Love Sick

Description

Ketika ketulusan cinta terbuang begitu saja. ketika kesetiaan dan ketulusan tak lagi di hargai. Kim jongin tetap mencintainya..

Dan ketika kematian menaparnya lalu mengembalikan Do Kyungsoo kedunia nyata, semua telah berakhir. Waktu takkan pernah bisa kembali...

Ini hanya sepenggal kalimat tak bermakna,merealisasikan hasrat terdalam yang tak kunjung terwujud. Perlu banyak belajar dan 'nawaitu' yg lebih. Akan sangat membantu kalau kalian bersedia mengkritiknya.

Foreword

Dewi malam bersinar terang,bintang berkerlap-kerlip menghiasi langit di angkasa sana. Dari bumi, langit terlihat begitu indah bagai mencemooh setiap makhluk hidup yang sedang berhati suram. Awal tahun di bulan Januari,suhu udara masih terasa amat menusuk. Salju masih turun di beberapa belahan bagian bumi,masih sangat jauh untuk merasakan sinar hangat sang mentari di musim panas. Semua memilih meringkuk dibalik selimut nan tebal atau sekedar menghangatkan tubuh didekat perapian.

Kim jongin, pemuda tampan nan memesona yang tengah asyik memandangi langit malam bertabur bintang-walau tak seindah langit musim panas. Ia adalah salah satu makhluk yang sedang merasa dicemooh karna hatinya begitu kelabu malam ini. Hampir 45menit ia sibuk memandangi langit. Entah apa yang sedang ia pikirkan,wajahnya nampak seperti bocah berusia 9tahun yang sedang berharap bintang  jatuh lalu memanjatkan doa. Siapa tahu Tuhan benar-benar mengabulkan permohonanya.

“aku merindukan mu.” Ia bergumam, memejamkan kedua matanya yang kelam.

“Bagaimana kabar mu? Apa kau baik-baik saja?” melanjutkan kalimatnya dengan kelopak mata yang masih terpejam. Jantungnya berdetak lemah,sesak,seakan memompa darah dan mengedarkan oksigen  keseluruh tubuh adalah pekerjaan yang sangat sulit. Jemarinya yang panjang dan pucat beralih meremas bagian tubuh paling berpengaruh untuk penyongkong kehidupanya. “ku mohon, bertahanlah untuk beberpa jam kedepan. Hanya sampai pukul 12 malam.” Tanganya semakin meremas dada kirinya,matanya terpejam menahan rasa sakit yang ia dera.

Kim Jongin berdoa hanya untuk malam ini.

Tangan ringkihnya  sudah tak bertenaga berusaha meraih kertas kanvas yang berada tak jauh dari ranjang tidurnya. Melihat hasil goresan tangan yang amat sangat indah,hanya butuh sedikit goresan maka gambar itu telah selesai ia buat. Jongin tak sempat melanjutkan gambar itu karna beberapa hari yang lalu kondisinya melemah. Gerakan tangannya yang mulai tidak beraturan akibat syaraf yang ada di sana sudah tidak mau mengikuti perintah dari otaknya dan lelah hanya untuk sekedar di gerakan, namun ia tetap mencoba.

Satu sentuhan lagi…

Nyeri yang luar biasa mulai mendera organ tubuh yang seharusnya membantu dia untuk bernafas, bukan menyiksanya seperti ini. Pelipisnya sudah banjir oleh keringat,wajahnya pucat pasi,dadanya nyeri dan sesak, seakan oksigen yang ada disekitarnya menghilang.

Pandanganya mulai pudar….

satu goresan terakhir…

 gambar itu terselesaikan. Wajah sakitnya berusaha tersenyum dan menaruhnya dalam dekapan… hatinya berkata “terimakasih Tuhan,semoga ia menyukainya.” Goresan tangan terakhir, sisa tenaga yang ia miliki dan bahkan hembusan nafas terakhirnya mengantar jongin kembali tertidur untuk selama-lamanya.Dewi malam bersinar terang,bintang berkerlap-kerlip menghiasi langit di angkasa sana. Dari bumi, langit terlihat begitu indah bagai mencemooh setiap makhluk hidup yang sedang berhati suram. Awal tahun di bulan Januari,suhu udara masih terasa amat menusuk. Salju masih turun di beberapa belahan bagian bumi,masih sangat jauh untuk merasakan sinar hangat sang mentari di musim panas. Semua memilih meringkuk dibalik selimut nan tebal atau sekedar menghangatkan tubuh didekat perapian.

Kim jongin, pemuda tampan nan memesona yang tengah asyik memandangi langit malam bertabur bintang-walau tak seindah langit musim panas. Ia adalah salah satu makhluk yang sedang merasa dicemooh karna hatinya begitu kelabu malam ini. Hampir 45menit ia sibuk memandangi langit. Entah apa yang sedang ia pikirkan,wajahnya nampak seperti bocah berusia 9tahun yang sedang berharap bintang  jatuh lalu memanjatkan doa. Siapa tahu Tuhan benar-benar mengabulkan permohonanya.

“aku merindukan mu.” Ia bergumam, memejamkan kedua matanya yang kelam.

“Bagaimana kabar mu? Apa kau baik-baik saja?” melanjutkan kalimatnya dengan kelopak mata yang masih terpejam. Jantungnya berdetak lemah,sesak,seakan memompa darah dan mengedarkan oksigen  keseluruh tubuh adalah pekerjaan yang sangat sulit. Jemarinya yang panjang dan pucat beralih meremas bagian tubuh paling berpengaruh untuk penyongkong kehidupanya. “ku mohon, bertahanlah untuk beberpa jam kedepan. Hanya sampai pukul 12 malam.” Tanganya semakin meremas dada kirinya,matanya terpejam menahan rasa sakit yang ia dera.

Kim Jongin berdoa hanya untuk malam ini.

Tangan ringkihnya  sudah tak bertenaga berusaha meraih kertas kanvas yang berada tak jauh dari ranjang tidurnya. Melihat hasil goresan tangan yang amat sangat indah,hanya butuh sedikit goresan maka gambar itu telah selesai ia buat. Jongin tak sempat melanjutkan gambar itu karna beberapa hari yang lalu kondisinya melemah. Gerakan tangannya yang mulai tidak beraturan akibat syaraf yang ada di sana sudah tidak mau mengikuti perintah dari otaknya dan lelah hanya untuk sekedar di gerakan, namun ia tetap mencoba.

Satu sentuhan lagi…

Nyeri yang luar biasa mulai mendera organ tubuh yang seharusnya membantu dia untuk bernafas, bukan menyiksanya seperti ini. Pelipisnya sudah banjir oleh keringat,wajahnya pucat pasi,dadanya nyeri dan sesak, seakan oksigen yang ada disekitarnya menghilang.

Pandanganya mulai pudar….

satu goresan terakhir…

 gambar itu terselesaikan. Wajah sakitnya berusaha tersenyum dan menaruhnya dalam dekapan… hatinya berkata “terimakasih Tuhan,semoga ia menyukainya.” Goresan tangan terakhir, sisa tenaga yang ia miliki dan bahkan hembusan nafas terakhirnya mengantar jongin kembali tertidur untuk selama-lamanya.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet