Happy Anniversary!

Happy Anniversary!

Namjoo gerah melihat Sanghyuk yang dari tadi keluar masuk kelasnya ketika jam istirahat. Anak laki-laki itu mondar-mandir di depan Namjoo tanpa mempedulikan gadis itu. Ia terlihat sangat sibuk dengan kertas-kertas di tangannya sampai-sampai tidak menyadari kalau Namjoo menatapnya kesal.

Padahal Sanghyuk belum sembuh dari sakitnya. Dua hari yang lalu ia pingsan di kelas dan membuatnya harus tidak masuk sekolah keesokan harinya. Hari ini ia memaksakan diri untuk masuk karena ada banyak kertas-kertas yang diurusnya mengingat ia adalah ketua klub dance di sekolahnya.  Dan sebentar lagi ada banyak perlombaan yang akan diikuti oleh klubnya.

Namjoo awalnya melarangnya masuk karena kondisinya yang belum bisa dikatakan baik. Tapi bukan Sanghyuk namanya kalau ia tidak keras kepala.

Jam istirahat akhirnya selesai. Sanghyuk masuk ke dalam kelas dengan wajah pucatnya. Ia melihat Namjoo yang tidak menghiraukan kehadirannya. Gadis itu sepertinya sengaja melakukannya.

“Namjoo. Kau marah?” Sanghyuk bertanya pelan ketika ia sudah duduk di kursi sebelah Namjoo. Gadis itu menggeleng tanpa menatapnya. “Baguslah,” kata Sanghyuk sambil menaruh kepalanya di atas meja.

Astaga. Apa Sanghyuk benar-benar tidak peka? Masa ia tidak mengerti juga kalau Namjoo sedang marah padanya?

“Kepalaku sakit,” gumam Sanghyuk pelan berharap Namjoo akan mengalihkan perhatiannya dari buku yang sedang dibacanya.

“Aku pikir kau sudah sehat.” Matanya masih tertuju pada buku di tangannya. Sanghyuk terkejut mendengar perkataan Namjoo. Namjoo marah padanya?

“Namjoo, kau marah? Aku salah apa?” Sanghyuk melepaskan buku dari tangan Namjoo dan kemudian menggenggam tangan gadis itu.

“Menurutmu?” Namjoo menatap Sanghyuk jengkel. Ia benar-benar kesal dengan ketidakpekaan Sanghyuk.

Sanghyuk mengerutkan alisnya. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya sampai membuat Namjoo marah. Rasanya ia tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Namjoo semakin kesal melihat Sanghyuk yang malah menatapnya bingung. “Ah sudahlah. Urus saja kertas-kertas milikmu itu!” Namjoo melepaskan genggaman Sanghyuk dari tangannya dan kembali membaca bukunya.

Kepala Sanghyuk masih pusing dan Namjoo menambah sakit di kepalanya. Ia menghela napas berat lalu kembali menuju bangkunya.

Bangku mereka bersebrangan. Sanghyuk masih dapat melihat guratan kesal di wajah kekasihnya itu.

“Aku minta maaf. Jangan marah, ya?” katanya lemas. Urusan klub dancenya saja belum selesai dan sekarang ia harus mendapat masalah lagi.

Sebenarnya Namjoo bukan kesal karena Sanghyuk yang bolak-balik keluar masuk kelas. Bukan juga  dengan kesibukannya terhadap klub dancenya. Tetapi, Namjoo marah pada Sanghyuk karena anak laki-laki itu tidak ingat kalau hari ini adalah tepat satu tahun mereka berpacaran.

Dari semalam sebenarnya Namjoo sudah memberi Sanghyuk kode-kode bahwa besok adalah hari jadi mereka. Tapi entah kepalanya yang masih pusing atau terlalu sibuk dengan urusan klubnya itu, Sanghyuk tidak menyadarinya.

Namjoo marah karena Sanghyuk rela-rela masuk sekolah hanya demi mengurus klubnya tetapi ia lupa dengan dirinya. Mungkin Namjoo berlebihan, tapi tetap saja ia kesal.

Tidak apa-apa kalau mereka tidak merayakan hari jadi mereka ini karena Sanghyuk sakit, Namjoo maklum. Tetapi apa ini? Sanghyuk bisa mengurus urusannya klubnya tapi tidak dengan hari jadi mereka.

 

***

 

Namjoo terus bersikap cuek pada Sanghyuk sampai kelas berakhir. Ia tahu kalau anak laki-laki itu sedari tadi curi-curi pandang ke arahnya. Namun, Namjoo tidak mempedulikannya. Ia menghindari Sanghyuk setiap anak laki-laki itu menghampirinya.

Sekarang sudah jam tujuh malam. Ada kelas tambahan yang membuat mereka harus pulang malam.

“Lebih baik kau izin saja. Tubuhmu makin panas tahu!” Suara Jimin membuat perhatian Namjoo dari soal yang sedang dikerjakannya teralihkan.

“Satu jam lagi. Tanggung kalau aku izin sekarang.” Kali ini suara Sanghyuk. Namjoo rasanya ingin menoleh tetapi ia gengsi.

“Kau sudah minum obat belum? Aku belikan makanan ya.” Namjoo dapat melihat Sungjae berjongkok di samping meja Sanghyuk dari sudut matanya.

“Tidak usah. Aku mual.”

Namjoo menjadi khawatir ketika mendengar Sanghyuk bicara. Kenapa ia egois seperti ini? Harusnya ia bisa memahami kondisi Sanghyuk.

Bukannya menghampiri Sanghyuk untuk menanyakan keadaan anak laki-laki itu, Namjoo malah kembali memfokuskan pikirannya kepada soal matematika di hadapannya.

 

***

 

Satu jam rasanya seperti satu tahun bagi Namjoo. Akhirnya kelas selesai juga. Ia menoleh ke belakang kelas pura-pura melihat jam di dinding belakang, padahal ia ingin melihat keadaan Sanghyuk.

“Hari ini aku dijemput kakakku. Lebih baik kau pulang denganku saja.” Jimin menawarkan tumpangan pada Sanghyuk. Tapi, Sanghyuk menolaknya.

“Tidak usah. Aku akan pulang dengan Namjoo.” Namjoo tersentak mendengarnya. Sanghyuk ingin mereka pulang bersama? Tiba-tiba Namjoo menjadi gugup.

“Dia mengajakmu pulang bersama. Mungkin dia sudah mengingatnya. Aku duluan ya.” Seolhyun berbisik padanya dan kemudian berjalan meninggalkannya yang masih mematung.

Namjoo baru ingin bangkit dari bangkunya tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Bisa gadis itu rasakan panasnya tangan yang menggenggam tangannya. Ia tahu kalau seseorang ini adalah Sanghyuk.

Mereka terus berjalan dengan posisi seperti itu. Sampai akhirnya Sanghyuk menghentikan langkahnya tepat di halte.

Ia membalikan badannya menghadap Namjoo. Manik matanya menatap milik Namjoo. Begitu dalam sampai-sampai Namjoo tidak bisa mengalihkan pandangannya.

“Aku minta maaf.” Namjoo tetap diam. “Aku minta maaf karena lupa dengan hari jadi kita. Aku tidak bermaksud untuk melupakan hari penting ini. Ada banyak hal yang mengganggu pikiranku. Aku.. Aku minta maaf.”

Melihat wajah pucat dan mata sayu Sanghyuk membuat Namjoo merasa bersalah. Ia sungguh egois. Namjoo ingin mengatakan sesuatu, tetapi bibirnya seperti terkunci.

“Maaf tidak bisa mempersembahkan apa-apa. Maaf tidak bisa menjadi kekasih yang baik. Dan maaf karena aku membuatmu..” belum selesai perkataan Sanghyuk. Tiba-tiba sesuatu mengunci bibirnya.

Namjoo mencium bibir Sanghyuk!

Hanya sekedar ciuman singkat. Tapi itu berhasil membuat Sanghyuk terkejut bukan main.

“Aku juga minta maaf. Maaf karena bertindak egois.”

Senyum tipis mengembang di wajah Sanghyuk. “Harusnya aku yang menciummu lebih dulu!” Namjoo tertawa kecil.

Manik mereka bertemu. Tidak ada yang bicara. Keduanya menikmati keheningan di antara mereka.

Sanghyuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Namjoo. Gadis itu pikir ia akan menciumnya lagi. Ternyata tidak.

“Terima kasih karena telah memberi ciuman pertama di hari jadi kita.” Suara Sanghyuk terdengar lembut. Pipi Namjoo bersemu ketika ia mendengarnya.

Anak laki-laki itu lalu menarik Namjoo ke pelukannya membuat Namjoo terkejut.

“Terima kasih karena terus bersamaku sampai hari ini. Aku mencintaimu, Namjoo. Jangan seperti tadi lagi, oke? Aku tidak ingin kehilanganmu.”

“Ya. Aku juga.” Sanghyuk lega mendengarnya.

Mereka berdua berpegangan tangan selama perjalanan menuju rumah Namjoo. Walaupun sudah berkali-kali seperti ini tapi bagi mereka rasanya seperti pertama kali.

Namjoo sudah melarang Sanghyuk mengantarnya, anak laki-laki itu masih sakit. Ia bisa pulang sendiri, tapi Sanghyuk tetap memaksa untuk mengantarnya pulang. Akhirnya Namjoo menyerah.

“Setelah kau sampai rumah jangan lupa mengabariku. Jangan lupa makan lalu minum obat. Langsung tidur, oke? Kalau masih pusing besok tidak usah masuk. Aku akan ke rumahmu habis pulang sekolah besok,” ujar Namjoo sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi Sanghyuk.

“Aku mengerti, cerewet.” Sanghyuk menyukai Namjoo yang perhatian seperti ini.

“Yasudah, aku masuk dulu.”

Baru saja Namjoo ingin membuka pagar rumahnya. Suara Sanghyuk menghentikan pergerakannya.

“Namjoo.”

Namjoo berbalik dan tawa keluar dari bibir tipisnya.

“Happy Anniversary!” Sanghyuk membuat tanda hati menggunakan kedua tangannya. Namjoo merasa itu sangat lucu karena Sanghyuk bukanlah orang yang romantis.

Sanghyuk kemudian melambaikan tangannya dan berjalan pulang. Namjoo membalas lambaian tangan anak laki-laki itu dengan mata berair.

Gadis itu akhirnya menyadari kalau merayakan hari jadi tidaklah penting. Yang terpenting adalah terus bersama sampai akhir.

 

“Terima kasih, Sanghyuk.”

 

 

 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Papipong #1
Chapter 1: Waaaa daebak thor!
Sering2 bikin cast Namjoo yaa~fighting!
ShortLee
#2
Chapter 1: finally happy ending!! ㅋㅋㅋㅋ suka banget loooh, ngedescribe namjoo sama sanghyuk banget soalnya hehehe
chanyeolove
#3
Chapter 1: yyes! aku juga percaya kalo sanghyuk sama sekali bukan orang romantis... haha
so sweet bgt author ff nya... suka bgt couple mereka yaampun
dsytw09 #4
Chapter 1: cute~ waktu bagian namjoo cium sanghyuk................... kiss is a way to stop his ravings ㅋ 95gangs jd cameo haha :D
Oiya itu harus nya mungkin namjoo tidak menghiraukan sanghyuk. Kurang kata "tidak" ._.