dia tidak tahu bahwa ini semua begitu memabukkan dan menyenangkan.

Ketika celana jeans Jaehwan dilempar Taekwoon ke sisi lain dari lift, hanya boxer hitam milik Jaehwan yang masih setia menutupi kejantanan ...nya. Dengan gerakan sensual, Taekwoon menundukkan badannya. Dia menggigit ujung dari boxer Jaehwan dan menariknya ke bawah dengan perlahan. ”Hah…hah…” Jaehwan sendiri sudah terlalu lelah untuk memohon pada Taekwoon agar mempercepat gerakannya.

Akhirnya sekarang kejantanan Jaehwan sudah terpampang di depan Taekwoon , berdiri tegak minta disentuh. Taekwoon semakin memajukan badannya mendekati kejantanan Jaehwan . Lidahnya menjilat dengna lihai, merasakan setiap inci dari kejantanan sang fotografer. Jaehwan sendiri menarik kepala Taekwoon mendorong kepala namja jangkung itu untuk lebih memperdalam kulumannya. Cairan precum mulai keluar dari kejantannya, namun Taekwoon malah memperlambat gerakannya. ”Ahhh…cumm……” Dan Taekwoon langsung mengangkat kepalanya, menghentikan sepenuhnya gerakannya membuat Jaehwan mengerang.

”Sabar, chagi.” ujar Taekwoon pelan. Seringaian terpasang di wajahnya ketika sekarang dia sudah berhadapan dengan hole Jaehwan yang kecil dan merah –sungguh menggoda di mata Taekwoon . Kedua tangan Taekwoon berada di pantat Jaehwan , mengangkatnya sedikit hingga ia menemukan posisi yang pas untuk menjulurkan lidahnya dan menjilati hole Jaehwan yang mengeluarkan tetes-tetes air. Manis. Bagi Taekwoon seluruh tubuh sang fotografer terasa manis dan membuatnya ketagihan, seperti sebuah candu yang tak bisa dipenuhi jika bukan oleh sang fotografer. ”Ahh…hmm…ohhhh.” Taekwoon tersenyum ketika melirik kejantanan Jaehwan semakin menegak, tanda bahwa sang fotografer juga menikmati apa yang dilakukannya.

”Urgh….” Seharusnya saat ini Jaehwan merasa malu ketika bagian intimnya dilihat oleh orang lain, tetapi nyatanya Jaehwan malah menginginkan lebih. Taekwoon tahu segala titik sensitif tubuhnya dan bagaimana cara memuaskan semua keinginannya. ”Ahhh…moohhree…lagihh…ahh…” Kedua tangannya mengepal karena rangsangan dari Taekwoon . Dia merasa hilang ketika lidah Taekwoon sudah tidak berada di holenya.

” it.” perintah Taekwoon . Dia mengulurkan tiga jari dari tangan kanannya ke mulut Jaehwan yang diterima oleh sang fotografer dengan patuh. Dia menjilati ketiga jari Taekwoon seperti mengulum permen membuatnya sampai basah. Ketika dirasanya cukup, Taekwoon segera menarik jarinya membuat saliva Jaehwan tertaut dengan ketiga jarinya membentuk sebuah jaring.

Taekwoon sendiri kembali menjilati ketiga jari tersebut ikut merasakan saliva dari Jaehwan . Dengan ganas, tangan kiri Taekwoon menarik kepala sang fotografer dan mencumbu mulutnya sementara tangan kanannya berputar-putar di sekitar hole namja yang sedang dilumat bibirnya sekarang. ”Urmm…urrghh…” jeritan Jaehwan tertahan oleh bibir dan lidah Taekwoon .

Badannya terasa sakit ketika ada sesuatu yang memasuki tubuhnya tanpa peringatan. Ketiga jari Taekwoon langsung masuk ke dalam dinding rektum Jaehwan dan sang model memulai gerakan-gerakan untuk melebarkan hole yang akan dia masuki nanti. ”Ride me.”  bisik Taekwoon di telinga Jaehwan .

Ketiga jari Taekwoon sudah ditarik oleh sang pemilik. Badan sang model itu sekarang bersandar di dinding lift yang lain sementara Jaehwan merangkak perlahan ke arah selangkangan Taekwoon . Dengan tenaga yang tersisa dia membuka resleting Taekwoon dan kancingnya, menurunkan jeans Taekwoon hingga ke lututnya. Jaehwan sedikit berjongkok dan memosisikan dirinya tepat di atas junior Taekwoon yang sudah mulai berdiri tegak. Perlahan Jaehwan menurunkan dirinya hingga akhirnya semua junior Taekwoon sudah berada di dalam dirinya. ”Urgh…ahhh…”

Taekwoon membiarkan Jaehwan untuk membiasakan dirinya. Dia meletakkan kedua tangannya ke samping pinggang Jaehwan untuk membantu sang fotografer ketika dia sudah siap untuk melancarkan aksinya. ”Urmm…ahhhh….hah…” Keduanya mendesah ketika Jaehwan sudah memulai menaikturunkan dirinya, mengeluarkan dan memasukkan dirinya terhadap junior Taekwoon . Taekwoon membantu namja berwajah kecil itu untuk mempercepat temponya. ”Ahh..hah…hah…” Taekwoon segera mendorong Jaehwan sehingga sekarang dirinya berada di atas ...nya. Kedua kaki ...nya diletakannya di atas pundaknya sehingga dia lebih mudah untuk melakukan kegiatannya.

