At The End of The Street

At The End of The Street
Please Subscribe to read the full chapter

At The End of The Street

Kyuhyun menapakkan kakinya di sepanjang jalan yang mulai dipenuhi dengan daun maple yang gugur dari pohon. Beberapa dari dedaunan itu menari seirama hembusan angin yang menerbangkannya. Kyuhyun memandang langit di atasnya. Warna biru yang mendominasi lautan angkasa itu terlihat begitu indah. Kyuhyun tersenyum kecil karenanya.

Kyuhyun kembali menyusuri jalan yang saat ini terlihan dan terasa begitu sepi saat musim gugur telah tiba. Laki-laki itu sedikit merapatkan lilitan syal dilehernya ketika hembusan angin menerpa tubuhnya. Memandang ke sekeliling jalan yang begitu familiar baginya. Jalan yang begitu banyak menyimpan kisah hidupnya yang tidak akan pernah ia lupakan. Tidak ketika ia dengan sengaja menyusuri jalan itu setiap harinya.

Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu kembali tersenyum ketika pandangannya menemukan tiang tanda pejalan kaki tepat berada di depannya.

Kyuhyun berlari di sepanjang jalan untuk mengejar bus yang akan membawanya menuju tempat latihannya. Ia mengumpat kecil, merutuki kebodohannya karena terlambat. Memandang jam yang ada di lengan kirinya sambil tetap berlari. Tepat ketika ia telah menyadari bus yang ia kejar telah berangkat tiga menit yang lalu, tubuhnya menabrak seseorang dihadapannya dengan cukup keras. Membuatnya menjatuhkan barangnya dan tubuhnya limbung. Sebelum ia merasakan tubuhnya terhempas ke tanah, sebuah tarikan di tangannya membuatnya dengan reflek menggenggam erat tangan yang menopangnya. Kyuhyun memandang orang yang ditabraknya dengan wajah terkejutnya.

“Kau tak apa?” sebuah suara menyadarkan Kyuhyun dan segera membenahi posisinya.

Kyuhyun membungkuk memohon maaf atas kecelakaan yang terjadi karenanya. “Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar tidak melihat Anda.”

Orang dihadapannya tertawa kecil, “Tak apa. Kau baik-baik saja?”

Kyuhyun kembali menatap orang dihadapannya, “Ya, saya baik-baik saja. Terima kasih telah menolong saya.”

Lawan bicaranya tersenyu simpul, “Bukan masalah. Kau cukup ringan untuk ukuran laki-laki.”

Kyuhyun menggaruk belakang kepalanya yang tidak terasa gatal, “Beberapa dari temanku mengatakan hal yang sama.”

“Siwon. Choi Siwon. Dan bersikaplah tidak terlalu formal denganku, aku rasa usia kita tidak berbeda jauh.” Lawan bicaranya mengulurkan tangannya.

Kyuhyun menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya, “Cho Kyuhyun.”

“Jadi kau sedang terburu-buru?”

Kyuhyun mengangguk, “Sa--aku harus tiba di tempat latihan kurang dari satu jam lagi. Tapi kecerobohanku membuatku terlambat menaiki satu-satunya kendaraan yang bisa aku naiki untuk sampai disana tepat waktu.”

Siwon hanya menganggukkan kepalanya.

“Apakah kau juga menunggu bus, Siwon-ssi? Tidakkah pakaianmu terlihat err… terlalu formal dan mahal untuk menaiki kendaraan umum?” Kyuhyun menyadari pakaian Siwon dan mengamatinya dari atas ke bawah.

Siwon tertawa kecil, “Tidak. Aku sedang menunggu seseorang mengantarkan mobilku. Mobil yang aku gunakan mogok disebelah sana.” Siwon menunjuk audi hitam dibelakang tubuhnya.

Kyuhyun mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia menemukan kata-katanya, “Wow… Tidak heran pakaianmu seperti ini. Aku percaya kau adalah seorang kaya raya yang sangat kaya raya.”

Siwon kembali tertawa. Kali ini lebih keras, “Aku tidak sekaya yang kau pikirkan. Dan salahkan pekerjaanku yang mengharuskan aku memakai pakaian robot ini. Oh… Kau berkata kau harus berada di tempat latihan dan aku lihat kau membawa sebuah biola di tanganmu. Jadi apa pekerjaanmu, Kyuhyun-ssi?”

