SAD LIFE

THE PAINTER

-Author POV-

            Gadis cantik itu membawa hasil lukisannya yang sudah dikerjakan semalam, tangannya masih terdapat bekas cat lukis dan tampak kotor. Lukisannya cukup besar, sehingga harus dipegang dengan kedua tangan dan pandangannya tertutup karena lukisan. Tanpa disadari, ia menabrak tiang yang ada di depan dan terjatuh. Banyak orang di sekitarnya melihat keadaannya, ia pun langsung bangkit dan berlari ke dalam kampus. Sesampainya di sana, gadis itu lagi-lagi mendapat kesialan, menabrak seseorang yang ada di depannya.

“Mijoo!! Hati-hati.. perhatikan langkahmu” ujar wanita itu

“Iya.. maafkan aku” Mijoo menundukkan kepalanya

            Mijoo meneruskan langkahnya menuju kelas. Sampai di sana, semua mahasiswa mulai menunjukkan karya hasil tangan mereka untuk dikumpulkan. Mijoo langsung duduk dibangkunya dan membuka kertas berwarna coklat yang membungkus lukisannya.

“Anak-anak, lukisan kalian harap dikumpulkan ke ruang praktek seni rupa.. aku akan menunggu kalian di sana”

            Dosen Lee sudah memberikan arahannya, para mahasiswa segera membawa lukisannya ke ruangan yang dimaksud. Mijoo tampak tegang dan tangannya bergetar sembari membawa lukisannya. Jiae berbicara dengannya

“Ada apa dengannmu?” Jiae mencolek pundak Mijoo yang tegang

“TIdak apa-apa” Mijoo menggelengkan kepala

“Lihat keringatmu... berjatuhan bagaikan hujan turun... kau pasti tegang”

“Ah kau ini... diamlah” gerutu Mijoo sambil menghapus keringatnya

            Mereka sudah sampai ke ruangan itu. Semua mahasiswa menempelkan hasil lukisannya ke dinding untuk dinilai tim dosen. Mijoo memperhatikan lukisannya sejenak, bergambar tokoh dewa Yunani, Poseidon yang menguasai lautan.

“Aku berharap lukisanku mendapat pujian dan nilai yang bagus... Mijoo, kau akan mendapatkannya” gumamnya dalam hati dan mengukir senyum di wajahnya

“Mijoo, ayo keluar” panggil Jiae

“Iya...”

            Para mahasiswa harap-harap cemas menunggu penilaian terhadap hasil karya mereka, termasuk Mijoo. Kemudian Jiae mendekatinya

“Apa kau yakin dengan hasil lukisanmu??”

“Iya, aku yakin... pasti akan mendapat nilai sempurna”

“Aku akan mendoakanmu, teman”

“Aku juga, teman baikku”

            Keeseokan harinya, para mahasiswa menyimak penilaian dari Dosen Lee yang sudah memeriksa hasil lukisan mereka kemarin. Dosen itu membawa kertas berisi penilaian terhadap karya mereka.

“Baiklah, saya akan mengumumkan 5 nama dengan karya yang terbaik dan mengesankan”

            Dosen Lee mengangkat kertasnya dan bersiap membacakan 5 nama tersebut

“Ahn Jaewon, Kim Soyoung, Park Yejin, Choi Yeri... dan yang terakhir adalah...”

            4 mahasiswa tersebut sudah mengekspresikan kegembiraan dalam benak masing-masing, sementara Mijoo terlihat semakin tegang, mengepalkan telapak tangan kuat-kuat dan menahan nafas yang akan dihembuskan

“Lee Sangmin.... untuk nama-nama yang kusebut... dialah yang mempunyai karya yang terbaik.. Selamat!”

            Mereka saling memberi selamat kepada mahasiswa yang terbaik, sementara Mijoo terdiam terpaku karena namanya tidak disebutkan. Hatinya merasa sedih dan pikirannya melayang, tubuhnya yang tadinya tegang sekarang menjadi lemas. Mijoo hanya bisa menggambarkan kekesalan dalam hatinya.

“Kenapa...Kenapa aku harus kalah disaat seperti ini!! Aku tidak mau dikalahkan oleh siapapun!!” pekiknya dalam hati

            Jinwoo, sang pacar yang duduk disebelahnya berusaha menenangkan gadis yang dicintainya

“Sayang, sudahlah.. aku tahu kau sedang sedih saat ini tetapi kau harus tetap berusaha dan berikan hasil yang terbaik” Jinwoo mengelus pundaknya

“Tapi aku tidak mau menginginkan kekalahan... aku ingin selalu menang” Mijoo mengukir raut kesal di wajahnya”

“Mungkin hari ini bukanlah hari keberuntunganmu... kau lihat namaku juga tak disebut??? Lebih baik kita belajar dan berlatih bersama”

“Ahhh... baiklah.. tetapi kau jangan mengajakku ke taman atau ke mal di saat ada tugas!”

“Baik, Mijoo cantik.. aku akan menuruti kata-katamu”

.

.

            Sepulang dari kelas, Mijoo berjalan bersama pacarnya menuju parkiran sepeda motor. Lalu Jiae mendatanginya

“Mijoo, apa kau ada kesibukan nanti malam??”

“Tidak ada.. memangnya kenapa??”

“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat... kau pasti suka”

“Hmmm aku tidak mau keluar rumah... nanti saja.. sampai nanti”

“Hei kau mau kemana...?? Dengarkan aku dulu”

            Mijoo berlalu meninggalkan Jiae sendirian yang ingin berbicara dengannya. Kemudian Jinwoo mengantar pulang Mijoo dengan mengendarai motor sportnya

            Malam hari, bulan muncul dengan sinarnya, bintang-bintang menghiasi langit yang gelap dan udara malam yang dingin menusuk kulit setiap orang yang merasakannya. Mijoo, gadis cantik itu hanya berbaring di ranjangnya memikirkan kekecewaannya. Dia adalah pelukis handal sejak masih SD, beberapa lukisannya banyak disukai oleh guru dan siswa. Sejak saat itu, ia mulai mengikuti lomba di sekolahnya maupun tingkat nasional. Hasilnya selalu memuaskan, banyak piala dan medali menghiasi kamarnya sebagai hasil kerja kerasnya. Namun kali ini berbeda, lukisannya tidak menarik hati seorang dosen di kampusnya. Rasa kecewa masih menyelimuti hati dan pikirannya, seakan ingin memunculkan rasa putus asa di dalam dirinya. Tiba-tiba lamunannya terpecah ketika suara ponsel menusuk gendang telinganya. Mijoo segera meraih ponselnya dan mengangkatnya.

“Halo..”

“Halo, Mijoo”

“Ahhh Jiae... ada apa??”

“Maafkan aku telah menganggumu... aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu”

“Apa??”

“Aku mendapat brosur yang menarik.. dan aku akan memberikanmu besok”

“Kenapa kau tidak memberitahuku sekarang???”

“Tidak perlu... aku merahasiakannya dulu... besok aku akan memberikannya kepadamu”

“Hmmm baiklah....”

            Mereka larut dalam obrolan lewat ponsel dan membuat Mijoo melupakan kekecewaan yang melekat dalam hatinya.

            Siang hari, Jiae melihat Mijoo yang sedang duduk di taman kampus sendirian. Ia mendekati teman baiknya sambil membawa brosur.

“Mijoo.. aku membawa brosur ini untukmu”

            Mijoo melihat brosur yang bertuliskan “Pameran Seni Lukis Karya Mark Tuan”. Ada sedikit foto-foto karya pelukis itu tercantum di brosur. Mijoo pun tertarik melihatnya dan bertanya-tanya dalam benaknya siapa orang itu.

“Mark Tuan??? Siapa dia??”

“Aku melihat dari beberapa berita di internet... dia adalah pelukis terkenal yang karyanya diakui dunia... bahkan hasil karyanya sempat dipublikasikan di Amerika”

“Oh begitu, apakah dia tampan???” Mijoo melirik Jiae

“Memangnya kenapa?? Apa kau ingin selingkuh dari Jinwoo??”

“Tidak juga.. aku ingin mengetahui wajah aslinya” Mijoo membalik-balikkan brosur mencari foto wajah Mark

“Lebih baik, kau pergi ke gedung kesenian Seoul nanti malam... karena hari ini adalah hari terakhir pameran itu diadakan”

“Baiklah, aku akan pergi denganmu”

“Iya, sampai bertemu lagi nanti malam”

            Mereka sepakat untuk pergi bersama, Mijoo asyik membaca brosur yang diberikan oleh teman baiknya itu.

“Aku akan pergi ke pameran yang indah itu, siapa tahu aku bisa menambah inspirasi dari sana” gumamnya dalam hati

            Malam harinya, Jiae dan Mijoo telah sampai di gedung kesenian setelah melewati perjalanan jauh dengan menaiki taksi. Sepasang sahabat itu berjalan-jalan ke dalam gedung, melihat lukisan-lukisan yang megah dan patung artistik yang menjulang tinggi. Banyak pengunjung khususnya pecinta seni melihat karya-karya indah dari Mark. Mereka sempat mengabadikan karya-karya dari tangan sang kreator lewat kamera ponsel. Selepas melihat lukisan, Mijoo mencari-cari keberadaan Mark.

“Jiae, apakah Mark Tuan sedang hadir di pameran ini??”

“Aku tidak tahu... coba tanya staf yang ada di sini”

            Mijoo berjalan mendekati salah satu staf yang sedang berdiri di dekat patung

“Permisi.. aku ingin bertanya, apakah Mark Tuan sedang ada di sini??”

“Oh, dia tidak hadir sekarang... kabarnya dia sudah kembali ke Amerika”

“Kapan dia akan kembali ke Korea??”

“Aku tidak tahu, dia kembali ke Amerika karena ada urusan mendadak”

“Baiklah, terima kasih atas informasinya” Mijoo menundukkan kepalanya dan tersenyum

“Iya, sama-sama”

            Pupus sudah harapan Mijoo untuk bertemu sang pelukis handal. Ia kecewa untuk kedua kalinya. Mijoo tertunduk lesu dan berjalan pelan.

“Mijoo, sudahlah... kau bisa bertemu dengannya di lain waktu” Jiae mengelus punggung teman baiknya

“Aku tidak mau... yang penting aku mau bertemu dengannya sekarang!” kesal Mijoo

“Jangan marah, temanku... mungkin dewi fortuna belum berpihak kepadamu sekarang... suatu saat nanti pasti dia akan kembali ke Korea”

“Iya, aku tahu!” geramnya

            Mijoo yang masih tampak kesal, melampiaskan emosinya dengan meremas brosur yang dipegangnya. Kekecewaannya masih menumpuk dalam hatinya, tak mampu melupakannya ataupun keluar dari gerbang kekecewaan, karena masih terbayang-bayang dalam ingatannya. Mereka keluar dari gedung kesenian karena waktu sudah menunjukkan jam 9 dan harus kembali ke kampus esok hari.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet