Meet Again...

LOVE IS IN THE AIR

Dua minggu berlalu sejak pertemuan Hana dan Yunho. Saat ini Hana mendapat tugas untuk ke Jepang. Perjalanan yang dekat. Setelah ini dia dapat day off tiga hari yang akan dihabiskannya bersama keluarga sepupunya di Jepang ini, menghadiri pernikahan kakak sepupunya yang seorang model Jepang.

Hana berdiri dengan tenang menyambut para penumppang yang mulai memasuki pesawat. Menemukan dua sosok yang dikenalnya Hana tetap tersenyum ramah seperti biasa.

Yunho dan Changmin tersenyum melihat Hana, tapi mereka juga bersikap biasa karena mereka tahu Hana tak akan suka kalau mereka bersikap akrab, bukannya Hana sombong, hanya saja Yunho dan Changmin tahu persis Hana tak ingin ada masalah dengan kecemburuan.

Penerbangan ke Jepang terhitung pendek karena jaraknya dengan Seoul tidak telalu jauh. Sesampainya di bandara tentu saja Hana tak sempat bicara dengan Yunho dan Changmin, karena kedua artis itu sepertinya mengejar waktu untuk schedule mereka, sementara Hana juga masih harus menyelesaikan tugas laporannya hari ini dulu sebelum akhirnya dia akan ke rumah sepupunya untuk ikut mempersiapkan pernikahan sepupunya itu besok.

***

Hana menemani tantenya, istri dari adik laki-laki ibunya memastikan kesiapan gedung yang akan dipakai untuk resepsi besok. Yang Hana tahu adik sepupunya itu akan menikah dengan seorang actor dan penyanyi negeri ini yang juga merupakan anak seorang pengusaha sukses dan itu pastinya akan menjadi pernikahan yang cukup mewah, karena pamannya disini juga merupakan pengusaha yang sukses.

Haru, adik sepupu Hana itu usianya sama dengannya dan hubungan mereka memang dekat, tapi sejak keluarga Haru pindah ke Jepang mereka jadi jarang bertemu karena kesibukkan masing-masing. Haru termasuk model terkenal yang sibuk dengan pekerjaanya sejak lulus SMU, sementara Hana sibuk dengan kuliah dan persiapan menjadi flight attendant dan juga terbang ke berbagai tempat, makanya ketika beberapa bulan lalu diberitahu tentang rencana pernikahan Haru, Hana segera mengatur agar dia bisa mengambil cuti saat ini.

Malam harinya Hana tidur di kamar Haru, bersama dua orang sepupu Haru yang lain dari pihak ibunya mereka asyik ngobrol hal-hal ringan sampai akhirnya Haru bertanya apakah Hana ada niat untuk cepat menyusulnya.

“Gimana caranya? Aku kan belum punya kekasih,” ujar Hana.

“Sungguh? Kamu secantik ini masih sendiri? Terlalu memilih ya?” tanya Aiko, sepupu Hana yang usianya masih 22 tahun.

“Memilih kan memang harus, tapi bukan karena terlalu memilih juga sih, aku masih menikmati pekerjaanku, konsentrasiku masih penuh kesana,” ujar Hana, tenang.

“Tapi pasti banyak yang tertarik padamu kan?” tanya Mika, kakak Aiko yang seusia mereka.

“Banyak lagi, apalagi waktu eonni masih jadi model,” ujar Haru.

“Kenapa berhenti jadi model?” tanya Aiko.

“Karena waktu itu hanya mengisi waktu liburan saja, aku lebih tertarik jadi flight attendant atau buka café kalau nanti sudah tak terbang,” ujar Hana, serius.

“Padahal kalau mau diteruskan dan jadi karir pasti bisa, dulu juga banyak tawaran main drama kan,” ujar Haru, mengenang saat SMA mereka dulu, Hana sering bercerita mendapat tawaran main drama, menyanyi dan modeling, dan semua itu ditolaknya.

“Hahaha… biar saja itu jalan untukmu, jalanku ya yang ini,” ujar Hana.

“Balik lagi, kenapa menolak yang tertarik padamu?” tanya Mika.

“Karena aku memang belum tertarik,” ujar Hana.

“Masih memikirkan Hyo Shin oppa?” tanya Haru.

Hana memang pernah menjalin hubungan saat kuliah dulu dengan seorang pemuda yang usianya cukup jauh di atasnya, seorang penyanyi solo Park Hyo Shin, tapi hubungan mereka kandas karena Hyo Shin menduakannya dengan seorang artis lain dan juga pria itu cenderung senang hura-hura dan kehidupan malam, tidak cocok dengan Hana. Mereka hanya berhubungan satu tahun lebih. Alasan Hyo Shin berselingkuh yang membuat Hana geram sekaligus bersyukur dia tahu hal itu lebih cepat dan juga lega karena bisa putus dengan pemuda itu. Alasannya? Karena Hana tidak pernah mau diajak menginap dimanapun, karena Hana tidak mau melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Untuk Hana keseriusan tidak diukur dengan kesediaannya untuk tidur bersama, tapi ada hal yang lebih penting daripada itu.

“Buat apa aku masih memikirkannya, aku bersyukur kok putus dari dia,” ujar Hana.

“Maksudku, eonni masih khawatir kalau para pria yang mengejar eonni itu sama saja seperti dia,” ujar Haru.

“Tidak, aku tahu kok tidak semua pria seperti dia, hanya saja aku memang belum tertarik aja,” ujar Hana, serius tapi tetap dengan nada yang lembut.

Haru akhirnya tidak bertanya lagi dan mereka akhirnya membicarakan hal yang lain. Menggoda Haru misalnya.

Hana senang sekali melihat senyuman bahagia Haru. Dia akan berdoa untuk kebahagiaan sepupunya itu.

***

Resepsi pernikahan tiba. Hana tampil cantik dengan gaun panjang berwarna ungu lembut model kemben tapi bagian atasnya dilapisi kembali dengan bahan brokat yang halus sekali buatanya menutupi dada atas, leher dan lengan atasnya. Kulitnya yang putih nampak berkilau. Rambutnya yang indah dengan high light burgundy diikat sebagian dan sebagiannya dibiarkan tergerai sebatas punggung dengan hiasan rambut sederhana berwarna senada dengana gaunnya. Terlihat sangat cantik dan feminine. Hana berdiri menikmati hidangan berdampingan dengan Hiroshi, kakak Haru dan Aya, tunangannya.

Hiroshi dan Aya kemudian meninggalkannya untuk menemui orang tua Aya. Hana akhirnya bisa menemukan tempat untuk duduk. Duduk tenang menatap ke arah pasangan pengantin yang berbahagia, Hana tak terlalu menyadari saat seseorang melangkah ke arahnya.

“Selamat malam.”

Hana menoleh mendengar sapaan itu dan tertegun melihat siapa yang sudah ada di hadapannya.

“Ah, selamat malam,” ujar Hana yang lalu berdiri anggun.

Hana tidak pendek, tingginya sekitar 167 cm, tapi dibanding pemuda di hadapannya biasanya jaraknya cukup jauh karena pria di hadapannya itu tingginya 185 cm, tetapi sekarang dibantu sepatu ber hak 7 cm membantu memperpendek jarak tinggi mereka.

“Senang bisa bertemu disini, Hana ssi,” ujar Yunho, pria itu.

Hana hanya mengangguk dan tersenyum karena dia tak tahu harus bicara apa.

“Kamu tamu dari pihak siapa?” tanya Yunho.

“Ah, aku kakak sepupu mempelai wanita,” ujar Hana.

“Eh? Kamu sepupu Haru ssi?”

“Benar, anda kerabat Keita?”

“Kami, TVXQ, bersahabat dengan Keita, tapi kali ini hanya aku yang sempat hadir karena yang lain sedang ada schedule termasuk Changmin,” ujar Yunho.

Hana hanya mengangguk tersenyum. Dalam hatinya terasa hangat saat Yunho mengucapkan kami tentang TVXQ, yang menunjukkan bahwa baginya TVXQ tetap ada lima orang, dan yang tiga hanya sedang berjalan-jalan mencari pengalaman baru. Di depan public Yunho dan Changmin tidak pernah membahas tiga rekan mereka yang sekarang ada di grup lain, JYJ, bahkan muncul pendapat bahwa bagi mereka ketiga orang itu sudah tak ada artinya. Ternyata memang dunia entertainment itu keras dan berat, apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang boleh diperlihatkan di depan public bisa berbeda sekali.

Hana sendiri menyayangkan perpisahan grup itu, tapi dia tidak pernah menghujat atau membela satu pihak pun, dia hanya berpikir bahkan keluarga kandungpun kadang bisa berbeda pendapat dan memilih jalan berbeda, apalagi ini 5 oranhg datang dari keluarga berbeda dengan pandangan yang berbeda, sangat wajar kalau kemudian mereka berbeda pendapat dan memilih jalan berbeda. Hana yakin masalahnya tidak sesederhana tentang keserakahan atau rasa pengecut, masalahnya lebih rumit. Hana tak akan pernah berusaha mencari tahu, karena itu adalah masalah pribadi mereka. Yang pasti Hana tau mereka semua berbakat dan wajar kalau mereka bisa seterkenal ini.

Mereka berdua kemudian bercakap ringan seperti layaknya teman yang bertemu. Tanpa sadar Hana mulai bicara dengan bahasa lebih informal meski tetap dengan hormat karena bagaimanapun Yunho lebih tua darinya. Hana mulai menggunakan kata aku lagi dan bukannya saya. Yunho sama sekali tak keberatan. Dia merasa sudah maju satu langkah sekarang, meski dia yakin masih panjang jalannya.

Hana tak sadar saat sang sepupu memperhatikan mereka berdua dan saling berpandangan dengan sang suami dan tersenyum.

***

Hana sudah kembali ke Korea dan harus bertugas lagi. Kali ini dia akan terbang ke Taiwan. Salah satu hal yang membuatnya bercita-cita menjadi flight attendant karena dia bisa pergi ke berbagai tempat di belahan dunia, gratis, malah dibayar.

Hana sedang menyiapkan diri sebelum masuk ke pesawat ketika handphonenya bergetar.

Hana menatap nomor di layar dan agak tertegun. Dia mengenal nomor    itu, karena Hana memang termasuk yang cepat menghafal setelah melihat sesuatu. Hana ragu untuk mengangkat panggilan itu makanya dia membiarkannya. Tetapi kemudian masuk sebuah pesan yang membuatnya tertegun.

“selamat pagi Hana ssi, maaf, bisakah kamu terima teleponku sebentar?”

Hana bingung sekali. Dia dan Heechul, pemilik no telepon itu, tidak pernah bicara seakrab itu. Bahkan belum pernah bicara secara pribadi sama sekali selain saat kejadian dengan BoA dan Tiffany dulu itu. Dia juga bingung bagaimana Heechul bisa mendapatkan nomor pribadinya?

Teleponnya kemudian bergetar lagi. Akhirnya Hana memutuskan untuk berprasangla baik saja dan menerima panggilan itu.

“Yeoboseyo?” ujarnya ragu.

“Yeoboseyo, Hana ssi? Maaf mengganggu,” ujar suara diseberang yang membuat Hana tertegun.

Dia mengenal suara itu dan itu bukan suara Kim Heechul. Hana memutar otaknya, dia ingat sesuatu dan dia harus berhati-hati.

“Kamu bukan Heechul ssi,” ujar Hana, menunjukkan kalau dia mengenal suara ini tapi tidak mau menyebutkan namanya.

Hana ingat dengan berita tentang bagaimana beberapa kali stalker dan sasaeng menyadap atau hacking handset para idol seperti TVXQ dan yang lainnya.

“Kamu benar, maaf, ini nomorku, Heechul hyung memberikan nomorku waktu itu,” ujar Yunho, suara itu.

“Waktu itu kamu sudah tahu?” ujar Hana, yang menggunakan kata informal, sebagai kamuflase sebenarnya dan dia berharap Yunho mengerti bahwa dia tak bermaksud tidak sopan.

“Sudah, tapi aku tak mungkin bilang karena aku khawatir kamu tak percaya,” ujar Yunho.

“Ng…tapi…darimana kamu tahu nomor ini? Ini nomor teman dan kerabat,” ujar Hana.

“Keita.”

“Eeh?” Hana kaget mendengar nama suami adik sepupunya itu.

“Maaf, aku memang menanyakannya, dan tidak mudah baginya buat memberitahukan ini, setelah dia berdiskusi dengan istrinya, mereka memutuskan mereka cukup bisa percaya aku, dan mohon percaya kalau aku tak berniat mengganggumu,” ujar Yunho, tenang.

Hana terdiam. Bukannya dia takut diganggu atau apa, dia hanya tak mau kalau dia harus berurusan dengan para stalker atau apapun itu. Seperti mengerti apa yang dipikirkan Hana, Yunho berujar tenang dan jelas.

“Tenang saja, ini juga nomor pribadiku, bebas hacker,” ujar Yunho.

“Eh? Kok tahu apa yang kupikirkan?” tanya Hana, polos.

“Karena rasanya aku cukup mengerti kamu, setelah aku bicara dengan Keita dan Haru,” ujar Yunho.

“Haru bercerita kalau sebenarnya kamu bisa sepertinya, tetapi kamu tidak terlalu menyukai dunia ini, makanya kamu memutuskan tidak meneruskan jalan yang sama dengan Haru, dan aku yakin kamu juga sedikit banyak tahu bagaimana kehidupan kami dengan stalker dan sebagainya makanya kamu akan khawatir ikut terganggu privacy-mu kan?”

Hana hanya bisa membenarkan karena memang itu yang ada di pikirannya saat ini.

“O ya, kalau boleh tahu kamu sedang apa?”

“Persiapan terbang,” ujar Hana.

“Oh ya? Kemana schedule-mu hari ini?”

“Ke Taipei. Kamu sendiri masih mempersiapkan single baru di sana?” tanya Hana.

“No, hari ini kami ada pemotretan di luar negeri juga,” ujar Yunho.

“Ooh. Selamat bekerja kalau begitu, semoga lancar projectnya,” ujar Hana, tulus.

“Thank you, begitu juga denganmu, semoga selamat sampai tujuan dan kembali kesini dengan selamat juga,” ujar Yunho, juga dengan nada yang tulus.

Hana mengucapkan terima kasih dan mereka mengakhiri pembicaraan. Sebuah pesan kemudian masuk. Hana membacanya dan pipinya memanas.

“Terima kasih sudah tidak memakai kata anda lagi, rasanya kita sudah menjadi teman.”

“Aigoo…kenapa hanya kalimat itu bikin aku tersipu sih?” ujar Hana dalam hatinya.

Tak bisa dipungkiri sejak dia bercakap secara pribadi dengan Yunho saat di Amerika itu dia merasakan hal lain, perasaan hangat yang belum pernah dirasakan sebelumnya bahkan saat dia bersama Hyo Shin. Hana tak menganggap ini sebagai perasaan cinta atau apapun yang mendekati perasaan itu, dia hanya merasa nyaman dan senang mendapatkan teman baru. Ya, hanya itu.

***

“Akhirnya hyung menghubunginya juga?”

“Kamu mengagetkanku Changmin,” ujar Yunho, pada sang member dan yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri itu.

“Ready to move on?”

“Kamu tahu aku sudah siap move on sejak dulu, Min,” ujar Yunho, tenang.

“Aku tahu itu hyung, hanya saja baru kali ini kamu menemukan seseorang yang pantas untukmu move on kan? Aku mendukungmu, dibanding kamu harus dengan para parasit itu,” ujar Changmin.

“Jangan begitu Min, mereka rekan kerja kita lho.” Ujar Yunho.

“Aku tak bilang mereka musuh kita, tapi hyung, kalau memang kamu siap untuk move on, please hyung harus lebih tegas bikin garis batas dengan mereka, bukan berarti memusuhi, tapi jujur saja sampai saat ini hyung belum pernah menarik garis batas yang tegas, itu yang membuat mereka merasa masih ada harapan, atau memang hyung merasa masih bisa memberikan harapan pada mereka?”

“Tidak Min, tidak setelah aku tahu apa yang mereka lakukan dulu untuk menyingkirkan Jae, ah sudahlah aku tak mau membahasnya lagi, kan kamu bilang aku harus move on,’ ujar Yunho.

“Harus!”

Yunho tersenyum melihat sikap sang adik yang sama keras kepalanya itu.

“Oh ya, hari ini kemana jadwal terbangnya?” tanya Changmin, tentu saja ini tentang Hana.

“Taipei.”

“Eeh? Sepertinya takdir cukup memihak padamu kali ini, hyung” ujar Changmin, tersenyum sedikit menyeringai.

Yunho hanya tersenyum dan berdoa semoga benar apa yang dikatakan Changmin, bahwa takdir akan memihak padanya kali ini. Semoga saja.

***

Hana mau tak mau sedikit tertegun saat sekali lagi menemukan Yunho dan Changmin menaiki pesawat. Entah kenapa setelah kejadian ke Amerika itu mereka jadi sering bertemu. Mungkinkah memang takdir sedang memihak pada mereka? 

###

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet