Chapter 1

Dia-Lo-Gue

“Anna-yah, kau menyukai Kyung Soo-oppa?”

Anna tersenyum malu mendengar pertanyaan yang keluar juga dari mulut Fany-eonni.

“Akhirnya kau menyadarinya juga?” Ia menyenggol tubuh mungil Tiffany yang hanya meringis kesal.

“Dasar evil maknae, sama sekali tak punya rasa hormat sama eonni-nya walaupun umur kami hanya berbeda beberapa bulan…”

Begitulah omelan Tiffany yang selalu dipendam dalam hati setiap Anna membuatnya kesal. Apa boleh buat juga mengomelinya, aegyo anak itu terlalu imut sehingga pasti kita langsung luluh. Lihatlah, kini ia sedang menatap wajah eonni-nya dengan tatapan tanpa dosa.

“Kupikir ia bukan tipemu.” Lanjut Fany asal, hanya agar anak itu menghentikan tatapan tanpa dosa yang sungguh menyebalkan itu.

“Mengapa ia bukan tipeku?” Anna mengeluarkan HP-nya dimana ia menyimpan salah satu foto Kyungsoo. “Lihatlah, ia begitu imut dan matanya sangat bulat. Lucu!”

“Jelas saja mata bentuknya bulat memangnya ada yang kotak hah? Kenapa tidak segitiga saja sekalian!” Kesal Fany.

“Omo, omo!” Ia menepuk-nepuk wajahnya dengan sebelah tangan lalu menatap Fany-eonni.

“Wah, wajahmu merah sekali!” Fany mengeluarkan botol berisikan air dingin. “Ingin kusiramkan ini padamu? Sepertinya kau kepanasan.” Lanjutnya polos.

“Kyaaa!! Jangan ah eonni!”

“Hahaha… Hei, tapi hari ini memang panas sekali. Kau ingin berenang?”

Anna mengangguk, “Ayo kita berenang!”

“CEKRIK!”

Fany menoleh.

“Apa itu?”

“Tidak ada apa-apa, eonni.” Ujar Anna menenangkan. “Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau mudah terkejut seperti ini...”

“Aniya... bukan begitu...” Fany bergumam. “Rasanya aku mendengar sesuatu tadi...”

Sekali lagi Fany memerhatikan sekelilingnya.

“Apakah itu suara kamera?...”

≈≈≈

“Ah, sial… mengapa aku lupa mematikan suaranya?” Orang itu menelusuri file-file di HP-nya dan membuka file foto yang baru diambilnya tadi.

“Oh, cantik sekali.” Ia mendekatkan gambar itu hingga wajah objek yang difoto itu terlihat lebih jelas.

“Ya… Kau sangat-sangatlah cantik… Andai saja aku dapat memilikimu…”

Kepala Tiffany menyembul keluar dari air. Ia mengibaskan rambut hitam pekatnya sebentar lalu duduk di pinggiran kolam seraya memperhatikan Anna yang masih asik menjelma menjadi putri duyung di dalam kolam renang itu. Berenang memang merupakan kegemarannya. Matanya menelusuri bagian lain dari kolam renang itu dan ia melihat beberapa anak lainnya sedang berfoto ria. Tiba-tiba ia teringat kembali kejadian tadi siang. Ia yakin itu adalah suara kamera dan anehnya ia kerap mendengar bunyi itu akhir-akhir ini setiap dirinya bersama Anna. Ia cukup khawatir dengan sahabatnya tersebut, karena itu ia merasa sangat protektif terhadapnya begitu juga dengan Hyoseon, gadis cantik yang merupakan kakak kelas mereka. Anna dan Tiffany sudah bersahabat sejak kecil dengan Hyoseon sehingga mereka menganggap Hyoseon sebagai kakak kandungnya, begitu pula Hyoseon menganggap kedua adiknya yang manis-manis ini.

“Eonni, apakah kau sudah lelah?” Sebuah suara membuyarkan lamunanya.

“Oh, Anna-yah… Ne, aku sudah lelah. Ayo kita berganti baju.”

“Baiklah.” Anna mengangguk setuju lalu mereka pun berganti baju. Setelah itu mereka memutuskan untuk pergi ke rumah Hyoseon setelah Tiffany teringat bahwa mereka sudah lama tak berkunjung ke rumah eonni-nya itu.

“Oh, anyeong Tiffany dan kau juga Anna-yah… Silahkan masuk.” Ucap Hyoseon ceria. Kedua gadis itu pun tersenyum dan melangkah masuk kedalam kediaman Hyoseon.

“Duduklah dulu, kalian ingin minum apa? Jus jeruk? Teh es? Atau air putih saja ya?”

“Hei, eonni-ya, kenapa kau gugup begitu? Biasanya juga jika kami datang kemari kau santai saja.” Anna berucap.

“Benar, ada apa denganmu Hyo?” Tiffany juga bingung dengan gelagat Hyoseon.

“Maaf, aku sedang banyak pikiran akhir-akhir ini.” Hyoseon mengerucutkan bibir mungilnya lalu menduduki sebuah kursi di dapurnya.

“Ya sudah, kalau kalian mau minum ambil sendiri saja ya.” Lanjutnya kemudian.

Anna dan Tiffany tersenyum karena kegiatan wajib yang harus mereka lakukan di apartemen Hyoseon adalah membongkar-bongkar kulkas besar nan mewah miliknya. Biasanya kegiatan tak tahu malu itu berakhir dengan acara masak-masak karena Anna dan Fany menemukan bahan-bahan yang dapat diolah menjadi masakan menggiurkan oleh Hyoseon. Hari ini mereka meminta dimasakin bimbimbap. Hyoseon pun dengan sabar mulai memasak sedangkan anak-anak tak tau diri itu menonton TV.

“Aku harap mereka cepat dewasa.” Gumam Hyoseon seraya memotong-motong bahan yang akan diolah.

"Jika sudah begitu suatu hari aku akan minta dimasakkan sama mereka juga.” Ia lanjut memotong-motong berbagai bahan namun pandangan matanya beralih pada sepucuk surat yang tergeletak diatas meja. Dihelanya nafas sejenak sebelum kembali ia meraih surat itu dan membacanya ulang.

“Sebelum dia dapat memilikinya, kumohon jagakan dia untuknya. Jangan biarkan seorang lelaki lain mendekatinya. Hanya inilah yang dapat kulakukan untuk membantu adikku. Maafkan aku jika ini membuatmu risih Hyoseon-ssi...”

Hyoseon tersenyum kecil. Ia begitu mengenal orang yang mengirim surat tersebut, walaupun ia tidak mengerti maksud yang diutarakan si penulis surat. Terlalu banyak makna tersirat yang digunakannya. Hal itulah yang membuat hati Hyoseon gundah. Kyungsoo tidak berterus terang mengenai perasaannya, apakah ia mencintai gadis yang dimaksud dalam surat tersebut? Lantas mengapa Kyungsoo meminta maaf padanya?

Jika memang begitu, tampaknya cinta kembali bertepuk sebelah tangan bagi hati Hyoseon. Ia kembali memfokuskan diri pada bahan-bahan yang harus segera diolah itu. Namun hati kecilnya masih bergulat dengan perasaannya. Ia menyesal karena selalu menyembunyikan perasaannya, andai saja ia mengakuinya pada saat itu, mungkin saja Kyungsoo sudah menggandeng tangannya saat ini. Bodoh memang, ia merutuki dirinya sendiri. Haruskah ia menyuarakan cintanya? Mungkin dengan begitu lelaki yang ia cintai tak akan berlutut pada adiknya sendiri.

Ia menggigit bibir. Menahan air mata agar tidak menetes membahasi kedua pipi putihnya itu. Berkali-kali ia mencintai, sebanyak itu pula tak terbalas. Ia masih bisa menerimanya selama ini, namun entah mengapa perasaannya pada Kyungsoo begitu kuat. Ia yakin Kyungsoo berbeda. Ia mengira dengan perlakuan Kyungsoo padanya selama ini, cintanya akan terbalaskan. Sayangnya kenyataan berkata lain.

Terkadang Hyoseon kesal sekali. Apa sih yang Kyungsoo lihat dalam diri Park Anna? Apa yang membuat Kyungsoo memilih Anna dibanding dirinya? Kelebihan apa yang dimiliki Anna sehingga membuat Kyungsoo berlutut pada pesona gadis itu? Mengapa lelaki itu tidak memilih dirinya?

Hyoseon menggelengkan kepalanya. Tidak. Ia tidak boleh seperti itu. Anna tidak salah apa-apa. Kyungsoo juga tidak. Semua kesalahan terletak pada dirinya. Karena dialah yang terlalu menutup diri pada Kyungsoo. Ia terlalu malu untuk menunjukkan perasaannya pada setiap detik yang ia lalui bersama Kyungsoo dulu. Ia menyia-nyiakan semuanya. Selalu berpikir untuk menundanya dan melakukannya nanti ketika ia sudah sepenuhnya siap, sayangnya ia tidak tahu bahwa cinta tak selalu bisa menunggu. Apalagi jika cinta menawarkan sesuatu yang lebih dibanding dirinya saat ini. Ya, semua kesalahan memang terletak pada dirinya. Kini, ia hanya bisa mengharapkan segala kebahagiaan untuk Kyungsoo dan Anna kelak.

“Jadi anak-anak, sesuai materi pelajaran kita pada hari ini, songsaenim akan menugaskan kalian untuk membuat sebuah studi wisata secara berkelompok. Satu kelompok akan terdiri atas dua orang.”

Tiffany melirik kearah Anna, mengajaknya berkelompok dengannya melalui gerakan mata. Anna tersenyum, tanda ia menerima ajakan tersebut. Didalam benaknya ia sudah memikirkan berbagai tempat wisata yang dapat mereka kunjungi. Mungkin ia juga bisa mengajak Hyoseon-eonni untuk pergi bersama mereka. Pasti akan menyenangkan sekali.

“Jadi tampaknya kau akan berkelompok dengan Tiffany… lagi.” Ujar Kai, teman sebangku Anna.

“Ya.” Jawab Anna seadaanya tanpa melihat kearah Kai. Ia sibuk merapikan semua bukunya dan memasukannya kedalam tas. Mempersiapkan diri untuk pulang. Kai melirik Sehun yang tengah menatapnya juga. Ia tersenyum masam pada bocah itu. Yah, Kai juga akan berkelompok dengan Sehun, lagi... Kembali ia menatap Anna, berusaha mengajaknya berbicara sebelum ia berdiri dari tempat duduknya dan pulang.

“Kau tahu? Kita sudah seminggu duduk bersama.” Kai membuka suara.

“Lalu?” Anna kembali menjawab dengan lagak tidak peduli. Ia menatap jam tangannya dengan serius. Kelas XII akan pulang 5 menit lagi, ia ingin lewat didepan kelas Kyungsoo pada saat itu. Sekedar melepas kerinduan pada wajah seseorang yang ia cintai.

“Kita hampir belum pernah berbicara hingga sekarang. Terutama kau. Kau tidak pernah mengajakku berbicara duluan, bahkan bertanya padaku saja kau tidak pernah melakukannya. Tidak bisakah kita berteman seperti teman-teman kita yang lain?”

Kali ini Anna mendongak untuk menatap wajah Kai saat menjawab pertanyaannya.

“Aku merasa tidak perlu untuk berbicara ataupun sekedar bertanya padamu.”

Tangan Kai mengepal.

“Mengapa kau menganggapku tidak ada Park Anna?” Ujarnya lemah, nyaris berbisik.

“Baguslah. Aku sedang berbicara pada tembok sekarang ini.” Anna melangkahkan kakinya namun hal itu dicegat Kai. Ia mendapati pergelangan tangannya tengah ditahan lelaki itu.

“Kau ini sebenarnya mau ap…”

“Anna-yah! Ada Kyungsoo sunbae!” Pekik Tiffany, diikuti cengiran dari beberapa teman Anna yang lainnya. Ya, mereka sekelas semua sudah mengetahui perasaan Anna pada kakak kelasnya itu.                         

Anna menolehkan wajahnya yang telah bersemu kemerahan saat menatap tepat kedalam bola mata Kyungsoo. Terlihat pula olehnya pahatan wajah lelaki itu yang sempurna baginya. Bibirnya membentuk sebuah senyum tipis saat ia lewat didepan kelas Anna. Sayang, kejadian itu hanya berlangsung selama beberapa detik. Bayang Kyungsoo sudah berjalan meninggalkan jarak pandang Anna. Gadis itu hanya dapat mendesah, mencoba menata ulang jantungnya yang tengah berdebar kencang.

“Kau tidak akan mendapatkannya, Park Anna… Tidak akan! Aku sendiri yang akan memastikannya.” Hembusan nafas Kai terdengar didekat telinga Anna usai ia membisikan kata-kata itu.

“Kau tahu anak baru yang bernama Kai itu?”

Tiffany menoleh untuk menatap Anna.

“Sepertinya kau akan mengajakku berbicara dengan serius. Ada apa? Apakah sekarang kau juga menyukai Kai? Mau kau kemanakan Kyungsoo-oppa mu itu Anna?”

“Hah! Yang benar saja eonni!” Ujar Anna sebal.

“Hahaha... lalu memangnya kenapa? Tentu saja aku mengetahuinya. Lagian dia bukan tergolong anak baru lagi lho Anna, dia sudah tiga bulan pindah kesini.”

“Hmmm… terserahlah, aku tidak peduli… tapi dia itu menyebalkan sekali ya. Aku selalu kesal saat berhadapan dengannya, dan kau tahu, ia sungguh tidak akan masuk dalam daftar tipe cowok idealku. Lihat saja, kulitnya hitam, hidungnya pesek… Aku jadi malas menatap wajahnya!”

Tiffany tertawa.

“Hei, sebaiknya kau jangan menjelek-jelekkan dia seperti itu.”

“Mengapa? Kau marah ya? Ah, jangan-jangan kau yang menyukainya, ya kan eonni?”

“Sembarangan kau ini! Jadi kamu tidak tahu ya, bahwa Kai adalah adiknya Kyungsoo?”

“Dia apa?!”

“Ya, Kai itu adiknya Kyungsoo.”

“Sungguhkah? Lantas mengapa marga mereka berbeda? Mereka juga tidak mirip sama sekali.” Anna kebingungan saat menghadapi fakta tersebut.

“Kai bukan adik kandungnya. Ia diadopsi oleh keluarga Kyungsoo sekitar lima tahun yang lalu.”

“Ah... jadi begitu ya... ngomong-ngomong, dari mana kau tahu semua ini eonni?”

Tiffany tersenyum

“Dari Kai lah, tentu saja. Ia menceritakan semuanya padaku. Tidak lihatkah kau bahwa kami cukup akrab? Dan juga Anna-yah, aku mendengar perdebatan kecil kalian tadi. Kai benar, kau seperti menganggapnya tidak ada. Mengapa kau seperti itu? Aku yakin Kyungsoo tidak akan senang jika calon kekasihnya menganggap adiknya seperti itu.”

Anna tertegun.

“Oh sial... hal itu tidak terpkirkan olehku. Kau betul eonni, bagaimana jika Kai menceritakan hal itu pada Kyungsoo? Pasti Kyungsoo-oppa akan sangat membenciku. Oh tidak, aku harus memperbaiki semua ini.”

-To Be Continued-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet