Sprint

Description

Saatnya menentukan takdir.

Foreword

Yunho mengikat tali sepatu lambat-lambat. Di luar masih gelap. Tidak sampai jam 5 pagi. Suasana hatinya sedang tidak bagus. Dia hanya mengenakan kaus dalam putih dan hoodie tanpa lengan hitam dengan celana pendek tepat dibawah garis lutut. Seolah sudah kebal dengan udara dingin dini hari. Ya dia sudah mulai terbiasa. Sudah beberapa hari ini perasaan hatinya terasa keruh. Mungkin karena zaman sekarang semakin sulit untuk menyambung hidup. Manusia berubah. Ketulusan mulai bergeser menjadi dongeng. Selalu ada syarat untuk suatu kondisi. Status hanyalah sebagai perangkat.
Umurnya tahun ini 29 tahun. Selama itu bertahan hidup sampai sekarang. Dia terkesima.

 

Matanya memandang nyalang pemandangan dini hari dari balik jendela beranda. Dunia terlihat seperti sebuah sistem yang menjaga makhluk hidup tetap bernapas. Jalanan adalah pembuluh darah yang mengangkut nutrisi dalam sistem. Mobil-mobil seperti sel-sel darah merah. Bis dan truk adalah sel darah putihnya. Sedangkan sepeda motor berperan sebagai trombosit menyelinap diantara sel-sel yang lebih besar. Semua bekerja sama menyalurkan dan menyuplai nutrisi untuk sistem dan membuang zat sisa. Begitu seterusnya. Tidak ada kata mati untuk sistem ini. Kecuali tiba-tiba ada sebuah bom atom jatuh dari langit suatu hari. Yunho menarik napas. Membuka pintu depan, memutar tombol kunci kemudian mulai berlari menuruni tangga, menembus kabut. Dadanya naik turun menyuplai oksigen kedalam paru-parunya. Keringatnya mulai membasahi tubuh. Membuat udara pagi terasa semakin intim membelai kulitnya. Tubuhnya terasa melayang. Menghilang terbawa angin seiring kecepatan kakinya berlari. Dia ingin berbaur dengan angin lebih jauh lagi. Pergi sejenak dari semua ini. Dunia. Dia bahkan tidak yakin kalau hidup ini adalah kehidupannya. Mungkin disuatu tempat nanti dia bisa menemukan dunia baru. Dunia apa memang yang ia bicarakan?

Yunho tidak tahu. Dia terjebak dalam dunia yang bahkan tidak diketahuinya. Apakah memang ini tempat yang ia dambakan selama ini?

Tidak, dia memang tidak pernah punya pilihan sejak awal. Dia tinggal di dunia dalam misteri yang tak berkesudahan. Tapi mungkin itulah yang membuatnya dapat bertahan hidup selama ini. Walaupun dia tidak bisa menyebutkan secara jelas apa yang mendorongnya untuk bertahan. Tapi pasti ada sesuatu. Dorongan untuk terus berlari, memacu.

 

Yunho berbelok ke kiri. Menambah kecepatan hampir seperti sprint. Udara berdesing-desing di telinganya. Nyaris terdengar seperti bisikan massa bersamaan. Berbisik tentang penantian. Tentang naasnya  nasib penanti. Bahwa hanya akan ada dua epilog baginya; tenggelam dalam ketidakpastian atau terkatung-katung oleh harapan. Yunho berpikir dalam hati apakah dua hal itu bahkan suatu perbedaan. Tapi bukankah semua orang memang ditakdirkan untuk menjadi penanti?
Ditakdirkan, karena dia berada pada dunia seseorang—atau sesuatu—yang tidak selalu punya pilihan. Menanti sampai pada waktu yang diketahui oleh yang dinanti. Hanya dia—yang dinanti—yang tahu berapa lama lagi dia harus menunggu. Tapi kemudian bukankah baru saja dia menyepakati bahwa takdir semua orang adalah sebagai penanti?
Apakah dengan berhenti menanti dia akan beralih peran menjadi yang dinanti?

Peran yang terasa begitu luhur baginya. Yunho tidak pernah terpikir bahkan hanya untuk membayangkannya saja.

 

Yunho mengurangi kecepatan, berbelok kearah taman. Matahari mulai meninggi memancarkan cahaya hangat pagi hari seolah menghiburnya. Merengkuhnya hangat dengan bisikan bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan. Entah dia harus berterima kasih atau kesal dengan iba matahari yang malah membuatnya terlihat semakin menyedihkan. Mungkin dia harus memandang hal ini dari sudut pandang yang berbeda. Penanti hanya harus menunggu. Sedangkan yang dinanti harus menanggung desakan bahwa seseorang tengah menantinya. Seperti bulan yang tergesa-gesa menuju cakrawala, tempat pertemuannya dengan matahari sebelum harus terbenam dan kembali menanti pertemuan selanjutnya. Yunho mengerjap.
Bukankah itu artinya kemudian bulanlah yang berganti peran menjadi penanti?
Pada akhirnya semua itu hanyalah suatu siklus. Saling menanti satu sama lain. Terlalu manis untuk menjadi nyata. Atau malah terlalu miris untuk kalangan umum karena dengan begitu tidak ada yang tahu sampai kapan mereka harus menunggu—sebagai dua penanti yang masih asing satu sama lain, bergantung pada kesempatan, tidak seperti romansa bulan dan matahari yang telah saling menemukan. Yunho menatap bulan yang tengah bercengkrama kembali dengan matahari. Mengakhiri perannya sebagai penanti. Senangnya punya yang dinanti..

Tidak. Dia tidak bisa cemburu pada romansa alam seperti itu. Itu hanya akan membuatnya lebih menyedihkan..

 

Begitu Yunho melepas pandangan dari langit, seketika itu pula angin berhenti berdesing lantas menyelubunginya. Memperdengarkan semilir sunyi yang menyenangkan seiring dengan langkah kakinya; orang itu yang kini berjalan beberapa meter didepanya. Yunho berhenti melangkah seolah dapat menghentikan waktu dengan ajaib. Berusaha sekuat tenaga mengabadikan momen dengan menghentikan miliknya. Sayangnya milik orang itu masih terus melaju. Ya, setidaknya tidak tereskalasi dengan miliknya.

 

Lelaki semampai itu tengah menatap langit. Memerlihatkan rahang tegas dan leher jenjang yang berakhir pada kerah kaus putih dan jaket hijau tua yang ia kenakan. Daun telinganya memerah diterpa udara dingin pagi. Yunho heran bagaimana bisa pagi menyambut dingin lelaki ini. Mungkin karena pagi senang melihat rona merah yang muncul begitu membelai telinganya. Dia ingin menangkup kedua cupingnya lalu mendelik kearah angin jahil kiriman pagi kurang kerjaan saat itu juga. Dia terlihat berkilauan seolah membalas sapa matahari pagi. Rambut coklat tua lelaki itu mengeriting oleh keringat dileher dan dahi. Ketidakberaturan yang begitu sempurna. Hangat teradiasi begitu saja darinya bahkan hanya dari selayang pandang. Bentuk bibirnya langsung memberi kesan sekali lihat. Yunho tidak pernah melihat sosok yang dinanti sebegitu jelasnya. Membuat peran penantinya terasa sepantar sekaligus menegaskan betapa luhurnya yang dinanti sebagaimana yang biasa dia bayangkan. Bahkan lebih.

 

Dia ingin tenggelam dalam sedalam dasar biji mata coklat jernih itu. Teduh oleh helaian bulu mata yang memayunginya. Terkesima melihat bagaimana hangat matahari membaur, membelai tulang pipinya tanpa sempat memberi ruang bagi iri. Dia ingin berbagi peran. Memerankan romansa bulan dan matahari dengannya. Menatapnya lekat, meraup banyak-banyak riang yang terpancar dari rekah senyumnya. Mempelajari kekurangan dibalik kesempurnaan yang menggenapinya. Bertengkar karena hal sederhana lalu kembali rukun karena dia yang tengah Yunho hadapi. Menjadikan lelaki itu kelemahan sekaligus kekuatannya. Membangun dunia baru di suatu tempat dimana hanya mereka yang tahu.

 

Lelaki itu berhenti melangkah kemudian tersenyum kearahnya. Seketika itu pula waktu pun terhenti.
Seperti kata matahari, segala sesuatu di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan. Sinonim dan antonim. Kawan dan lawan. Hujan dan tanah. Matahari dan bulan. Penanti dan yang dinanti. Aku dan kamu. Tapi tidak dengan waktu. Karenanya, mereka abadi.

 

Saatnya menentukan takdir.

 

“Pagi.”

 

____________________________________________________________________________________________________________________________________________
 

Special for my sister, the hopeless romantic
fufufu <3

 

Comments

You must be logged in to comment
strawberryvanilla
#1
Ia pun menentukan takdir...
Bukan sekadar tenggelam dalam penantian mau pun terkatung-katung harapan, ia berusaha menemukan rona baru yang berhubungan dengan pencarian makna hidupnya. Tentu rumit ^^
Seperti juga, kemudian hari itu menjadi tidak sama lagi bagi mereka. Bagiku.


p.s:
pesanmu kuterima dengan baik,
sekali lagi terima kasih atas tulisanmu yang indah ini ^^
ini bukan suatu dependensi, melainkan satu yang harus dibagi, kan? <33
QueenB_doll #2
asiik ff homin romantis, tolong update segera ^_^
LMS_239
#3
omg i'm really happy found this >.<
jarang bgt bisa ff indo d aff

can't wait for next chappie >.<
Bachelorette
#4
Can't wait to see what the update will bring for me.