FIRST MEETING

THE PAINTER

Mijoo telah sampai di rumah Mark dengan membawa kanvas dan alat lukis. Ia menempuh perjalanan dengan menaiki taksi. Gadis cantik itu melihat rumah Mark begitu besar, berlantai 2 dan konsepnya cukup minimalis. Lalu gadis itu melangkahkan kakinya ke depan pintu.

“Selamat siang” Mijoo mengetuk pintu

            Pintu terbuka dan muncul seorang lelaki tampan dengan pakaian yang kotor terkena cat lukis

“Oh, apa kau Lee Mijoo?? Orang yang menelponku tadi malam?” Mark menatap mata Mijoo

“Iya... aku ingin belajar banyak darimu”

“Baik, silakan masuk” Mark menganggukkan kepalanya

            Mark menceritakan sedikit tentang rumahnya yang cukup berantakan karena alat-alat lukisnya berserakan di mana-mana, begitupun juga dengan hasil karyanya yang dipajang di dinding ataupun ditaruh di lantai. Belum ada satu orang pun yang memberanikan diri masuk ke dalam rumah pelukis itu, Mijoo adalah orang pertama yang bisa memasuki rumahnya. Lalu Mark mempersilahkan masuk ke dalam ruang rahasianya, tempat dimana ia menumpahkan semua inspirasinya

“Wah.. lukisanmu banyak sekali... aku menyukainya” Mijoo menaruh alat lukisnya dan melihat-lihat hasil lukisan Mark

“Iya.. itu beberapa lukisanku yang tidak aku pamerkan”

“Kenapa???”

“Semua lukisan ini hanya kunikmati diri sendiri, ini karya rahasia”

“Oh, begitu”

            Lalu mereka bercerita tentang tugas milik Mijoo. Mark menganggap tugas gadis itu mudah dibuat, apalagi untuk ukuran mahasiswa sepertinya. Kemudian Mijoo meletakkan kanvasnya dan menyiapkan alat lukisnya. Mark berdiri di belakang Mijoo dan memberi kesempatan gadis itu untuk menunjukkan kemampuannya. Tetapi Mijoo sedikit menorehkan kuasnya di atas kanvas putih.

“Kenapa??” tanya Mark

“Maafkan aku, aku belum mampu memunculkan inspirasiku” Mijoo tertunduk lesu

“Baiklah, aku akan mengajarimu”

            Mark mengendalikan tangan Mijoo dengan kuas. Lalu ia menorehkannya perlahan-lahan. Tangan Mijoo mulai mengikuti kendali tangan Mark. Gadis cantik itu melirik wajah Mark dan menatap matanya

“Astaga....dia begitu tampan dan berbakat... apakah aku cocok berpacaran dengannya?” gumamnya dalam hati

            Mijoo mulai mendekati sosok yang ramah dari Mark. Lalu pelukis itu mengalihkan pandangannya ke arah mata Mijoo dan menatapnya, seketika menghentikan aktivitas melukisnya. Mark terpesona dengan mata Mijoo yang tampak berkaca-kaca, sedikit menyilaukan pandangan. Kepala mereka semakin berdekatan, seolah-olah ingin mengincar bibir manis satu sama lain. Tiba-tiba Mark menghentikan niatnya. Mijoo yang sudah membenamkan matanya, membuka matanya lagi karena tak kunjung mendapat ciuman darinya.

“Ada apa???” Mijoo memegang lengan Mark

“Tidak ada apa-apa....” panik Mark sambil menggelengkan kepalanya dan menjauhi Mijoo

“Kau ingin menciumku, bukan??”

“Tidak... maafkan aku.. aku tidak bermaksud begitu”

“Hmmm baiklah...”

            Mijoo mengira ia akan mendapat ciuman istimewa darinya, padahal Mijoo ingin momen spesial itu terjadi, ketika sang idola ingin menciumnya. Kemudian Mark kembali mengajari Mijoo melukis sampai selesai.

            Waktu sudah menunjukkan pukul jam 7 malam. Mijoo telah selesai dengan tugas melukisnya berkat ajaran dari Mark. Lukisannya sudah terbungkus oleh kertas coklat. Mijoo yang hendak pulang, niatnya terhenti ketika Mark memanggilnya.

“Mijoo, apakah kau ingin kuantar pulang??”

“Tidak usah, aku menunggu taksi saja...”

“Tapi aku kasihan kepadamu, sudah jauh-jauh pergi sendirian ke sini... sebaiknya kau kuantar pulang”

“Hmmm baiklah, aku menerimanya”

.

.

            Mark membonceng Mijoo yang membawa alat-alat lukisnya dengan mengendarai skuter matik. Mark sesekali melirik “muridnya” yang tampak kelelahan setelah berkutat dengan tugas yang berat. Lalu Mark menghentikan skuternya ke pinggir jalan.

“Bagaimana kalau kita beristirahat dulu di sini?” tanya Mark sambil melihat kafe

“Tapi ini sudah malam... aku harus pulang”

“Sudah tidak apa-apa... aku kasihan terhadapmu”

“Hmmm iya, aku mau”

            Mark memarkirkan skuternya dan masuk ke dalam kafe bersama Mijoo. Mereka pun memesan minuman hangat untuk melepas dahaga dan penat. Lalu mereka membuat obrolan kecil.

“Jadi... apa kau sedang berkarir di luar negeri??” tanya Mijoo

“Iya... aku mempromosikan karya-karyaku di tiap negara... dan hasilnya banyak orang di luar negeri menyukai lukisanku”

“Ohhh.... aku boleh bertanya padamu, tidak??”

“Apa??”

“Apa kau.. sudah punya pacar??” tanya MIjoo dengan terbata-bata

“Hmmmm..” Mark menundukkan kepalanya karena tidak tahu harus menjawab apa

“Jawablah...”

“Aku... aku tidak punya pacar”

            Mendengar pernyataan Mark, Mijoo menganggukkan kepalanya pelan, sedikit membenamkan bibirnya dan menelan ludah. Dalam benaknya, ia ingin memacari pelukis tampan itu. Lalu Mark melihat tangan bebas Mijoo di meja dan mengenggamnya

“Kau... kau cantik sekali”

“Terima kasih...” MIjoo tertunduk malu

            Mark memuji bentuk fisik Mijoo, tampaknya ia ingin menaruh hati kepadanya, Tetapi Mijoo sedikit ragu-ragu mendengarnya, antara ingin menerimanya atau menolaknya. Di saat yang sama, Jinwoo yang sedang mengendarai motor sportnya melihat kemesraan kecil di kafe itu. Lelaki itu terbakar emosi, ia memarkirkan motornya dan memergoki mereka.

“Mijoo!!!” teriak Jinwoo

“Jinwoo.... apa yang kau lakukan di sini???” Mijoo beranjak dari kursinya

“Hei, apa yang kau lakukan dengan gadisku??!! Kau ingin merebutnya dariku, hah??!!” pekik Jinwoo sambil menunjuk Mark

“Tidak... kau salah.. aku tidak bermaksud begitu” timpal Mark

“Diam kau!”

“Jinwoo sudahlah.. dia tidak bersalah”

“Minggir kau... aku akan membuat urusan dengannya”

            Jinwoo mendorong pacarnya hingga terjatuh, suasana di kafe menjadi ramai. Banyak pengunjung yang melihat kejadian itu. Lalu Jinwoo menarik kerah baju Mark dan bersiap-siap ingin memukulinya.

“Kalau kau mendekati pacarku lagi, aku akan menghajarmu”

“Maafkan aku... tolonglah aku tidak berniat seperti itu”

“Kau pembohong!”

            Kepalan tangan  Jinwoo yang panas mendarat ke arah pipi Mark hingga meninggalkan bekas lebam membiru, Mijoo langsung bangkit dan menahan luapan emosi pacarnya

“Jinwoo... kau lelaki bodoh... kau sudah melukai temanku!!” teriak Mijoo

“Teman??? Dia mencoba ingin mengincar hatimu...sekarang kau kuantar pulang!” Jinwoo menarik tangan Mijoo

“Tidak!!! Aku tidak mau!! Lebih baik aku tinggal di sini saja.. kau lelaki yang egois.. Pergilah!!”

“Oh begitu.... baiklah... bersenang-senanglah dengan pacar barumu itu! Kau wanita murahan!!”

“Hei, kau...!!!”

            Jinwoo bergegas meninggalkan kafe dan langsung mengendarai motor sportnya. Setelah melihat lelaki itu pergi, mereka langsung membayar minuman dan keluar dari tempat itu. Lalu Mijoo mengendarai skuter matik milik Mark dan memboncengnya. Mijoo terkejut dengan sifat emosional Jinwoo yang berlebihan, baru kali ini ia gagal meredam emosi pacarnya. Hubungan mereka kini di ujung tanduk, tak tahu bagaimana cara memperbaiki hubungan ini seperti semula. Namun Mijoo tidak mengantar pulang Mark, ia membawanya ke rumah. Kemudian gadis itu menuntun langkah Mark dan memberikan tempat duduk di sofa.

“Tunggu sebentar ya”

            Mijoo datang dengan kotak obat, ia membuka kotak dan memberi obat merah pada kapas. Mijoo membubuhkan kapas pada luka lebam yang membekas di pipi Mark.

“Ahhh shhh...” rintih Mark sambil memegang pipinya

“Tenanglah, Mark... lukamu pasti sembuh”

“I-Iya..” ucap Mark dengan terbata-bata

            Lalu Mark menatap wajah gadis itu, ia terpukau dengan kebaikan yang diberikan kepadanya.

“Kau baik sekali....tapi maafkan aku telah menganggu hubunganmu”

“Ahh tidak apa-apa.. ini semua salah paham.. jadi tenang saja” ucap Mijoo dengan senyuman

            Mark melemparkan senyum kepadanya sebagai bentuk terima kasih karena sudah diberi pertolongan. Lalu tangannya bergerak ke arah rambut panjang halus Mijoo dan mengelusnya. Mijoo tampak bingung dengan tingkahnya, seketika menghentikan pertolongan kepadanya.

“Tunggu dulu....” ucapnya sambil menyingkirkan tangan Mark

“Ada apa???”

“Aku meninggalkan lukisanku di kafe!” panik Mijoo

“Jadi??”

“Aku akan mengambilnya!” Mijoo berlari keluar

“Hei, tunggu aku!”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet