I'm Okay

I'm Okay

Duduk di bangku taman sepertinya sekarang menjadi salah satu hobi Sungjae. Laki-laki 21 tahun itu kini senang sekali duduk di bangku taman dekat dengan  rumahnya. Sejak ia memasuki dunia perkuliahan, dirinya sudah tidak lagi tinggal bersama kedua orang tuanya. Itu karena kedua orang tuanya tinggal di desa. Ketika ia diterima di sebuah kampus ternama di kota ia pun memilih untuk membeli sebuah rumah kecil di sana.

Alasan mengapa dirinya menjadi senang duduk di bangku taman adalah bukan karena ingin menghirup udara segar atau semacamnya. Alasan sesungguhnya adalah karena ia ingin melihat seseorang di sana.

Nama gadis itu adalah Namjoo. Orang yang selalu diperhatikan Sungjae di taman. Gadis itu biasanya duduk di salah satu bangku taman sambil membaca buku atau bermain dengan anak-anak di sana.

Tidak ada yang Sungjae lakukan di sana. Ia hanya duduk dan memerhatikan gadis itu dari jauh. Pengecut memang, mengetahui kalau Sungjae dan Namjoo saling mengenal. Tetapi laki-laki itu tidak mau menyapa terlebih dahulu. Entah karena tidak mau, tidak berani, atau tidak bisa. Sungjae sendiri tidak tahu jawabannya.

Mereka merupakan teman kecil. Keduanya sangat dekat sampai ketika di bangku sekolah menengah pertama, Namjoo menolak pernyataan cinta Sungjae dengan alasan kalau mereka lebih baik berteman.

Hubungan keduanya merenggang dan tiba-tiba Sungjae mendapat kabar bahwa Namjoo akan pindah ke kota. Sungjae berharap kalau Namjoo akan menemuinya sebelum berangkat walau hanya sekedar pamit. Namun harapan laki-laki itu pupus ketika mengetahui Namjoo sudah berangkat.

Gadis itu tidak mengucapkan salam perpisahan padanya.

Tanpa direncanakan ternyata rumah Namjoo dekat dengan tempat tinggalnya sekarang. Sungjae tidak tahu harus merasa senang atau tidak. Karena walaupun rumah mereka dekat, keduanya sudah tidak dekat seperti dulu. Lagipula Namjoo tidak tahu kalau sekarang ia tinggal di dekat rumah gadis itu.

Sungjae merasa lega karena sepertinya Namjoo terlihat baik-baik saja setelah selama tujuh  tahun tidak bertemu. Gadis itu masih sama seperti anak perempuan yang dikenalnya lima belas tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah. Bahkan potongan rambutnya masih sama.

Hampir setiap hari Sungjae selalu duduk di bangku taman ditemani dengan secangkir kopi panas kesukaannya. Walau terkadang Namjoo tidak pergi ke taman. Tetapi setidaknya ia bisa melihat Namjoo yang berjalan pulang ke rumahnya. Gadis itu pasti melewati taman apabila ingin ke rumahnya.

Sungjae tidak pernah melihat Namjoo bersama laki-laki. Mungkinkah Namjoo belum memiliki kekasih? Apa boleh Sungjae berharap? Ya, laki-laki itu masih mencintai Namjoo.

Hebat sekali karena sampai saat ini Namjoo tidak mengetahui kalau Sungjae berada di dekatnya. Betapa hebatnya Sungjae karena bisa menyembunyikan dirinya dari pandangan Namjoo. Padahal Sungjae selalu memerhatikan Namjoo.

 

***

 

Sungjae kira pikirannya selama ini benar. Ia kira Namjoo belum memiliki kekasih. Tapi, nampaknya ia salah.

Sore itu di taman yang sama. Seperti biasa Sungjae akan duduk di bangku favoritenya berharap Namjoo juga akan ke sana.

Angin berhembus membuatnya sedikit menggigil. Musim dingin sudah datang. Musim yang sama ketika ia berkenalan dengan anak perempuan yang dicintainya sampai sekarang.  Sungjae membetulkan letak scarfnya. Dan ketika ia menolehkan kepalanya ke samping. Matanya menangkap sosok gadis yang ditunggunya sedang berjalan menuju bangku di sudut taman.

Namjoo mengusap-usap kan kedua tangannya dan sesekali meniup-niupnya. Ia tidak memakai sarung tangan

Sungjae melihatnya. Sepertinya Namjoo sedang menunggu seseorang. Terlihat dari tingkahnya yang selalu mengecek ponselnya setiap menit.

Setelah berpikir lama, akhirnya Sungjae memutuskan menghampiri Namjoo. Sudah banyak kesempatan yang ia buang untuk bertemu dengan Namjoo. Dan sekarang ia merasa siap untuk bertemu dengan gadis itu lagi. Mungkin hubungan keduanya bisa membaik.

Sebelum pergi ke tempat Namjoo, ia pergi ke mesin kopi terlebih dahulu untuk membeli dua kopi hangat untuk mereka berdua.  Senyum kecil mengembang di wajahnya membayangkan bagaimana hubungan mereka akan membaik.

Dua gelas kopi sudah ditangannya. Dengan mantap ia menghampiri Namjoo. Tetapi langkahnya mendadak berhenti ketika ia melihat seorang laki-laki berlari menghampiri Namjoo. Laki-laki itu sepertinya adalah orang yang sedari tadi Namjoo tunggu. Jika dilihat dari bagaimana perlakuan laki-laki itu pada Namjoo. Bisa dipastikan kalau ia adalah kekasih Namjoo.

Sungjae menatap dua gelas kopi ditangannya. Padahal tinggal beberapa langkah lagi. Tangannya meremas pelan gelas kopi tersebut. Ia mengangkat kepalanya dan dapat dilihatnya senyum lebar Namjoo ketika laki-laki itu menggenggam tangannya.

Tanpa diperintah bibir Sungjae ikut mengukir senyum. Ia sakit. Tetapi ketika melihat senyum Namjoo yang tidak pernah diliatnya, ia merasa senang. Gadis itu bahagia.

Sungjae berbalik dan berjalan pulang menuju rumahnya. Kini ia tahu kalau teman kecil yang dicintainya bahagia. Selama Namjoo baik-baik saja itu sudah cukup untuk Sungjae.

Ia terus melangkah tanpa menyadari kalau seseorang yang ditunggunya sejak dulu sedang tersenyum kecil ke arahnya yang semakin menjauh.

 

 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ShortLee
#1
Chapter 1: you write story about Namjoo again and as usual it's the nice one tho the ending isn't a happy one :')

I hope you can write about Namjoo and the other 95 childs. this time the happy ending one ㅋㅋㅋㅋ✌
dsytw09 #2
Chapter 1: aahhh potek :(((
jadi sbnernya namju tau kalo sungjae merhatiin dia? yaudah sungjae move on ke aku aja .g
ngena bgt ceritanya hehe. akibat kelamaan berpikir pas keduluan malah mewek /?
udah ah haha. thanks udah bkin story namjoo ><