Kyuhyun mengerucutkan bibirnya singkat, “Musisi? Aku salah satu pelatih instrumen musik di Seoul.”

Siwon terlihat terkesima, “Musisi? Aku selalu ingin memainkan alat musik.”

Kini giliran Kyuhyun untuk tertawa, “Dengan apa yang kau miliki, aku yakin kau bisa melakukan segalanya, Siwon-ssi.”

Siwon mengangkat bahunya, “Terkadang tidak.”

Kyuhyun menyadari sikap Siwon. Ia segera menunduk, “Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Maafkan aku.”

Siwon menepuk pundak Kyuhyun singkat, “Aku tidak tersinggung. Dan kau bilang kau menuju Seoul, benar?” Kyuhyun mengangguk singkat sebagai jawaban.

“Kantorku juga ada disana. Bagaimana jika aku mengantarmu?”

Kyuhyun memasang wajah terkejutnya, “Oh tidak. Tidak perlu. Aku bisa menunggu bus selanjutnya. Itu akan sangat merepotkanmu.” Mengibas-ngibaskan tangannya di udara.

Siwon tertawa melihat ekspresi Kyuhyun, “Kau takut jika aku penjahat?”

Kyuhyun menggeleng keras. “Bukan seperti itu. Aku tidak ingin merepotkanmu.”

“Itu mobilku. Aku tidak keberatan mengantarmu. Aku kira kau sedang terburu-buru. Dengan mobilku, kita bisa sampai di kota dalam tiga puluh menit. Bagaimana?” Siwon menukar kunci mobilnya dengan sopirnya.

Kyuhyun menggigit bibir bawahnya dan melihat jam tangannya. Tawaran itu begitu menggiurkan. “Ba-baiklah… Aku akan mengganti biaya bahan bakarnya.”

Siwon tersenyum puas, “Tidak perlu. Aku hanya butuh satu hal untuk mengganti jasaku.”

Kyuhyun menaikkan kedua alisnya, “Tentu saja. Katakan apa itu, Siwon-ssi? Aku akan memberikannya.”

Siwon mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Kyuhyun, “Berikan aku nomor teleponmu.” Kyuhyun memiringkan kepalanya kebingungan.

“Sudah ku katakan bahwa aku ingin bisa bermain musik, bukan?” Siwon menjelaskan kalimatnya.

“Tapi aku tidak sebaik yang ka—“

“Aku rasa kau yang terbaik, Kyu.”

Kyuhyun tertegun dengan nama panggilan barunya dari Siwon.

Ia menyukainya.

Kyuhyun menghela kemudian menerima ponsel itu dan segera menyentuh layar sentuh pada ponsel itu. Kyuhyun menyerahkan ponsel Siwon kembali kepada pemiliknya. Siwon tersenyum tulus.

“Aku benar-benar berterima kasih padamu, Siwon-ssi. Tanpamu aku pasti akan terlambat dan menunggu dengan wajah bodohku di bawah tiang halte ini.” Ucap Kyuhyun sambil menatap Siwon dengan kerucutan bibirnya. Menunjuk tiang yang berada di sebelah tubuhnya.

Siwon menaikkan sebelah alisnya, “Sebenarnya tiang yang kau tunjuk adalah tiang pejalan kaki.”

Kyuhyun segera melihat tiang yang disebut. Dagunya jatuh seketika ketika menyadari kebenaran Siwon. Kyuhyun menutup matanya beberapa saat setelah menyadari tiang pemberhentian halte bus yang ia cari telah ia lewati.

“Bukankah aku tampak bodoh saat ini?”

Siwon kembali tertawa pagi itu, “Setidaknya karena hal itu, aku bisa mendapat nomor teleponmu. Lebih baik kita berangkat sekarang sebelum kau terlambat.”

.

.

.

.

.

            Kyuhyun menyentuh tiang itu dan tersenyum masam. Sudah lama sekali kejadian itu berlalu. Tujuh tahun. Tujuh tahun dan ingatan Kyuhyun tentang kejadian itu masih begitu segar diingatannya bagaikan kejadian itu terjadi kemarin. Ada satu bagian dalam dirinya yang berteriak menahan rasa sakit.

Kyuhyun mengabaikannya.

            Kyuhyun berdiri tepat disebelah tiang itu dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Kyuhyun memandang aspal jalan dimana Kyuhyun sangat hafal, roda mobil Siwon berhenti di atasnya.

“Apakah aku masih tampak bodoh seperti dulu, Siwon? Apakah kau masih menyukai kebodohanku seperti dulu saat pertama kali kita bertemu?”

Kyuhyun bisa mendengar hembusan angin menerpanya. Kyuhyun menghembuskan nafasnya pelan dan memejamkan matanya. Menikmati ketenangan yang ia dapat di jalan itu. Kyuhyun kembali membuka matanya hanya untuk menemukan pandangannya mengabur ketika air mata mulai mengisi kelopak matanya.

“Kau tahu, Siwon… Ketika kau terbiasa hidup dengan dirimu bersama orang yang kau cintai, saat orang itu pergi, kau lupa bagaimana caramu hidup dengan dirimu sendiri. Bukankah itu menyedihkan, Siwon?”

            Kyuhyun bisa merasakan dirinya tersenyum dalam kesedihan ketika air mata kembali menuruni pipinya.

“Seharusnya kau tidak menolongku saat itu. Aku membencimu karena hal itu. Tapi kau tahu apa yang lebih aku benci, Won? Aku benar-benar membenci diriku sendiri yang menyukainya. Seharusnya aku tidak terlambat hari itu jadi kita tidak perlu bertemu sama sekali. Seharusnya aku tidak menabrakmu agar kau tidak mengulurkan tanganm dan menyebutkan namamu untuk berkenalan denganku. Seharusnya aku membencimu. Seharusnya… seharusnya kita tidak berpisah.”

Kyuhyun merasakan sesak pada dada kirinya yang amat sangat. Kyuhyun meremas bagian itu dengan kuat. Bukankah harusnya Kyuhyun tidak seperti itu? Seharusnya ia sudah terbiasa.

Kyuhyun berjalan menjauhi tiang itu dan duduk di bangku yang tak jauh darinya. Ia mengusap air matanya yang tidak bisa ia cegah menuruni pipinya. Pandangan Kyuhyun terpaku ketika ia menemukan sebuah gelas berisi kopi yang familiar baginya.

Ia tersenyum, “Americano.”

“Kau selalu membawa kopi itu ketika kau menjemputku. Jenis kopi favoritmu?” Ucap Kyuhyun sambil menerima segelas teh hangat yang Siwon sodorkan kepadanya. Ini sudah memasuki bulan ketiga Siwon memaksa dirinya menuruti kemauan Siwon untuk menjemputnya di tempat mereka bertemu untuk pertama kali.

Siwon mengangguk singkat, “Americano. Dua sendok gula dan diaduk dengan gerakan melingkar.”

Kyuhyun tertawa kecil, “Apakah rasanya akan berbeda ketika seseorang mengaduknya dengan cara lain?”

“Percayalah aku bisa membedakannya.”

Kyuhyun mengangkat bahunya, “Bagaimana jika aku membawakanmu segelas Americano besok pagi dan kau harus menebak bagaimana caraku mengaduknya?”

Siwon tersenyum lebar menampilkan deretan giginya dan lesung pipinya membuat Kyuhyun kehilangan dunianya untuk beberapa saat. “Kau ingin mengujiku? Kau bisa mencobanya dan jika aku bisa menebaknya, kau harus makan malam denganku besok.”

“Makan malam? Kau tampak seperti seseorang yang mengajakku kencan, Siwon.”

Siwon mengacak rambut Kyuhyun gemas, “Percayalah… mengajakmu untuk berkencan denganku adalah hal yang aku inginkan dari dulu. Aku tidak pernah berani mengajakmu keluar, namun setelah kau menantangku, aku rasa itu kesempatan emas.”

Kyuhyun terpaku. Apakah itu berarti Siwon seorang gay?

Sama sepertinya?

Siwon menghentikan tawanya dan menatap Kyuhyun dalam, “Apakah kau tersinggung dengan ucapanku, Kyu?”

Kyuhyun segera menghentikan lamunannya, “Bukan. Bukan itu… Apa itu berarti kau seorang…”

“Gay?” Kyuhyun menunduk mendengar siwon menyahut kalimatnya.

“Aku bukan gay, Kyu. Hanya saja aku memiliki ketertarikan pada seorang laki-laki saat ini.”

Kyuhyun mendongak, menatap Siwon dengan raut kebingungannya.

“Siapa?” Dan Kyuhyun membenci ketika pertanyaan itu terdengar begitu posesif di telinganya.

Siwon menaikkan satu alisnya, “Well, aku tidak akan memberitahumu sampai aku yakin dia juga tertarik padaku.”

Kyuhyun memandang ke arah yang lain selain Siwon. Ada sesuatu yang mencengkeram jantungnya ketika tahu Siwon menyukai orang lain. Sesuatu yang tidak seharusnya ada.

“Kau tidak seharusnya menemuiku jika kau menyukai orang lain.”

“Untuk seseorang yang bisa menguasai not dengan begitu cepat, Kyu, kau adalah orang paling lambat yang pernah aku temui.” Siwon tertawa kecil setelahnya.

Dia tidak bodoh.

Kyuhyun kembali menatap Siwon, “Ada apa denganku?”

Siwon berdiri dari bangku yang mereka duduki, meminum Americanonya dengan senyum mengembang di wajahnya. Salah satu tangannya berada dalam saku celananya.

“Justru saat ini aku sedang menemui orang yang aku suka, Kyu.”

Dan yang Kyuhyun tahu hari itu adalah, ia tidak bisa menghentikan senyum bodoh di wajahnya.

.

.

.

.

.

“Dan kita benar-benar makan malam dihari selanjutnya karena kau menebak dengan benar. Aku tidak berpikir bahwa kau benar-benar mengetahui perbedaan rasa yang ada. Kemudian aku menyadarinya ketika aku membuatkan Americano untukmu setiap harinya. Bukankah semua kenangan itu begitu indah, Siwon? Aku tidak pernah lebih bahagia dari hari itu.”

            Kyuhyun mengambil gelas itu dan membuangnya ke dalam tempat sampah. Untuk sesaat mengamati isi tempat sampah itu yang penuh dengan gelas yang sama. Kemudian menaruh sebuah gelas baru berisi kopi yang sama di atas bangku.

            Ia kembali menduduki bangku disana dan mengamati pinggiran bangku yang agak bengkok. Kyuhyun tersenyum miring. Ia menyentuh pinggiran bangku itu dengan tangannya. Merasakan dinginnya besi itu yang kontras dengan suhu tubuhnya yang terbalut pakaian musim gugur.

Matanya menyiratkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih beremosi. Sesuatu yang selalu ia rasakan ketika Siwon melakukan hal bodoh untuk memikatnya. Hal yang tidak pernah gagal membuat Kyuhyun jatuh dalam pesona seorang Choi Siwon. Kyuhyun bergetar mengingat kenangan yang berpusat pada hasrat yang ia rasakan saat ini.

“Kau ingat bagaimana kau membengkokkan pinggiran ba

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Kyueen
Jika ada yg bingung/mau tanya tentang cerita ini bisa cantumkan hashtag '#reply' di comment box (:

Comments

You must be logged in to comment
syifanurul #1
Chapter 1: Kirain bakalan sad ending ternyata ngga,,, jd kangen wonkyu
chookyuu
#2
Chapter 1: Mereka sosweet banget.. aku kira siwon nya meninggal , taunya koma lalu sadar dan kembali lagi sama kyu^^
Niakyuelf #3
Chapter 1: Co cwitttttt thor, haduehhhh aku bisa kena diabetes kalo kaya gini caranya :-D
hyungie_ #4
Chapter 1: hampir saja ma----
dewikyu #5
Chapter 1: Ff nya so sweet :) aku kira siwon meninggal, untung tidak cuma koma...tapi komanya lama :( baguslah kyu sabar menunggu siwon sadar :D
hani1709
#6
Chapter 1: Untung nya siwon bs sembuh,, aq kira siwonnya meninggal..
loveKyuu #7
Chapter 1: aq dh berpikir klo siwon meninggal...huff untung koma dan siwon selamat
archiffaowiqlay
#8
Chapter 1: Aku selalu suka cerita mu... maaf baru bisa komen...kau menakjubkan ari_kyu
ddaraz #9
Chapter 1: uwaaahhh awlnya mikir nih wonkyu kenapa g brsama??
apa siwon selingkuh...
terus pas udh married koq jg g brg tw nya...
akh... mnguras jiwa lah..
jd siwon koma selama 2 tahun, kyu brasa trombang ambing dunk pas jd istri y?
haduh skrg g prlu menahannya siwon hahaha
ENPKyu #10
Chapter 1: Yeyyy Happy End.:D
sempat tadi kepikiran klu bakal sad end saat tau siwon menyelamatkan kyuhyun....
Kisah mrk manis.....


-----1315-----