”Ahhhh~” Setelah beberapa sentakan akhirnya Taekwoon menemukan titik prostat Jaehwan . Dia kembali mengatur posisi dan sudut yang tepat agar setiap kali dia menghentak masuk dia menyentuh titik prostat Jaehwan .

Jaehwan sendiri pikirannya sudah kabur oleh rasa nikmat yang dia rasakan setiap kali Taekwoon menyentuh sesuatu di dalamnya. Kedua tangan Taekwoon yang berada di pinggang Jaehwan berjalan ke atas perlahan meraih kedua tonjolan di dada Jaehwan dan memilinnya.

”Urmm…hmm…ahhh…cummhh….”

”Mee…toohh…ahh.”

Splurt.

Dan cairan putih keluar dari kejantanan Jaehwan jatuh ke atas perutnya yang tak terbalut apapun sementara beberapa muncrat ke kemeja yang Taekwoon kenakan. Taekwoon sendiri mengeluarkan semennya di dalam hole Jaehwan . Taekwoon perlahan menyisip keluar dari hole Jaehwan yang begitu penuh dengan cairan dan juniornya. Tangan kirinya segera menarik namja berwajah kecil itu dan segera melumat bibir merah ranum tersebut. ”Urmm…ahhh…”

Ketika ditariknya juniornya dari dalam namja yang sekarang sudah kembali bersandar di atas lantai, cairan putih miliknya mengalir keluar dari hole tersebut. Seperti seseorang yang kehausan, dia meminum dan menjilati semua cairan miliknya tanpa tersisa, meneguknya sebagian dan sisanya dibaginya kepada Jaehwan dalam ciuman panas mereka. Terlihat sisa-sisa cairan putihnya mengalir dari bibir mereka berdua.

.

.

Jaehwan yang sudah kelelahan sekarang sudah tertidur lelap. Kemeja dan celananya sudah membalut dirinya meski terlihat berantakan karena beberapa kancing kemejanya terlepas. Taekwoon beruntung memakai kaos di dalamnya sehingga kemejanya yang terkena tadi sekarang sudah terbengkalai entah ke mana.

Jika Jaehwan tertidur, apa yang sedang dilakukan Taekwoon ? Model itu sedang duduk dengan tangan kanannya bertumpu di atas lututnya yang ditekuk. Tangan kirinya mengelus rambut Jaehwan dengan lembut. Sebuah senyum tulus terpasang di wajahnya melihat wajah Jaehwan yang begitu damai.

Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menekan beberapa angka yang familiar di matanya. Tangan kirinya masih setia membelai wajah Jaehwan yang tertidur di sampingnya. ”Ne, .... Kau boleh nyalakan kembali listriknya.”

”Seriously Taekwoon , lain kali jangan suruh aku melakukan pekerjaan ini.”

”Ayolah, .... Kau tahu kau juga menikmatinya dengan Junsu-..., kan?” Taekwoon hanya terkekeh  membayangkan ...nya di seberang sedang mengucapkan sumpah serapah.

”Arasso. Aku akan menyalakan listriknya, lebih baik kau mulai membangunkannya sekarang. Dasar, kau kan bisa menyatakan cintamu saat di taman bermain nanti kan?”

”Kau seperti tidak tahu diriku saja, ....” Taekwoon menyengir dan dia yakin lawan bicaranya bisa membayangkan reaksi Taekwoon saat ini. Mendengar Jaehwan yang mulai menggeliat, sang model segera menutup pembicarannya dan mengalihkan pandangannya pada sang fotografer.

”Minnie?” tanya Jaehwan dengan nada orang baru tidur.

”Listriknya sudah menyala, chagiya. Ayo, apa perlu kau kupapah?” goda Taekwoon yang membuat namja di depannya menampilkan semburat merah di pipinya.

”Andwae, aku bisa berdiri sendiri.” Ketika Jaehwan mencoba berdiri, badannya sedikit limbung hinggga akhirnya dia harus dipapah oleh namja jangkung itu.

Ting.

Pintu lift pun terbuka dan Taekwoon segera membopong Jaehwan dalam bridal style, mengabaikan kotak lift yang penuh dengan bau seks dan kemejanya yang terbengkalai. ”Setelah kupikir-pikir, aku mau satu ronde lagi.” Dan itu sukses membuat wajah Jaehwan begitu memerah seperti tomat dan mendatangkan gelak tawa dari Taekwoon .

.

.

The End

.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annah_13 #1
Chapter 12: