Hari ini adalah hari Minggu. Gadis itu masih dengan posisi yang sama—duduk diam dengan tangan dilipat—menunggu Sooyeon, kakaknya untuk pergi ke Gereja. Bisa dibilang, ini sudah menjadi kegiatan rutin mereka untuk pergi ke Gereja. Orang tua mereka sudah menunggu di mobil, sedang Sooyeon masih berada di kamar, sibuk memilih pakaian yang layak untuk dikenakan.

“Oh, kau masih disini?” Tanya Sooyeon saat turun dari tangga. Soojung tersenyum dan mengangguk.

“Pagi kak. Mereka sudah menunggu kita, sebaiknya kita cepat sebelum terlambat seperti minggu lalu.” Sooyeon memutar bola matanya. Minggu lalu mereka sangat amat telat datang, dikarenakan Sooyeon yang telat bangun, dan mempunyai jadwal mandi sangat lama dari Soojung. Itu membuat mereka harus datang satu jam lebih lama dari jadwal. “Setidaknya, kita tidak ketinggalan bagian yang terpenting kan?” Ujar Sooyeon sembari memakai wedges krem favoritnya.

Soojung hanya tersenyum usil sebelum akhirnya pergi meninggalkan kakaknya di sofa, dan bergabung dengan orang tuanya di mobil. “Oh, Sooyeon. Tumben kau tepat waktu, nak?” Ujar wanita yang berada di bagian depan mobil. Sooyeon hanya bisa diam mendengar perkataan mom nya itu.

Selama perjalanan menuju Gereja, mereka tak henti-hentinya mengjahili Sooyeon. Membuat gadis itu sepenuhnya tidak nyaman berada di mobil, dan ingin cepat-cepat tiba di Gereja. Setidaknya mereka akan diam, dan lebih memilih membaca Kitab daripada berbicara-yang menurutnya- sangat tidak penting.

“Soojung, kau mau duduk dimana?” Tanya Sooyeon pada adiknya itu. Tampak mata Soojung melihat sekitar ruangan, dan menemukan satu tempat duduk yang cukup untuk mereka berempat-dan pastiny nyaman. Ia segera berjalan dan duduk di tempat itu, saat tiba-tiba matanya bersenggolan dengan pemuda di seberang tempat duduknya, yang menurutnya tampak familiar. Soojung hanya mengendikkan bahu tidak perduli, dan langsung menempati tempat duduk itu, sebelum ia dan keluarganya harus berdiri di dekat pintu, lagi.

-oo-

Sudah puluhan minggu semenjak itu, dan Soojung terus bertemu dengan pria pemilik mata coklat tua itu. Dan, entah mengapa ia selalu berdebar saat matanya bersinggungan dengan pria itu. Perutnya seperti dikelilingi ribuan kupu-kupu, yang terkadang menyengat tubuhnya. Gadis itu selalu memilih tempat yang sama dengan saat ia bertemu pria itu. Tujuannya hanya agar dia bisa mengintip wajah pria itu saat ibadah.

“Mom, Soojung sepertinya sedang jatuh cinta,” Ujar Sooyeon saat mereka tiba dirumah. Soojung tidak mendengarnya karena seusai pulang ia selalu pergi ke kamar. Entah apa yang gadis itu lakukan. “Dia selalu memilih tempat duduk yang sama, mom. Dan ia selalu mencuri kesempatan untuk menengok ke arah pria yang duduk di seberang tempat kita duduk. Aku sangat yakin, Soojung menyukai pria itu.”

Wanita itu hanya tersenyum menanggapi anak sulungnya. Melihat kedua anaknya sudah mulai bertumbuh dewasa, membuatnya teringat pada masa lalunya. “Benarkah? Apa pria itu tampan?” Sooyeon seketika mengangguk. “Adikmu pintar memilih pria, jika begitu.” Ucap nya sembari tersenyum, membuat Sooyeon tertawa.

“Hei, what are you talking about?” Siluet Soojung terlihat dari tangga. Gadis itu masih memakai pakaian yang ia pakai tadi. Tapi sekarang, ia terlihat juga memakai lipgloss. Rambut panjangnya ia ikat ponytale membuat lehernya tampak terekspos.

“Uh, kau mau kemana?” Tanya Sooyeon balik. “Kami hanya membicarakan tentang resep makanan.”

Soojung mengangguk mengerti. “Aku ada janji quality time bersama sahabat-sahabatku. Boleh kan, mom?”

“Asal tidak lebih dari jam 9, dan kau harus mengabari, oke?”

Soojung tersenyum dan menuruni satu p