Elegance

Elegance

Musik keras sudah menggema diruangan luas ini, begitu pula dengan latar dan dinding yang dipenuhi kaca. Ini bukan pub atau tempat ramai lainnya. Hanya sebuah tempat latihan yang dikhususkan. Keduabelas pria muda itu menari dan menyanyi dengan talenta masing-masing. Sebuah harmoni yang tercipta kala mereka membawakan sebuah lagu.

EXO.

Tidak ada yang tidak mengenal mereka diseluruh penjuru Seoul. Atau mungkin China. Jepang? Hongkong? Jangan lupakan negara-negara barat yang menggilai terobosan baru ini. Visual tampan, khas idola remaja. Tubuh tinggi dan tegap, meski tidak kesemuanya. Suara emas dan tarian enerjik yang menggetarkan hati wanita-wanita sang pemilik teriakan histeris.

Idola. Kau tanya apa itu? Mereka yang menyuguhkan sebuah karya berdasar hiburan.

"Kai! Kau biasanya didepan, kan? Jangan berbaring terus, tahu! Kita dikejar waktu!"

Itu Suho, yang kini berkacak pinggang. Publik mengenalnya sebagai Leader berwibawa. Tapi member lain mengenalnya sebagai Suho yang perintahnya harus dituruti. Merasa disorot, namja berkulit tan itu malah menguap lebar-lebar. Ia melirik teman-temannya yang lain, kesepuluh member lainnya juga sama seperti dirinya. Kelelahan.

"Hyung, kita sudah bergerak selama dua jam nonstop. Sebentar saja, ijinkanlah kami beristirahat."

Bukan sebuah permohonan karena setelahnya, member lain mengekor. Suho sempat berdecak, tapi ia putuskan untuk ikut bergabung dan menekuk lutut.

"Manajer akan marah kalau tahu kita tidak berlatih." Si wajah malaikat itu malah mengeluhkan racauannya. Ia lalu menatap satu persatu anggota dibawah pengawasannya. "Aku tidak mau dia memaksa kita mati berdiri dengan terus berlatih."

Sehun mencebik, "Paling tidak, dia harusnya membiarkan kebebasan kita, Hyung. Seenaknya saja dia tidak mengembalikan ponsel kita yang selalu disita itu."

"Kalau kau berani memintanya setelah lehermu habis ditebas, sih, tidak apa." Kini Luhan yang menyahuti. "Tsk, memangnya kita tidak boleh terhubung dengan dunia luar, ya?" Ia melanjutkan.

"Bukan dunia luar, Hyung. Tapi, dunia maya." Tao menanggapi dengan ketus, ia sengaja meninggikan suaranya. Biar dikatakan tidak sopan, tapi ia memang sedang kesal dengan Luhan dan Sehun yang sibuk memikirkan ponsel mereka. "Apa jadwal kita besok, Hyung?"

Tao bertanya pada Kris, yang juga seorang Leader bersama member Chinanya. Tapi pemuda dingin itu mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu, tidak ada pemberitahuan."

"Kalau begitu kita liburan saja, yay!" Baekhyun memekik tanpa peduli lirikan sinis dari penghuni ruangan itu. Satu yang mendukungnya adalah Chanyeol, mereka berdua antusias berhighfive diudara. "Aku setuju, Baekkie! Kemana, ya? Pantai? Atau Mall?"

"Tidak tahu bukan berarti tiadak ada, bodoh." Itu si mulut besar Jongdae alias Chen yang sekarang melengoskan tubuhnya. Baekhyun dan Chanyeol sama-sama tidak berani menanggapi lebih lanjut hingga akhirnya mereka terkikik sendiri dalam diam.

"Uhm, ka-kalau begitu kapan kira-kira kita bisa liburan, ya?" Nah, yang ini adalah pertanyaan polos dari Do Kyungsoo si mata bulat. Ia mendempel pada tubuh Xiumin yang sibuk membenahi letak topinya.

Tidak ada yang menjawab. Suara kecil itu diabaikan begitu saja sampai kemudian Lay datang sambil terhuyung. Dia baru saja berlatih solo dance didepan kaca dan musik lirih yang mengiringi. Lalu kembali dan mendapati suasana hening disudut ruangan.

"Kau bertanya apa tadi?" Lay menoleh kepada si nama panggung D.O itu.

"Mm, itu, kita kapan bisa liburan, ya?" Kyungsoo mengulang lagi pertanyaannya. Lalu Lay duduk disampingnya sementara Xiumin juga ikut dengan obrolan samar itu. Kim Minseok dengan gelar Hyung tertua itu mengelus tengkuk Kyungsoo, sebentar, baru konsentrasinya tersedot pada Lay yang berdeham. "Sepertinya kau teringat sesuatu, Lay." Xiumin menerka.

"Besok ada interview pagi, disebuah saluran radio." Lay beralih pada Xiumin. "Untuk EXO-M, saja. Aku baru ingat kemarin aku sempat diberitahu Manajer."

Kyungsoo reflek meninju lengan Baekhyun yang ada didepannya, sementara lutut pendeknya ia jejakkan pada kaki Chanyeol. Maksud bercanda. "EXO-K bebas? Yay, aku akan memasakkan sesuatu untuk kalian."

Pekikan Kyungsoo itu memusatkan seluruh perhatian sebelas member lainnya. Termasuk Kai yang sudah terlelap selama beberapa menit itu. Tidak sadar sendiri bahkan pertanyaan Kyungsoo belum juga mendapat jawaban. Itu artinya, liburan hanya kosakata semu yang tak pernah berwujud.

"Memang kita benar bebas besok, Hyung?" Sehun mendekati Suho, memastikan kekalutan dalam pikirannya. Setidaknya, kalau mereka besok off, tidak ada salahnya menggunakan kesempatan itu untuk bersantai dari rutinitas penat. Sayangnya Suho tidak menimpali apapun dengan statementnya. "Kai Hyung, besok libur dulu saja latihan gerakan intinya."

"Kau ini bagaimana, sih, Sehun? Tidak bisa karena kita akan tampil di sebuah acara minggu depan." Kali ini Suho cepat menyambar. Ia tampak berang sekaligus malas mendapati kenyataan tak akan ada waktu rehat. Barang sebentar saja. "Ayo, ayo, kita berlatih lagi sebelum manajer mengecek." Suho bangkit berdiri dan kembali menghadap kaca sepenuh dinding itu.

"Tapi Hyung, kan masih minggu dep-"

Sehun masih tetap bersikeras menyangkal, hingga tepukan lembut didadanya menyapa pelan. Itu Kai. "Sehun, sudahlah. Jangan memaksa." Dan si member termuda itupun menurut sambil beringsut mundur. Kai menyusul Suho, yang sudah mulai bergerak dengan kelihaiannya.

Hingga kemudian Tao berinisiatif menyalakan musik yang sudah mati tadi. Latihan berlanjut lagi, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh mereka. Formasi lengkap, mengingat gerakan satu sama lain agar tidak saling bertabrakan, mengingat bagian menyanyi mereka agar tak salah ambil. Semua saling mengandalkan.

"Satu, dua, tiga, aku kesini, Tao maju. Lalu saat aku kekanan, Kris Ge, Baekhyun Hyung dan Chanyeol Hyung bersamaan dan harus kompak maju kedekat Kyungsoo Hyung yang tampil didepan sendiri."

Kai memberi instruksi. Menunjuk satu tempat dan satu orang. Serentak dengan nama-nama yang disebutkannya, mereka melakukan titah sang danching machine itu dengan patuh. Berlangsung sampai tiga menit lewat beberapa detik sesuai dengan lagu yang diputar. Beberapa member yang ditugaskan melintas kedepan dan kebelakang, menjadikan penutup yang fantastis.

Ini versi baru lagu mereka.                

Kris bertepuk tangan, diikuti Tao, Luhan, serta Chen. Sementara Xiumin sudah lebih dulu jatuh terduduk dengan nafasnya yang terengah, bersamaan dengan Lay yang meneguk air mineralnya. Keseluruhan member EXO-M itu agaknya tampak puas.

Lain halnya dengan Suho dkk. Mungkin kecuali Kai. Dan Baekhyun yang tampak puas dengan suaranya serta Chanyeol yang bangga dengan rapnya. Tapi tidak dengan Suho, Kyungsoo, dan Sehun. Si magnae itu mungkin masih terbawa keburukan hatinya beberapa menit lalu. Sehingga tidak salah jika wajahnya tertekuk sejak tadi.

"Tsk, suaraku tidak bisa setinggi Baekhyun, ya?" Kyungsoo merundukkan kepalanya, tapi mendapat sentuhan akrab dari Chanyeol. "Ya, kan, Chanyeol Hyung?"

Chanyeol menyikut Baekhyun, dan dia segera tersadar dari euforianya. "E-eh, tidak, kok. Suara Kyungsoo bagus seperti biasanya."

"Haaaaah, lelahnyaaa~" Luhan mengipas-ngipaskan tangannya didepan wajah, ia mendesah keras sekali sampai membuat Chen harus menutup telinganya. "Hyung, ah. Nyaring sekali suaramu." Protesan itu meluncur begitu saja.

Lay melonggarkan kausnya, terasa semakin gerah. Ia juga menyediakan pahanya sebagai sandaran untuk Xiumin. Begitu pula dengan member yang lainnya, mereka ikut duduk melingkar sambil mengesah lega. Sesekali Baekhyun dan Chanyeol meramaikan suasana dengan suara berisik mereka.

Sampai akhirnya Baekhyun berteriak karena Chanyeol tiba-tiba usil. Tangan pemuda tinggi itu sudah meraup wajah Baekhyun hingga menyatukan pipinya, dan itu membuat Baekhyun kesal setengah mati. "Chanyeooooll! Aku ini Hyungmu, tahu! Tidak sopan!" Tapi Baekhyun malah tertawa heboh, terpingkal dan perutnya kegelian. "Bagaimanapun aku lebih tua beberapa bulan daripadamu!"

"Hyung? Cih, Baekhyun saja cukup, kok. Hahaha, ekspresimu lucu sekali." Chanyeol tetap asik dengan dunianya sendiri. Dengan kegiatannya menjahili Baekhyun. Dengan kesenangannya melihat kesengsaraan orang lain. "Lagipula kau tidak cocok dipanggil Hyung."

"Apanya yang tidak cocok? Sialan kau, Chanyeol!" Giliran Baekhyun yang menjitak Chanyeol. Sehun terbahak, diikuti gelakan Xiumin dan Lay.

"Nah, kenyataannya memang begitu. Aku juga lebih tinggi darimu, Baek."

"Apa hubungannya dengan tinggi, bodoh! Hh.."

Lalu hening setelahnya. Dua penyebab keramaian ini sudah terdiam karena lelucon mereka yang habis.

"Lapar, nih." Tao berujar tanpa memperhatikan orang-orang disana. Memecah kendala berasumsi diruangan lembab itu. Tidak yakin juga kalau keluhannya mendapat tanggapan, maka ia memilih untuk memalingkan wajah.

Tapi pendengaran Kyungsoo sedang baik, "Mau kumasakkan? Ayo, ayo. Aku juga lap-"

"Kyungsoo, persediaan bisa habis kalau kau memasak terus." Chen mengingatkan, ia melipat tangan dikedua dada sambil mengamati mimik sendu partner vokalnya itu.

"Yah, tapi aku masih melihat beberapa bahan dikulkas." Tao kembali membela. Memang perutnya benar-benar tidak bisa diajak berkompromi.

"Benarkah? Kenapa kemarin aku melihat hanya tinggal sayuran saja?" Kai ikut menyumbangkan argumen.

"Tidak apa-apa, kok. Sayur saja bisa kusulap jadi makanan enak." Antusiasme juru masak dorm EXO ini memang tidak ada habisnya kalau sudah menyangkut makanan. "Ya, ayo, ke dapur."

"Tunggu, Hyung, komya kan belum diservis," Kai kembali berucap, ia menahan Kyungsoo yang sudah menegakkan diri.

"Masa? Memangnya iya, ya, Hyung?" Kyungsoo akhirnya mengadu tatap dengan Suho. Sang Leader yang tahu segalanya.

"Kurasa sudah diperbaiki, kau kemana saja, Kai?" Agaknya Suho hari ini sedang tidak dalam mood yang baik. Yang dikerjakannya sesiangan tadi adalah uring-uringan. "Sudahlah, Kyungsoo. Tidak usah memasak. Kan bisa beli diluar."

"Aaaah~ Baek juga lapaaar." Baekhyun berujung dengan raungannya yang meyerupai anak kecil. Menyetujui pula keinginan Tao yang masih diperdebatkan. "Apa susahnya, sih, membiarkan Kyungsoo memasak?"

"Kau belum membereskan kamarmu, Baek." Xiumin, si tukang bersih-bersih tiba-tiba saja teringat detail dormnya. "Chanyeol juga, pasta gigimu itu suka kececeran dikamar mandi, tahu."

"Ah, Hyung mulaaaaai~" Chanyeol jengah dengan kebiasaan Xiumin yang benar-benar higienis itu. "Tadi pagi sudah kubersihkan, kok, Hyung."

"Bohong, Chanyeol, bohong. Tadi pagi barusan aku ke kamar mandimu, masih tersisa cecerannya dibathup, Hyung." Seloroh Sehun yang gemar mengompori.

"Tuh kan." Xiumin menyahut pendek, menyangsikan kejujuran Chanyeol

"Sehun, kau apa-apaan!" Chanyeol menendang Sehun, tidak keras hanya sebagai gertakan.

Mereka sibuk dengan dalihan masing-masing, meributkan ini dan itu. Tapi Kyungsoo hampir membuka pintu, menarik kenopnya semangat sekali. Tentu sebelum sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Tiba-tiba saja, pintu diujung sana malah menjeblak lebar. Tanpa ada ketukan dan tegur sapa. Manajer berahang keras itu menampakkan dirinya. Seorang Kim YoungMin yang selama ini mengurus EXO sejak debut. Seorang Kim YoungMin yang menyita alat komunikasi para member, dan Kim YoungMin yang membuat Kyungsoo mematung. Beruntung ia tak sempat menggeret Tao tadi. Sehingga tubuh tinggi Tao tidak terburu menabrak YoungMin yang melayangkan tatapan sangar itu.

Sekaan keringat dan acara leha-leha itu terhenti seketika. Seolah tertarik magnet, sontak mereka sigap dengan posisi siap.

"Selamat sore." Tegas dan membahana.

"Sore."

Keduabelas manusia itu menjawab bersamaan. Tak terkecuali Kyungsoo yang masih berdiri kikuk dihadapan pria paruh baya itu. Kemudian, YoungMin selaku manajer berhak saja memantau kegiatan artisnya. Maka, ia melenggang masuk sebelum akhirnya menyadari Kyungsoo ada didekatnya.

"Kau mau kemana, D.O?"

Gelagapan. "A-ah, oh, mm, ti-tidak jadi. Tadinya mau kedapur." Ia terbata. Seketika suaranya berubah serak.

"Masuk lagi, aku ingin melihat latihan kalian."

Apa?

Bukan hanya Kyungsoo yang memekik dalam hati. Kemungkinan besar kesebelas member lainnya juga melakukan hal yang sama. Apa mau manajernya ini? Datang seenak jidat tanpa pernah mau tahu kalau sudah berulang kali mereka berlatih. Dan sekarang, ia meminta mereka untuk melakukannya lagi. Kemana saja dia?

Kris mengambil alih dengan arogansi pimpinannya. "Ayo, atur formasi seperti tadi. Kai, jangan lupa kalau kau visual."

"Ah, Kai. Si berbakat pilihan Sooman? Bagaimana, bagaimana dengan proyek baru ini? Aku ingin melihat kehebatanmu."

Si anak emas. Kulit tan yang selalu beruntung. Mengundang picingan mata dari berbagai pihak. Sengaja disembunyikan.

"Biasa saja, YoungMin-ssi." Tutur Kai, merendahkan diri sambil membungkuk. "Ya, Hyung. Dibelakangku ada Chen Hyung, Xiumin Hyung, dan Luhan Ge, kan?"

Kris mengangguk, mengambil posisinya sendiri. "Ayo, kita mulai."

Musik berdentum lagi. Bagian vokal sudah menyeimbangkan antara tarian dan nyanyian mereka. Rapper juga begitu. Tugas yang diemban dalam menunjukkan potensi masing-masing memang serumit ini. Dan bagi YoungMin yang menyaksikan didekat jendela, semua yang mereka bilang menakjubkan kurang memuaskan hatinya. Ia berdecak.

"Kai, Kai." Youngmin mengisyaratkan Kai agar mendekat melalui telunjuknya. "Apa yang tadi adalah penampilan paling maksimal kalian?"

Kai tercekat, sekaligus menyadari sebelas member lainnya yang tertegun. "Mm, kurasa, ya. Apa ada yang salah, Youngmin-ssi?"

"Sehun, dia seperti orang yang tersesat." Menjadi topik utama sebuah kesalahan adalah yang terburuk. Sehun menepi, menutupi dirinya dibalik punggung Luhan. "Apa kau pelupa, Sehun-ah?"

Sehun memiringkan tubuhnya, hanya menampakkan separuh wajah. "Apa terlihat seperti itu? Mm, maksudku, yang barusan sama persis seperti yang aku pelajar-"

"Dan menurutmu tidak ada kesalahan?"

Sambaran itu diantisipasi Sehun dengan anggukan.

"Sayang sekali satu member EXO tidak bisa becus dalam melakukan performance."

Diam. Tidak ada satu bahasa pun yang terdeteksi. Hingga Kris akhirnya mengambil alih, "Bukan, Youngmin-ssi. Sehun memang kadang sulit mengingat, tapi kalau dia terbiasa nantinya juga akan membaik." Alih-alih bersikap hormat, Kris sudah kepalang jengkel. Ia tidak suka membernya, atau keluarganya dalam grup ini disalahkan. Apalagi sampai mengatai penampilan Sehun yang acak.

"Begitu? Baiklah." Youngmin mensejajarkan diri didekat gerumbulan Suho, Lay, dan Chen. Menepuk satu persatu bahu mereka dengan seulas senyum penuh arti. "Kurasa kalian adalah kombinasi yang menarik," Bukannya senanh dipuji atau teryawa diatas penderitaan Sehun, tapi mereka bertiga memang merasa sedang diterbangkan. "Suho leader seharusnya leader, gerakanmu cukup memukau, Lay. Lalu Chen, oktaf tertinggimu benar-benar membuatku merinding."

Ketiganya, tanpa disuruh segera membungkuk sebagai ungkapan terimakasih. Baekhyun terbatuk, Chanyeol hampir mencekoki Baekhyun dengan ejekannya. Beruntung ia sadar situasi.

"Yah, kalau begitu tingkatkan lagi kinerja kalian." Youngmin menatap setiap pasang mata yang tersirat dalam keengganan itu. Sorot yang sengaja menghindar. "Aku mau EXO dipuji banyak orang. Bukan dihujat. EXO harus mendapat tempat terbaik, penghargaan dimana-mana, dan penjualan album yang menggebrak. Aku tidak mau tahu, kalian harus berlatih lebih giat lagi. Latihan, latihan, dan latihan. Hanya itu motto kalian."

Pemaksaan? Ini forsir tenaga.

Tao sudah menyenggol rusuk Kris, saling melempar pandangan. Seolah berbicara dalam telepati yang hanya diketahui keduanya. Satu pemikiran, latihan..itu berarti ini akan berlangsung sampai tengah malam nanti. Baik Kris maupun Tao benci saat tulang dan sendi mereka seakan terpisah dari raganya. Bukan hanya mereka mungkin, kesemuanya.

"Ada yang ditanyakan?"

Karena tidak ada yang bersuara selain deru nafas, tepat setelah sang manajer menyelesaikan kalimatnya. Lalu, Luhan mengangkat tangan. "Mm, uhm, kapan ponsel kami kembali, Youngmin-ssi? Kami berjanji tidak akan berhubungan dengan sosial media. Kami hanya ingin menghubungi keluarga." Entah keberanian darimana, tapi Sehun sudah memupukkan sebagian energi untuknya.

"Ponsel? Kalian belum membutuhkannya."

Sialan. Tanpa terkecuali mereka semua mengumpat dalam hati. Tidak ada bantahan karena percuma.

Satu lagi manusia yang berani mengacungkan telunjuknya, terlihat langsung oleh sepasang mata manajer mereka. "Ya, ada apa lagi, Xiumim?"

"Mm, itu..ini tentang..mm-"

"Bicara yang benar, Xiumin." Youngmin menghentakkan kakinya seraya memutar bola mata. Malas menunggu.

Sebaliknya, Xiumin malah menunduk, ia menarik nafas lalu membuangnya sembarang. "A-aku rasa kami membutuhkan liburan, Youngmin-ssi. Kita sudah terlalu lama bekerja. Maksudku, ap-"

"Tidak ada, Xiumin, belum waktunya."

Anggap saja itu kalimat yang membuat semua member berimajinasi dengan pikirannya. Mungkin tentang bagaimana caranya membunuh manajer ini tanpa meninggalkan bekas pada publik. Tsk, ini gila.

Akhirnya manajer mereka itu melambai. Keluar ruangan dengan langkah angkuh yang menyebalkan. Sepeninggal YoungMin, mereka semua mengesah. Beberapa frustasi sampai harus membuat rambut mereka berantakkan.

"Latihan setiap hari, sepagian semalaman. Tidak ada ponsel dan dunia luar. Tidak ada liburan."

Sehun mengkaji kembali memorinya. Ia cenderung kehilangan kontrol pada emosinya.

"Sungguh, ini penjara terkejam yang pernah kutemui." Tao menambahkan.

Chanyeol maju selangkah, "Tidak berpamitan, datang seenak jidat. Tsk, dasar." Tubuh tingginya bersandar didinding.

"Lupakan saja. Tidak penting kalau kita membicarakan orang seperti Youngmin-ssi." Kyungsoo menengahi, "Baekhyun Hyung, ayo, nyanyikan bagianku. Aku ingin dengar."

Baekhyun menurut saja. Ia memojokkan diri bersama Kyungsoo agar mendapat sensasi tenang. Lalu bermain dengan nada-nada tinggi atau rendah dalam lirik lagu.

Singkat. Ini semua pertanda latihan masih memiliki episode. Belum pada tahap ending yang menutup keseluruhan. Ini masih pukul enam sore, jingga menyingsingkan petang, dan berganti pekatnya malam. Kai melirik jam tangannya, mungkin enam jam dari sekarang. Latihan selesai pada pukul 12, tengah malam nanti.

Yah, sesuai dengan amanat dari sang manajer.

Lay mendekati Kai, kali ini bukan menariknya untuk menari bersama dan menyerasikan beberapa gerakan. Tapi ia berbisik, "Kau pikir apa lagi yang kurang selain liburan, ponsel, dan kebebasan kita yang direnggut?"

Kai merengut menemukan Lay yang ternyata masih membahas masalah ini, hingga ia mengedikkan bahu tanda tidak berminat dengan obrolan.

"Masalah honor, Kai. Kau kira pembagiannya rata? Aku tahu siapa saja yang mendapat honor terbesar."

Tenggorokan Kai tersekat, dan merasakan tubuhnya kaku selama beberapa detik. Pasalnya, ia tahu saja maksud Lay berkata seperti ini. Honor? Siapa yang tahu kalau Kai-lah pemilik honor terbanyak dari member lain?

Ini bukan masalah besar. Kai hanya berpikir jernih, teman-temannya tidak akan iri dengan masalah kekanakan seperti ini.

-ooo-

YoungMin juga sudah mengatur perubahan untuk teman sekamar artis dibawah tanggung jawabnya. Jika biasanya satu kamar dihuni tiga orang, sekarang diminimalisir menjadi dua orang. Sejauh ini, mereka menurut saja. Toh konsekuensi jika tidak menuruti pun jauh lebih membahayakan.

"Hyung, tidurlah. Suaramu sudah bagus, tahu. Jangan menyanyi terus. Aku mengantuk." Kai melirik Kyungsoo, yang masih bersimpuh diranjang miliknya. Kai ada diranjang seberang, sejenak meletakkan bukunya dinakas, lalu ia mengusap wajahnya kasar. "Kyungsoo Hyung, kau dengar aku, kan?"

Tapi Kyungsoo masih bergumam. Bersenandung riang, bersama nada-nada yang dicocokkan sesuai iramanya sendiri. Kai tidak tahan, ia tidak bisa tidur kalau keadaannya begini. Padahal, jarum pendek sudah menunjuk pukul satu dini hari. Percuma, Kyungsoo sudah tenggelam dalam kesenangannya sendiri.

"Kyungsoo Hyung!"

Kai akhirnya membentak, Kyungsoo kontan tersentak kaget. "A-ada apa, Kai?"

"Kau berisik, aku ingin tidur!"

Kai bangkit berdiri, kemudian meninggalkan kamarnya berikut Kyungsoo yang masih tidak mengerti apa-apa. Si mata bulat itu tetap bersuara, tetap bernyanyi tanpa peduli keadaan sekitar dan tanpa ambil pusing dengan rekan sekamarnya barusan. Ah, lelaki tan itu berjalan menuju dapur. Lay gegenya pasti ada disana dengan secangkir kamomil. Mungkin Kai bisa mencurahkan sedikit kekesalannya pada si kalem itu.

Benar, kan. Lay duduk disana sambil menyesap teh kegemarannya. Dia lalu menoleh dan mendapati Kai sudah berdiri disampingnya. "Kai, kau terbangun?"

"Terbangun? Tidur saja belum, ge."

Lay meletakkan cangkirnya hati-hati, "Mau kubuatkan teh juga? Kau mau apa?"

Kai menggeleng, "Tidak perlu repot, ge," lalu ia duduk dihadapan Lay sambil memijit pangkal hidungnya.

"Memangnya kau tidak lelah? Sedari tadi kau yang paling banyak bergerak. Apalagi kantung matamu itu kentara sekali, Kai." Lay meneliti garis wajah Kai, mencoba mencari kejanggalan yang tertera disana. "Sejak kapan juga kau menderita insomnia, hei, si tukang tidur?"

Desahnya keluar tidak serantan, "Kyungsoo Hyung berisik sekali. Hah, dia tidak percaya diri dengan suaranya hingga terus bernyanyi sampai larut, ge. Aku mengungsi dikamarmu, ya?"

Lay mengubah tatapannya menjadi prihatin, "Aku akan bicara dengan Kyungsoo. Kalau kau tidur dikamarku, Suho yang akan mendepakmu, tahu." Lay beringsut menarik Kai, "Ayo, kau harus segera tidur. Aku juga."

"Tsk. Coba saja kalau kau bisa bicara dengannya, ge."

Lagi-lagi mereka berdua sudah dilantai atas, dan Lay sudah hendak mengetuk pintu itu sebelum menyadari kalau salah satu penghuninya ada bersamanya. "Lay ge saja dulu yang masuk."

"Enak saja. Kau kan yang punya kamar." Lay mendorong punggung Kai, tetapi lelaki itu malah bertumpu didinding. "Kai, ayo masuk duluan apa masalahnya, sih?"

"Tidak mau, ge. Kyungsoo Hyung pasti memberikan tatapan memuakkan itu lagi. Yang selalu membuatku kasihan padanya."

"Lalu apa masalahnya? Tidak ada hubungannya kau masuk pertama kali dengan tatapan Kyungsoo. Ayo, masuk, Jongin."

"Tidak mau, ge, aku bilang aku tid-"

"Aaaaah~ kalian sedang apa ribut-ribut didepan kamar?" Baekhyun datang sambil mengucek matanya, disusul Chanyeol yang hanya melongokkan kepalanya didekat Baekhyun. "Ah, berisik sekali penghuni kamar sebelah ini, uuuh." Entah itu sebuah komentar atau komplain, tapi Chanyeol bukan seperti orang yang terganggu.

"Masalahnya ada di Kai, kalian tanyakan saja padanya." Chanyeol dan Baekhyun saling berpandangan mendengar penuturan Lay. Lalu beralih menatap Kai. "Jelaskan, Kai."

Kalau ditilik kembali, seharusnya kamar Chanyeol dan Baekhyun adalah kamar yang terhitung paling berisik. Dua bedebah disatukan, apa pikiran Youngmin?

"Ngh, i-itu Kyungsoo Hyung. Dia bernyanyi sejak tadi, kan aku tidak bisa tidur."

"Dasar tidak bisa berinisiatif, pakai headset, kan bisa?" Saran Chanyeol itu disambut gelengan Kai.

"Percuma, suara Kyungsoo Hyung lebih keras dan mengalahkan musikku, tahu." Kai kembali menyangkal.

Mereka berempat hanya berbicara dengan jarak 30cm, didepan kamar masing-masing sementara kamar Chanyeol dan Baekhyun ada diseberang.

"Inisiatif lagi, Kai. Besarkan volumenya, penuh." Baekhyun ikut memberikan saran. Ia mulai ketus sekarang.

"Aaah, Hyung. Kalau aku yang mendadak tuli bagaimana? Nein, ah." Tolak Kai seraya mengangkat tangan dan menggoyangkannya ke udara.

"Lay ge, kenapa tidak tidur?"

"Aku? Aku meladeni Kai yang menyuruhku menegur Kyungsoo." Lay menanggapi pertanyaan Chanyeol bersamaan dengan lengan yang ia kalungkan dileher Kai.

"Gege kan yang menawarkan diri. Pura-pura lupa, hah." Kai bersungut-sungut sembari melipat tangan didepan dada.

"Sudah sana, kalian tidur saja. Kami janji tidak akan berisik lagi." Lay mengusir Baekhyun dan Chanyeol dengan isyarat tangannya. Chanyeol mengangguk seraya menarik lengan Baekhyun, tapi si vokal utama itu menahan diri.

"Apa Kai terlalu membesarkan masalah? Kyungsoo juga hanya menyanyi sekedarnya kan, apa yang berisik?"

"Apanya yang berisik? Bernyanyi wajar? Tsk, kau hanya belum mendengarnya dan belum pernah sekamar dengannya. Ini bukan terjadi sehari ini, tahu. Dia berteriak, bernyanyi sambil berteriak, Baekhyun Hyung." Kai menjelaskan, agak membabi buta sampai Lay harus mengelus dada si tan itu agar tenang. "Kalau lama-kelamaan seperti ini dan tidak ada perubahan, aku harus mengusulkan perpindahan kamar. Atau rolling."

"Tidak! Jangan! Enak saja! Nah, ini hanya masalah sepele, Jongin. Kau yang apa-apaan. Ini bisa diselesaikan baik-baik dan jangan bertingkah konyol. Apalagi dihadapan manajer. Kau mau mati muda, hah?" Lay memekik spontan, berikut rentetan kalimat tidak terimanya.

BRAK!

Sepersekiannya, Baekhyun membanting pintu, keras sekali hingga timbulkan debum keras. Mungkin juga Lay dan Kai sempat melompat saking kagetnya tadi. "Apa-apaan, Baekkie Hyung. Bisa rusak, kan, ge? Tsk."

"Ini juga karenamu, Jongin. Kalau kita tidak ribut sendiri, mungkin mereka tidak akan terusik. Dan mungkin juga Baekhyun kesal melihat kita berdebat tanpa memedulikannya. Sudahlah, ayo, masuk."

Kai mencibir, "Hah, itu, sih, karena mereka yang terlalu peka saja. Buktinya, penghuni yang lain tidak berekasi berlebihan dengan suara kita. Oh, ge, bayangkan saja kalau kau sekamar dengan Kyungs-"

Cklek!

Tanpa membiarkan Kai mengoceh lebih lanjut, Lay sudah memutar kenop pintu. Kai mencari-cari saklar guna menemukan setitik penerangan. Setidaknya, tadi dia tidak mematikan lampu. Oh.

Dan sialan. Mereka ternganga bagai orang bodoh. Kyungsoo sudah tertidur. Kelihatannya cukup lama setelah Kai keluar kamar. Dengkuran itu membuktikannya. Lay melirik Kai, merasa dipermainkan.

"Sialan kau, Kai. Sialan kau, Kyungsoo. Sudah, aku ingin tidur. Lain kali urusi sendiri urusanmu, Jongin."

"Tapi, ge-"

Lay melangkah cepat menuju kamarnya sendiri, biarkan Kai yang mencoba menyanggah. Ah. Wajah polos dihadapan mata Kai memang tampak serupa sinar abadi. Terang, dan..ehm, sedikit memabukkan. Meski kadang perilakunya patut dipertanyakan, tetapi Kai sadar saja kalau Kyungsoo benar-benar orang baik. Yang suka mengalah dan yang suka menolong.

Hingga tak lepas Kai memandangi wajah Kyungsoo, sampai ia jatuh terlelap dengan pintu kamar yang belum sempat ditutup.

-ooo-

Aroma masakan didapur membawa Xiumin dan Chen datang secepat angin ke ruang makan. Keduanya berburu tempat paling nyaman dan strategis untuk mengambil porsi makanan. Sementara Kris dan Suho mengabsen kesepuluh member lainnya. Hanya kurang satu dan menyebabkan ketidaklengkapan acara sarapan mereka. "Mana Kai?"

Mereka yang duduk memanjang dan tangan disedekapkan diatas meja, sama-sama menggeleng dan mengedikkan bahu. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Suho. "Mungkin tidur, Hyung. Semalam dia berbuat onar." Lay berucap serius, karena ia yang paling tahu kejadian konyol beberapa jam lalu. Sepertinya Chanyeol dan Baekhyun pun tidak masalah dengan hal itu, buktinya mereka tetap bersikap sewajarnya. Bercanda tak kenal tempat dan waktu, meski ujungnya mereka juga yang menciptakan tawa dan menghidupkan suasana. "Bukannya dia juga selalu susah bangun?"

Kris menggeleng dua kali, lalu menegok sebentar kearah dapur. "Karena Kyungsoo sudah memasak, Jongin yang akan mencuci piring." Kyungsoo lalu datang membawa nampan-nampan berisi enam mangkok beserta sumpitnya. Hal yang sama dilakukan Tao karena hari ini jadwalnya membantu si koki itu. Lagipula, ia sudah kenyang duluan saat menunggui Kyungsoo memasak tadi. "Tao, hati-hati. Ya! Jalanmu jangan dioleng-olengkan begitu." Kris menghindari tubuh Tao yang melewatinya sembari mengulas cengiran.

"Aku yang akan bangunkan Kai?" Kyungsoo meletakkan mangkok-mangkok itu lalu membaginya kesemua manusia disana. Sungguh, bukannya ia berlagak bagai pengurus panti asuhan, tapi dengan adanya kesebelas member ini, Kyungsoo memang tampak seperti itu. Tao cepat-cepat memegangi pinggang ramping Kyungsoo. "Nanti saja, Hyung. Makanlah." Tao menyodorkan satu mangkok kehadapan Kyungsoo.

"Tapi nanti terburu dingin." Kyungsoo masih bersikukuh.

"Duduk saja, Kyungsoo." Luhan menautkan alisnya, sedikit memaksa Kyungsoo. Karena selama ini, si mungil itu selalu menuruti perkataan Luhan. Pada akhirnya memang benar, Kyungsoo mendudukkan diri dengan canggung. Sambil menatapi seluruh member yang sudah melahap makanannya masing-masing. "Tumben sekali kau memasak ramen?"

"Katanya, ramen kalau dimakan pagi-pagi apalagi dalam kondisi hangat, akan sangat menyehatkan." Kyungsoo mengiyakan pendapat Tao. Yang hari ini menjadi asistennya. Yang hari ini juga mengurangi bahan masakannya karena anak itu berdalih mencicipi tapi menghabiskan.

"Memangnya Tao membantumu apa, Kyung? Aku tidak yakin dia benar-benar memasak, soalnya." Ini kalimat sangsi yang dilontarkan Kris. Memang maksudnya menggoda, tetapi kadar dingin yang ditampilkan si leader itu agak merendahkan.

"Sehun waktu itu juga tidak memasak, sepertinya aku dan Sehun bertugas mengambilkan ini dan itu yang dibutuhkan Kyungsoo Hyung." Sekali lagi, Kyungsoo seperti robot yang terus menyetujui omongan Tao. Baginya bukan masalah, karena dibantu atau tidak hasilnya akan sama.

"Enak saja. Sehun waktu itu bukan sebagai pesuruh, ya. Aku membantu memotong sayuran. Ya, kan, Hyung?"

Sehun menegaskan potensinya, ia tersenyum pada Kyungsoo. "Kalian berdua sama-sama asisten yang hebat, kok." Sahutan pendek itu dicibir Chanyeol. "Karena Kyungsoo selalu memuji semua orang. Memang dasar ekspresinya yang pura-pura polos atau memang seperti itu, sih, Soo?"

Kyungsoo mendelik, "Hah? Apanya?" Lagi-lagi mata bulat itu membola sempurna. Lucu sekali.

"Nah, kan." Chanyeol menyendok kuah ramennya dengan gumaman tak jelas itu. "Kyungsoo memang selalu iya kalau diberikan sesuatu. Tanpa pernah mau tahu apa itu."

Selanjutnya tidak ada yang menanggapi Chanyeol. Ruang makan mereka yang berantakan memang amburadul disana-sini. Belum ada yang membersihkan karena anak-anak EXO ditugaskan untuk melakukan semuanya sendiri. Tak terkecuali mengurus rumah. Meski sesekali ada yang datang kemari, hanya untuk membereskan kapal pecah mereka kalau saja tenaga mereka sudah terkuras habis untuk tampil dipublik. Chanyeol melanjutkan makannya dalam diam.

Lalu Chen menyudahi makannya, ia mendorong mangkok itu kearah Xiumin yang duduk dihadapannya. Si wajah lucu itu mengerutkan dahi, "Kau ingin aku menghabiskan sisa makananmu? Kau tahu aku sedang diet, kan?"

"Umin Hyung dietnya diberhentikan dulu. Kasihan Kyungsoo sudah memasakkan tapi tidak kuhabiskan. Daripada sayang, Umin Hyung saja yang menghabiskannya." Desakan Chen itu membuat Xiumin meneguk ludahnya kasar. Jujur, ia memang masih lapar. Tapi-

"Setelah ini EXO-M kan ada interview dengan saluran radio. Aku tidak mau terlihat berisi, Chen." -Xiumin kukuh pada prinsipnya. Chen pasrah, akhirnya ia menyeruput kuah ramen itu, dan meninggalkan mie-nya disana.

"Ah, Hyung. Padahal kan siaran radio tidak memperlihatkan bobot tubuhmu. Kau tetap kurus, tahu. Sep- Ah, sudahlah. Aku mandi. EXO-M cepat mandi sana, atau paling tidak mengantri dulu."

Peringatan Chen itu membuat kelima member mandarin lainnya segera menuntaskan sarapan mereka. Lalu Kris menyambung, "YoungMin-ssi akan menjemput kita duapuluh lima menit lagi. Pastikan kalian tampil rapi dan jangan norak. Ingat style fashion yang manajer syaratkan? Sederhana tapi elegan. Mewah." Bahkan untuk urusan pakaian pun, agensi mereka menentukan.

Lay, Xiumin, Tao, dan Luhan, selaku member yang tersisa disana hanya mengangguk sekali. Lalu berlalu menghambur keatas tanpa mengucap kata apapun. Mereka segera bersolek untuk mendapat tempat terbaik dilayar tv atau halaman depan tabloid dan majalah. Beberapa menit berselang, kemudian, tanpa menghiraukan member EXO-K yang masih bersantai dan sesekali mengobrol, EXO-M tiba-tiba saja sudah menghilang kelantai bawah demi memenuhi panggilan honor itu.

Selalu begini. Masalah uang, kebersamaan mereka berkurang drastis. Sejak awal debut kerekatan satu sama lain mulai tampak aneh. Meski sejauh ini masih terlihat ramah dan saling mengumbar senyum, oh, siapa yang tahu apa yang ada didalam hati keduabelas member EXO?

Janggal. Agensi mereka mulai menekan dan menekan, tidak ada kelonggaran, mengendur sedikitpun tidak. Dan tidak ada yang menyadari perubahan setiap member. Dan tidak ada yang menyadari akibat dari paksaan terus-menerus ini. Kesehatan dan lembar uang, tidak sinkron.

Tapi publik terlanjur mengenal mereka sebagai EXO yang utuh. EXO yang apaadanya dan benar-benar mencerminkan kesempurnaan. Tanpa tahu apa yang sebenarnya tersembunyi dibalik sebuah sandiwara. Sisi lain yang belum terkuak. Bagian belakang yang menggelapkan. Mereka, bagai menerjunkan diri kejurang asa.

EXO. Mereka adalah EXO yang dipuji berkat ketampanan, pribadi dan talenta yang menunjang masing-masing individu. Bersama agensi bejat yang sahamnya membumbung tinggi, kekayaan dimana-mana. Namun, honor para artis tak terpenuhi sesuai dengan apa yang mereka pertaruhkan.

-ooo-

Sore hari, EXO-M baru pulang. Xiumin sudah merebahkan diri dikarpet, Tao mengambil cemilan didapur dan memakannya bersama Kris. Lalu ada Chen yang segera naik ke lantai dua, ia ingin tidur sebentar. Sedangkan Luhan memilih untuk menyalakan TV, mencari-cari chanel yang mungkin membahas tentang EXO.

"Heran sekali, tadi bukannya aku membawa ponsel, ya?" Lay kebingungan sendiri sambil menggaruk tengkuk dan kepalanya bergantian. Ia hanya belum menyadari tatapan nyalang dari rekan sejawatnya yang ada diruangan itu. "Kau tahu dimana?"

"Apanya yang dimana? Gege lupa kalau ponsel kita disita? Tsk, gege mulai pikun diusia semuda ini, benar-benar tidak masuk akal." Tao menimpali sambil terkekeh riang. Sementara Lay mulai kelabakan sendiri, ia menepuk jidatnya berkali-kali. "Gege butuh menghubungi siapa?"

"Bukan, bukan. Aku hanya harus mengecek sesuatu. Semacam daftar rutin." Lalu Lay berlari dan menimbulkan derap terburu dianak tangga. Ia menyusul Chen sekaligus menyelesaikan kebingungannya. Lay bahkan tidak menjawab dengan benar pertanyaan Tao barusan, juga Kris yang ingin bertanya daftar-apa, Lay malah belum sempat mendengarnya. "Lay selalu berantakan dengan dirinya sendiri." Argumen Kris itu disetujui lainnya.

Xiumin hanya kembali menoleh pada teman-temannya yang terisisa. "Lihat, kan, seberapa kita membutuhkan ponsel? Sialan, kenapa berhubungan dengan orang-orang pun, agensi kita berhak membatasinya?"

Luhan mendengus, "Jangan bahas itu lagi, Xiumin." Kepalanya mendongak, memperhatikan langkah Sehun yang menuruni tangga. Sehun menjadi pengganti Lay yang tiba-tiba menghilang, si maknae kemudian bergabung disana dan meringkuk didekat Luhan. "Ah, Sehun-ah. Apa yang kau lakukan?"

"Apa yang aku lakukan?" Sehun mengulang dengan wajah pongah, mengedip sebentar baru tersenyum penuh muslihat. Berapa pasang mata mengamati interaksi mereka berdua. "Gege," Dia juga mulai merajuk.

"Sehun ada maunya, Luhan." Xiumin cepat menyambar.

Sehun beralih pada Xiumin, ia mencebik sebentar lalu berpindah lagi menatap intens pada Luhan.

"Sepertinya memang begitu." Sehun memperhatikan Luhan terus meneguk air dinginnya, tidak sabaran. "Ada apa?"

"Pasti bubble tea."  Tao menebak asal, bahkan Sehun tidak jadi bicara karena Tao menyerobotnya lebih dulu.

Kris memindahkan toples cemilan yang ada dipangkuannya. Bukan Kris mendadak rakus, tapi perutnya memang berbunyi sejak tadi. Hal yang sama pasti terjadi pada Tao juga, karena anak itu yang menghabiskan separuh isi toplesnya. Maka, saat Kris mendengar bubble tea dari mulut Tao, ia tertarik. "Kau mau membelinya, Sehun? Belikan juga yang lainnya, ya."

"Ada dikedai yang baru buka kemarin, yang kita lihat bebarengan itu, Sehun." Tao menambahkan dengan antusias diatas rata-rata. Semakin membuat Sehun jengkel, karena maksud utamanya belum juga diucapkan berkat ulah Kris dan Tao. "Lu ge, Sehun pasti ingin meminjam uangmu."

Si mata rusa itu berbinar, "Ah benar. Bahkan sudah lama aku tidak mencicipi bubble tea rasa Taro. Ah, aku merindukan sensasinya. Yaampun, memang berapa lama aku tidak meminumnya, ya?" Nah, giliran Luhan yang termakan asumsi tak jelas itu.

"Gege, bukan itu yang aku mau!"

Teriakan Sehun mengalihkan sejenak imajinasi ketiganya. Xiumin segera mendekatkan diri kearah teman-temannya yang ada disofa. Ia serius menanti apa yang akan dikatakan Sehun. Penasaran juga karena tidak biasanya wajah si maknae sekusut itu.

"Eh?"

"Aku bosaaan. Aku ingin pulang, ge. Tidak betah kalau tidak ada ponsel, tidak ada hiburan, aku rindu orangtuaku. Hiks." Satu senggukan itu lolos begitu saja, ia juga menyeka airmatanya. Dan Luhan menyediakan bahu agar disandari kepala Sehun. "Kenapa jadi seperti ini? Aku muak, ge."

Luhan meladeni Sehun yang berceloteh sengau itu. Turut mengundang keibaan dari ketiga manusia lainnya. Mereka memaklumi karena Sehun masih semuda ini, dia berhak labil. Dan hanya pada Luhan, Sehun bisa berkeluh-kesah sekaligus bercerita banyak hal. Karena hanya Luhan yang mau mendengarkannya. Senantiasa ada didekatnya disaat yang tepat.

"Ssh..kau tidak boleh bersikap egois, Sehun." Luhan mulai mengeluarkan jurus efektifnya. Ia mengelus punggung Sehun, berusaha menenangkannya. "Kami juga merasakan hal yang sama."

Kris berdeham, kali ini ia memajukan diri, mengapit Sehun diantara dirinya dan Luhan. Sementara Tao berpindah tempat didekat Xiumin, agar lebih jelas mengamati dari arah depan. Mereka tak henti memberikan tatapan penyemangat, meski yang mereka alami tak jauh berbeda dengan Sehun. Ah, ini memang kesalahan.

"Kau mau melakukan apa, Sehun?" Ucapan Kris itu diselingi tangannya yang mengacak surai lebat Sehun.

"Aku mau pulaaaang, Kris ge." Sehun memanjangkan suaranya, semua yang ada disana tahu seberapa frustasi raut itu. Padahal, sepagian tadi, si maknae inj makan dengan lahap dan tanoa hambatan. Pasti selama latihan bersama member EXO-K, Sehun sedang tidak fokus. "Aku lelah."

"Bukan hanya dirimu, Sehun," sambung Kris lagi, Sehun berbalik.

"Maksud gege, kita harus bertahan? Membohongi publik seolah kita baik-baik saja? Tidak, ge, tidak," Sehun merunduk semakin dalam pada ceruk leher Luhan.

"Sehun, kita bertahan bersama-sama, ya. Berduabelas. Tidak akan ada yang terpisah, karena kita bersatu," Tao menyumbangkan kalimat bijaknya, sedetik melirik Xiumin guna mendapat respon positif.

"Kalian janji? Mmh, maksudku, memang masalahnya tidak serumit ini, hanya aku yang kekanakan. Jadi, aku tahu aku menyusah-"

"Ssh..tidak, Sehun, kau tidak menyusahkan. Semua orang berhak merasakan titik jenuhnya, dan baru saja kau mengalaminya. Rasanya benar-benar menyebalkan. Aku pernah," Luhan tak ragu membeberkan pengalamannya. "Waktu itu, aku dalam mode stuck yang kelewatan. Aku tidak tahu bagaimana cara melaluinya. Semua ruang kebebasan kita dibatasi. Tapi aku sadar aku tidak sendiri. Saat melihat member lain bisa sebaik itu menyimpan luka didepan para fans, aku jadi tergerak untuk melakukan yang sama. Termasuk hanya dengan melihat member lain tersenyum, aku merasa utuh. Senyummu juga, Sehun." Pribadi hangat seorang Luhan mulai menampakkan diri.

Sehun lamat-lamat mencerna dengan seksama. Ia kemudian memandangi satu persatu wajah diruangan itu. "Apa kita bisa bertahan? Sampai kapan? Apa kalian bisa menemani satu sama lain sampai waktu yang begitu lama, atau mungkin tanpa batasan?" Bukannya Sehun sedang menyangsikan sebuah kesungguhan.

Xiumin memgangguk, ragu. "Aku rasa, ya." Lalu ia meraih tangan Sehun yang ada dipaha Luhan. "Dengar, kita bersama-sama disini. Semua orang, bukan hanya kita, juga memiliki luka. Tidak perlu kau melihat jauh kearah sana. Cukup melihat kearah mereka, member kita. Betapa mereka pandai menyembunyikan mimik kelelahan dan rasa tertekan itu. Senyum, hanya tersenyum, Sehun." Perlahan ia melepaskan pegangannya ditangan Sehun, membiarkan tangan itu terjatuh gamang diatas meja.

"Kau pasti kuat, kita juga kuat. Berjuang sebagai EXO, adalah yang terbaik. Jangan pikirkan masa depan dulu, oke?" Tao menambahkan. Senyum pahitnya terhapus dan berganti serian wajahnya yang menyilaukan. "Ya, kan, Kris ge?"

Kris menganggukan kepalanya, lalu menoleh pada Luhan. "Lu, sana, kau bilang ingin membeli bubble tea. Beli duabelas, ya." Luhan merenggangkan pelukannya, membuat Sehun akhirnya menyandarkan diri disofa.

Sehun tahu Kris berusaha mengalihkan pembicaraan, "Aku paham." Tanpa diminta Sehun menunjukkan dirinya yang agak membaik berkat masukan dari gege-gegenya. "Tapi, ada satu yang mengganjal pikiranku, ge,"

"Apa itu, Sehun? Katakan saja," Luhan memberikan kenyamanan lagi dengan sebuah keterbukaan. Sehun terdiam beberapa saat, ia mengedarkan pandangannya lagi, dan terhenti pada mata Luhan.

"YoungMin-ssi tadi siang kemari, menyuruh kita untuk mempatenkan kontrak kerja. Kita terikat, ge."

Dan terkutuklah kau, YoungMin. Tidak terkecuali, mereka memendam amarah yang sulit diungkapkan oleh kata-kata. Berat, ini terlalu berat untuk menjadi beban yang wajib dipanggul kesemuanya.

-ooo-

YAYAYA!

 Setiap kali liat EXO manggung, bawaannya pengen nulis fic ini u,u ide-idenya bertebaran ngga mau berhenti sebelum disalurkan. Jadi, yeah, hasilnya, seperti yang diatas.

Bagaimana? Minta pendapatnya, dongg, ya hehe~

Nah, sekali lagi author pertegas, sebelum bash-bash melayang tak karuan. Author hanya ingin membuat cerita yang berbeda dengan member lengkap EXO. Dari sisi gelapnya SMENT dan manajer dan bla-bla-bla. Nantinya juga ada hubungan buruk para member yang memang tidak disesuaikan dengan kenyataan. Ini FIKTIF, ya. Jadi, author sama sekali ngga ada niat buat menjelek2kan nama agensi dan artisnya.

Oke, di Chapter pertama ini, konfliknya samar. Karakter setiap member juga akan berubah seiring berjalannya waktu. Jadi, untuk awalan, masih author sesuaikan dengan keadaan asli, yah. Maafkan tentang typos, maafkan tentang ketidakjelasan maksud cerita dan mungkin makna yang belum tersampaikan.

Ugh, semoga memuaskan.

Please, Review, yaaa :) 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Love_Rush
#1
Chapter 1: Can't wait for the update! Looks fun to read.