Closer...

LOVE IS IN THE AIR

Tak terasa sudah hampir setengah tahun ini Hana berteman dengan Yunho bahkan juga dengan Changmin dan Heechul. Meski jarang bisa bertemu karena kesibukkan mereka, tapi Hana cukup sering berkomunikasi dengan Yunho lewat telepon, pesan singkat atau kadang skype.

Meski begitu Hana tak berharap banyak dari pertemanan ini, karena toh berteman adalah hak setiap orang siapapun orangnya. Jadi ya Hana hanya berpikir bahwa dia sudah menambah teman saja.

***

Hana sedang bersantai di kamarnya, di apartemen pribadinya yang ditempatinya dengan sang kakak, Jinho.

Saat ini sang kakak sedang menginap di rumah tunangannya, makanya Hana hanya sendiri saja.

Hanya memakai baju rumah yang santai, celana usang sebatas lutut dan kaus kebesaran berwarna biru gelap yang sudah agak tipis dan sangat nyaman dipakai di musim panas seperti ini, Hana menonton acara televisi sambil menikmati cheese cake buatannya sendiri.

Kali ini info tentang dunia entertainment. Di layar sedang muncul konferensi pers tentang drama terbaru TVXQ. Kali ini Yunho dan Changmin bermain di drama yang sama. Mereka akan didampingi dua orang aktris muda sebagai peran pendamping mereka. Salah satu pemeran wanita yang akan menjadi pasangan Yunho di drama, nampak diminta wartawan untuk menggamit mesra lengan Yunho. Wajah cantik itu nampak sumringah. Ketika pewawancara agak menggodanya tentang kemungkinan cinta lokasi, gadis muda itu nampak tersipu, sementara Yunho tersenyum tenang. Changmin hanya tersenyum miring dan pasangan Changmin di drama tersenyum dingin.

Entah mengapa Hana merasa seperti ada yang mencubit hatinya. Seharusnya dia tak merasakan ini. Bukan kali ini saja sebenarnya Yunho digosipkan dekat dengan lawan mainnya, dan rasanya itu hal yang wajar terjadi bila memang itu terjadi, dengan intensitas pertemuan dan tuntutan peran dimana mereka harus membangun chemistry, mungkin saja perasaan lain itu muncul, dan Hana tidak asing dengan hal itu sebenarnya, dan rasanya dia tak harus merasakan perasaan tak nyaman kalaupun Yunho memang menjalin hubungan dengan gadis itu.

“Haah! Aneh sekali sih aku ini! Hati…jangan macam-macam ya!” ujar Hana pada hatinya sendiri. Kalau ada yang melihat tingkahnya kali ini pasti akan tertawa bingung, karena Hana melihat ke arah jantungnya dan mengusap lembut sambil bicara seperti memperingatkan hatinya untuk tidak merasakan hal yang tak perlu dirasakan.

Hana seolah lupa kalau kadang hati sering tak mendengarkan akal bicara. Hati memiliki pemikirannya sendiri.

Acara di tv tentu saja bukan siaran langsung, dan sudah hampir seminggu ini Yunho dan Hana sangat sibuk sehingga bahkan bertukar pesan pun tak sempat. Selain shooting drama, Yunho dan Changmin harus tetap melakukan schedule lain yang membuat mereka harus bolak-balik ke Jepang atau ke negara lain untuk pemotretan. Hana juga mendapatkan tugas terbang ke Eropa yang juga memakan waktu dan tenaga lebih banyak.

Hana tidak mungkin menghubungi Yunho lebih dulu. Selama ini juga selalu Yunho yang menghubunginya lebih dulu, karena Hana merasa schedule Yunho lebih tidak jelas, Hana tak tahu kapan Yunho sedang santai atau sedang sibuk. Mereka hanya berteman, tak mungkin Yunho melaporkan schedulenya pada Hana, begitupun sebaliknya, makanya Hana hanya bersikap menunggu saja.

Ketika Heechul mengutarakan kebingungannya kenapa Hana bersikap seperti itu, gadis itu menjelaskan apa adanya dan Heechul tak bisa berkata apa-apa karena apa yang dikatakan Hana adalah yang sebenarnya.

Hana mematikan televisi dan memilih membuka laptopnya untuk mencari resep-resep yang ingin dicobanya. Tetapi sekali lagi dia harus menghela nafas karena ketika dia iseng membuka beberapa fansite, sekali lagi dia harus membaca gossip itu, dan ada beberapa fansite yang mendukung hubungan Yunho dengan gadis itu karena menurut mereka sang gadis terlihat manis dan pantas berdampingan dengan sang leader.

Hana jadi segan meneruskan kegiatannya dengan laptopnya dan memutuskan untuk memasak apa saja yang ada.

Hana memutuskan membuat spicy tteokboki kesukaannya. Dan dari berita yang dibacanya Yunho juga menyukai makanan ini meskipun sepertinya tidak akan sepedas yang biasa dibuat dan dimakan Hana.

Setelah selesai membuatnya, Hana menikmatinya sendiri sambil menonton DVD, sebuah film Indonesia yang menarik perhatiannya.

Ketika makanannya sudah setengahnya masuk perut, terdengar smartphone-nya berbunyi. Hana meraihnya dan tertegun melihat siapa yang menelepon.

“Yeoboseyo?” ujar Hana, ragu.

“Yeoboseyo, Hana?”

“Ya, ini aku.”

“Apa kabar? Sedang dimana sekarang?” tanya Yunho, sang penelepon.

“Baik, aku sedang di rumah, day off, kamu sedang sibuk ya? Sekarang shooting dimana?” tanya Hana.

“Aku sedang istirahat hari ini, besok ada shooting di Incheon,” ujar Yunho.

“Ooh, gimana dengan Changmin?” tanya Hana.

“Dia hari ini ada shooting di dekat kantor kami,” ujar Yunho.

Hana untuk sesaat diam, karena dia ingat kabar yang dilihatnya tadi di televisi dan internet.

“Hana, apa kamu ada waktu?”

“Eh?”

“Bisakah kita bertemu?”

“Ng…tapi apa tidak apa-apa buatmu,” ujar Hana.

“Maksudmu?”

“Sasaengs and stalkers?”

“Ah…itu bisa diatur, kita bertemu di tempat yang aman,” ujar Yunho, yang lalu menyebutkan tempat yang dianggapnya aman untuk mereka bertemu lalu memberitahukan alamat lengkapnya pada Hana.

Mereka berjanji untuk bertemu untuk secangkir kopi di sore hari itu. Hana tak tahu kenapa dia langsung mengiyakan. Dia hanya mengikuti kata hatinya,

***

Hana masuk ke ruangan itu disambut seorang waitres cantik yang tersenyum ramah.

“Selamat sore, selamat datang, untuk berapa orang?” tanya sang waitres.

“Ah, selamat sore, maaf, saya bermaksud menemui mr. Hong, saya nona Kim,” ujar Hana, sesuai kesepakatan dengan Yunho tadi bahwa dia harus menemui pemilik café ini dulu dan tidak menyebutkan nama aslinya.

“Ah, iya nona, silahkan, Mr. Hong sudah menunggu anda, mari saya antar,” ujar wanita itu.

Mereka lalu naik ke lantai dua. Hana bertemu dulu dengan sang pemilik dan dia lalu diantar ke sebuh ruangan private yang nyaman di lantai dua itu dan ternyata Yunho sudah menunggu disana.

Sang pemilik sendiri yang melayani pesanan mereka, dan setelah pesanan mereka datang keduanya ditinggal untuk bisa bicara tenang.

Keduanya makan dalam diam sampai akhirnya desert datang. Sambil menikmati desert barulah Yunho mulai bicara.

“Bagaimana menurutmu makanan disini?”

“Enak, rasanya bersih dan enak,” ujar Hana, tulus.

“Benar, aku suka rasa ini, juga karena disini aku bisa punya privacy,” ujar Yunho, tertawa ringan.

“Kamu sering kesini?” tanya Hana.

“Cukup sering, sebenarnya ada beberapa tempat yang jadi tempat langgananku, lain kali aku ajak ke tempat yang lain,” ujar Yunho.

Hana hanya tersenyum mengangguk, karena dia tak tahu harus berkata apa. Dari kalimat Yunho dia bisa menangkap bahwa masih ada ‘lain kali’ untuk pertemuan seperti ini, tapi Hana juga tak mau terlalu bermimpi, jadi dia hanya bisa tersenyum.

“Setelah ini, bagaimana kalau kita jalan sebentar, apa kamu ada waktu?” tanya Yunho.

“Mau kemana?”

“Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, bisa?”

“Baiklah, asal jangan terlalu jauh atau terlalu malam ya,” ujar Hana.

“Apa ada jam malam dari kakakmu?” tanya Yunho, yang memang sudah tahu kalau Hana tinggal bersama kakaknya.

“Tidak, kakakku sedang ke rumah tunangannya, hanya saja aku memang tak biasa pulamg terlalu malam kecuali karena jadwal terbang,” jelas Hana.

“Kamu tidak pernah keluar malam, ke club atau apa gitu?”

“Jarang sekali keluar malam selain karena bekerja, aku tak suka, paling menghadiri ulang tahun teman di café atau karaoke misalnya, tapi aku tidak suka ke club atau kehidupan malam, aneh ya?” ujar Hana, tertawa ringan.

Banyak yang heran dengan sikapnya itu, tapi Hana merasa itu haknya, toh dia tidak mengganggu atau menyusahkan siapapun dengan sikap seperti itu.

“Tidak aneh kok, aku malah cukup kagum kamu bisa mempertahankan prinsip seperti itu, pantas saja Keita bilang kamu tidak cocok dengan kehidupan selebriti,” ujar Yunho, entah kenapa nadanya seperti agak kecewa tapi juga lega.

“Kalau tentang kehidupan selebriti bukan karena aku tak suka kehidupan malamnya sih, lebih pada jadwal kerja, privacy, maksudku, aku ini perempuan, satu saat aku pasti ingin menikah dan punya anak, kalau jadi artis dengan jadwal penuh dan kadang kejar-kejaran dari satu schedule ke schedule lain aku tidak yakin bisa membagi konsentrasi antara pekerjaan dan tugasku sebagai istri dan ibu, padahal aku juga tahu kalau aku sudah mengerjakan sesuatu aku bisa lupa yang lain selain pekerjaanku itu, makanya aku memilih mundur dibanding aku terlanjur mencintai pekerjaanku sebagai artis dan harus kebingungan memilih antara kerja dan keluarga, aku memilih pekerjaan yang aku senangi dan cenderung aman secara waktu,” ujar Hana, panjang lebar.

Yunho menyimak dengan seksama ucapan gadis di hadapannya ini. Lalu dengan wajah serius dia bertanya lagi.

“Bukannya jadwal terbang bisa tak tentu juga, maksudku bisa paginya ada di sini, sore kamu ada di Jepang, besoknya ada di Taiwan?”

“Walau kesannya tidak jelas, tapi jadwal terbang kan sudah diatur sedemikian rupa untuk kami, hingga kami ada waktu jeda yang pasti, ada waktu istirahat yang pasti, kami lebih punya privacy dan yang pasti ada saat kami bisa memutuskan untuk berhenti terbang dan hanya bekerja di darat, atau bahkan pensiun cepat, sementara kalau jadi artis selama kita masih punya ambisi dan keinginan kita harus terus bekerja untuk mempertahankan posisi kita kan, itu yang agak sulit bagiku,” ujar Hana, tersenyum.

“Ah, kamu ini wanita pekerja dengan ambisi yang cukup tapi wanita yang terpusat ke rumah sebenarnya, iya kan?”

“Begitulah, aku akan bekerja sampai batas waktu yang aku tentukan sendiri, setelah itu aku ingin berkonsentrasi untuk keluargaku,” ujar Hana.

“Apa kamu punya batasan umur untuk menikah?”

“Tidak, aku akan menikah ketika aku sudah bertemu orang yang tepat dan ketika kami berdua sudah siap, sekalipun hanya berkencan sebentar misalnya kalau merasa sudah siap ya menikah,” ujar Hana.

“Kalau setelah menikah lalu suamimu ingin langsung punya baby, apa kamu siap berhenti bekerja?”

“Kalau berhenti total sepertinya tidak, tapi pasti berhenti terbang, aku tak ingin terlalu tergantung pada suamiku kelak, jadi aku juga harus punya penghasilan sendiri,” ujar Hana.

“Kamu bilang kalau kamu sudah menikah kamu akan berkonsentrasi ke keluarga.”

“Konsentrasi pada keluarga bukan berarti berhenti punya penghasilan kan? Aku hanya akan berhenti bekerja pada pekerjaan yang mungkin menyita waktuku dari keluarga,” terang Hana.

Yunho mengangguk tanda mengerti, sementara Hana agak bingung kenapa mereka jadi membahas masalah itu.

Setelah selesai makan, mereka memutuskan berjalan-jalan. Hana melihat Yunho menyetir mobil biasa yang tidak pernah dimuat di artikel manapun, karena yang Hana tahu Yunho memiliki beberapa mobil mewah dari artikel-artikel itu, tapi kali ini Yunho mengendarai mobil dalam negeri meski tetap dengan kaca gelap menutupi pandangan dari luar. Hana sendiri tak masalah dengan semua ini, dia malah merasa lega, karena merasa cukup aman dengan mobil biasa seperti ini.

Perasaan leganya ternyata tertangkap mata tajam Yunho yang mengendarai mobilnya dengan tenang.

“Kenapa kamu sepertinya merasa lega setelah melihat mobil ini?” tanya Yunho.

“Eh? Ah, karena mobil ini tak ada di artikel manapun yang pernah aku baca tentang kalian, dan ini memungkin kita berjalan agak tenang tanpa khawatir sasaeng fansmu atau paparazzi,” ujar Hana, polos.

Yunho mau tak mau jadi tertawa. Dia jadi yakin Hana memang berbeda dari yang lain, karena ketika dulu dia mengajak kencan beberapa gadis dengan mobil ini mereka selalu bertanya kenapa dia memilih memakai mobil ini, sepertinya mereka berharap Yunho mengajak mereka jalan dengan mobil mewahnya malah untuk membuat paparazzi aware bahwa mereka jadi teman kencan Yunho.

Ternyata Yunho membawanya ke sekitar sungai Han. Ke sebuah spot dimana terlihat pemandangan yang indah dan menenangkan.

Mereka tapi tetap diam di dalam mobil karena malam ini dingin. Sesaat keduanya terdiam, kemudian Yunho akhirnya berdehem untuk memulai bicara.

“Hana, mungkin ini terlalu cepat, dan mungkin aku bukan orang yang pandai mengurai kata, tapi beberapa bulan terakhir ini aku merasa nyaman sekali, sudah lama sekali aku tidak merasakan perasaan nyaman ini, rasa lelah sehabis schedule lenyap saat mendengar suaramu atau bahkan dengan hanya membaca pesan singkatmu,” sesaat Yunho berhenti bicara dan menatap Hana yang masih menatap pemandangan di depannya.

“Singkatnya, aku merasa nyaman bersamamu, maukah kamu mendampingi hari-hariku? Bersediakah kamu menjadi kekasihku, Kim Hana ssi?” tanya Yunho, lembut.

Hana terpaku sejenak. Dia lalu menatap ke arah pemuda di sebelahnya dan menemukan pria tampan itu menatapnya dengan hangat dan cinta.

Hana tak bisa membohongi perasaannya kalau dia juga merasakan hal yang sama saat ini, tapi masih ada yang harus dipastikannya. Bagaimanapun dia tak ingin menemui kegagalan dengan sebab yang sama.

“Aku ingin bertanya sesuatu Yunho ssi, bolehkah?”

“Silahkan, aku akan menjawab semampuku,” ujar Yunho.

“Maaf mungkin pertanyaannya terkesan frontal, tapi ini tetap harus kutanyakan.”

Yunho diam menunggu.

“Apakah make love identik dengan cinta?” tanya Hana, hati-hati.

Yunho agak terpana dengan pertanyaan itu, tapi kemudian dengan kecerdasannya, dia menyambungkan pertanyaan gadis itu dengan pernyataan Hana sebelumnya tadi di tempat makan.

“Menurutku, make love tidak identik dengan cinta, tetapi memang make love bisa mengikat hubungan dan semakin mendekatkan hati pasangan, selama dilakukan atas dasar suka sama suka dan tanpa paksaan, sekalipun itu paksaan halus yang berupa rayuan, itu menurutku,” ujar Yunho, berterus terang dan sangat jujur, karena memang itu pendapat dan prinsipnya.

Yunho memang sudah pernah melakukan hubungan intim dengan beberapa kekasih sebelumnya, tapi dia selalu melakukan atas dasar suka sama suka dan tak pernah sekalipun terbersit keinginan memaksa. Memang ada beberapa gadis di masa lalunya yang merayunya untuk tidur bersama dan ketika dia lebih muda dulu dia hanya akan menerimanya saja, bagaimanapun dia pria muda dengan semangat tinggi dan kadang dia menggunakan hal itu untuk melepaskan penatnya, tetapi dengan bertambahnya usia dia menjadi lebih bijak dan lebih pandai menjaga diri. Sejak berpisah dengan kekasih terakhirnya Yunho tetap bisa menjaga dirinya. Dia memilih memuaskan diri sendiri daripada melakukan one night stand. Memang tidak optimal mungkin, tapi dengan schedule yang padat dan kesibukkannya, Yunho bisa menjaga dirinya dengan lebih baik.

Hana menatap Yunho dan melihat kejujuran disana, dia lalu tersenyum dan mengangguk.

“Terima kasih.”

Sesaat keduanya terdiam lagi.

“Jadi?” tanya Yunho.

“Eh?”

“Tentang pernyataan dan pertanyaanku?”

“Ah…itu…ng…” Hana tergagap dengan wajah memerah. Dia menunduk dan menatap jemarinya sendiri dan terpaku saat tangan besar dengan jari yang indah itu menggenggam kedua tanganya lembut, sementara tangan yang lain mengangkat dagunya juga lembut dan membuat Hana menatapnya.

“Kim Hana ssi, maukah menjadi kekasihku?” ujar Yunho, sekali lagi dengan lembut tapi bernada tegas tanpa keraguan.

Hana tersipu dan hanya bisa menganggukkan kepala kecil. Yunho tersenyum lega dan merengkuh tubuh lebih mungil itu dalam pelukkannya.

“Saranghae, baby,” ujar Yunho.

“Nado, Yunho ssi,” ujar Hana.

Yunho melepaskan pelukkan dan tertawa dengan tangan masih menggenggam tangan Hana.

“Sebaiknya kamu melepas embel-embel ssi mulai sekarang,” ujar Yunho.

“Lalu, aku harus menggunakan honorific apa?” tanya Hana, polos.

“Oppa atau yeobo bagus juga,” ujar Yunho, menggoda.

“Oppa saja deh,” ujar Hana, merinding mendengar kata yeobo yang biasanya digunakan untuk pasangan suami istri dan rasanya masih rikuh saja kalau harus menggunakan kata itu di hari pertama mereka merajut kasih.

“Hahaha…okay, aku bisa terima itu, so baby, aku ingin mendengarmu memanggilku seperti itu,” ujar Yunho.

“Yun oppa,” ujar Hana malu-malu, membuat Yunho tersenyum dan memeluknya gemas.

Gadis ini benar-benar menggemaskan. Dia bisa tampil feminine dan dewasa seperti saat menghadiri pernikahan Keita. Bisa tampil chick dan gesit seperti saat bertugas. Bisa gesit dan lincah seperti saat mereka ke taman bermain di Jepang beberapa bulan lalu. Dan bisa tampak imut dan muda sekali seperti sekarang ini.

Yunho benar-benar yakin dia mencintai gadis ini sepenuh hati dan dia bisa benar-benar bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang sekarang.

Hana sendiri merasa kali ini perasaannya berbeda dengan saat dia bersama HyoSin dulu. Saat ini dia merasa lebih tenang dan mantap. Entah kenapa. Dia hanya akan berusaha menjalani hubungan ini dengan baik. Itu saja.

###

a/n : belum ada konfliknya… nanti ya…

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet