FOREHEAD

FOREHEAD

-Author POV-

“Ibu, aku berangkat dulu ya...”

“Baik, Kei...hati-hati di jalan”

            Kei berpamitan dengan orangtuanya dan langsung menggenjot sepeda miliknya. Gadis imut itu bersemangat menghadapi hari-hari yang penuh tantangan di pagi hari. Ia tampak cantik dengan seragam putih bersih, rambut tertata rapi dan sedikit poni, juga tas selempang yang selalu jadi andalannya setiap pergi ke sekolah. Lalu lintas di perkotaan cukup ramai dan kemacetan di mana-mana, tak menghalangi niat gadis cantik itu untuk bersekolah. Aspal yang dipenuhi kendaraan yang lalu lalang berhasil dia lewati. Kei tetapi santai mengendarai sepedanya. Setibanya di sekolah, dia memarkirkan sepedanya ke tempat yang sudah disediakan. Pada saat yang sama, seorang gadis lain memarkirkan sepedanya tepat di samping sepeda Kei.

“Selamat pagi, Kei”

“Selamat pagi, SinB”

            Kei bertemu dengan teman sebangkunya, SinB. Mereka saling menundukkan kepala dan bertegur sapa.

“Bagaimana pagi harimu??” ucap SinB

“Baik sekali... bagaimana dengan pagimu??”

“Aku juga sama sepertimu...” balas Kei dengan senyuman

“Oh... hari ini ada kelas olahraga, bukan??”

“Iya... hari ini akan ada pelajaran lompat jauh... ahhh aku benci pelajaran itu”

“Kenapa??? Itu menyenangkan, bukan?? Berolahraga di pagi ditengah terik panasnya matahari membuat kita lebih bersemangat...”

“Aku tahu... tapi aku tidak mau kulit putihku terkena debu dan pasir” ucap SinB sambil memegangi tangannya

“Hei, kau ini... setelah selesai pelajaran kau bisa membersihkannya” Kei menepuk pundak SinB

“Hmmm baiklah”

            Mereka berjalan menuju kelas melewati koridor sekolah. Perbincangan mereka tampak asyik, ada tawa di sela-sela perbincangan mereka. Tanpa mereka sadari, ada 3 orang gadis nakal yang siap menganggu keasyikan mereka. 3 orang gadis itu menghalang langkah mereka menuju kelas.

“Hei, gadis jelek...!!” Euijin menghardik dan mendorong tubuh Kei

“Ahhh... Euijin! Lagi-lagi kau datang untuk mengangguku!”

“Hari ini kau tampak cantik ya... sini aku akan memperbaiki rambutmu!”

“Euijin.. jangan!”

            Euijin mengacak-acak rambut Kei hingga helai demi helainya berjatuhan di lantai. Lalu Euijin membuka poni dan melihat jidatnya yang begitu lebar.

“Wah, jidatmu lebar juga ternyata... hahaha seperti lapangan sepakbola” Euijin mengejek jidat Kei dan menepuknya

“Jangan lakukan itu!! Pergilah dari sini, anak bodoh!” Kei melemparkan telapak tangan Euijin dari kepalanya

“Hei, semuanya.. lihat! Gadis bodoh dengan jidatnya yang lebar”

            Para siswa di sekitar koridor tertawa melihat bentuk fisik yang dimiliki Kei. Kei merasa jengkel melihat semua siswa menyerangnya dengan ejekan-ejekan pedas. Hati Kei mulai panas, tangannya ingin menampar mulut Euijin yang terus mengeluarkan makian tetapi ia mengurungkan niatnya itu. Karena banyak saksi mata yang muncul di sekitarnya. Lalu Kei meninggalkan Euijin dengan SinB disampingnya. SinB pun memberikan tatapan yang mengancam kepada Euijin. Tetapi itu tidak membuat nyali Euijin ciut, ia malah merencanakan kejahilan-kejahilan selanjutnya untuk menjatuhkan Kei. Kei masuk ke kelasnya dan duduk di kursinya. Ia mengomel karena setiap hari ejekan-ejekan itu terus menusuk hatinya. SinB mencoba menenangkannya.

“Huh... aku lelah dengan semua ini... aku ingin mati saja!” seru Kei dengan memukul meja

“Sudahlah.. jangan marah.. lebih baik lupakan itu semua.. beruntung saja mereka tidak memukulimu atau menghajarmu... anggap saja itu semua omong kosong belaka” SinB mengelus pundak Kei

“Tapi... tapi mereka terus... hiks~~~”

            Kei menangis tersedu-sedu karena masalah yang menerpanya. SinB memeluk Kei agar dia tetap tenang. Tetapi itu sia-sia saja, air mata Kei menetes semakin banyak. Ia tidak tahu caranya keluar dari masalah ini.

            Bel pergantian jam pelajaran berbunyi. Semua siswa kelas 12-1 berhamburan keluar menuju kamar ganti untuk mengikuti pelajaran olahraga. Mereka membawa pakaian olahraga yang sudah disediakan oleh sekolah. Sementara itu, Kei tengah bersiap-siap di ruang ganti wanita, pakaian olahraga sudah melekat di tubuhnya. Tetapi Kei kembali di datangi oleh Euijin yang siap menganggunya.

“Wah... kau tampak bersemangat kali ini ya??” ujar Euijin dengan nada meremehkan

“Hmmmm....” Kei memalingkan wajahnya, ia tidak mau melihat wajah Euijin yang sedari tadi terus mengusik kehidupannya

“Hei, sudahlah...jangan ganggu dia!” SinB mencoba melindungi Kei dari ancaman gadis nakal itu

“Kau pergi saja!! Jangan mencampuri urusanku!!” Euijin mendorong SinB

            SinB sulit meredam emosi Euijin yang terus membara

“Jangan harap kau dapat nilai bagus di pelajaran lompat jauh.... Paham??!!” Euijin mendekati wajah Kei dengan ekspresi seramnya

“Pergilah kau, gadis murahan! Kau sebaiknya pergi ke neraka.. aku lelah menghadapimu!!” ucap Kei dalam hati

“Baiklah kalau kau tidak menjawab perkataanku....*Plakkk!!*”

            Euijin menampar jidat Kei hingga membuatnya terjatuh. SinB membalas perlakuan Euijin dengan memukul pipinya. Perkelahian mereka tak terelakan. Para siswa langsung memisahkan dua siswa yang sama-sama tersulut emosinya. Euijin ditarik keluar dari ruang ganti oleh para siswa perempuan.

“Awas kalian berdua!! Aku akan menghakimi kalian!!! Lihat saja nanti!!” pekik Euijin

“Ayo Kei.. bangunlah... kelas akan dimulai” SinB membantu Kei berdiri

            Kei memegang jidatnya yang panas akibat tamparan Euijin. Rasa sakitnya masih membekas. SinB menopang tubuh Kei menuju lapangan.

            Kelas sudah dimulai. Para siswa 12-1 berbaris dan memperhatikan arahan dari Pak Guru sebelum melakukan lompat jauh. Terlebih dahulu mereka melakukan gerakan pemanasan. Pelajaran lompat jauh dimulai. Satu per satu siswa dipanggil oleh Pak Guru untuk melakukan lompat jauh. Sementara yang lainnya duduk menunggu giliran. Kei tampak memperhatikan cara beberapa siswa melakukan lompatan terbaiknya. Ia memperhatikan secara detail agar tidak terjadi kesalahan.

“Kei, kau selanjutnya”

“Baik, Pak”

            Kei bersiap-siap pada tempat berdiri yang sudah ditentukan. Ia memfokuskan dirinya pada lompatan terbaik dan pendaratan yang sempurna. Tiba-tiba, Euijin menyoraki Kei

“Hei, semuanya... lihat... gadis dengan jidat seperti ladang sawah!”

            Jidat Kei yang tak tertutup poni karena rambutnya diikat membuat bagian tubuh di kepalanya menjadi bahan olok-olok semua siswa. Ada yang menertawainya dan ada juga yang menghinanya. Kei tak memperdulikan itu, ia tetap pada tujuannya yaitu mengejar nilai terbaik pada lompat jauh kali ini.

“Bersiap...1...2...3...Mulai!”

            Bunyi aba-aba sudah dimulai. Kei berlari sekuat tenaga, menolakkan kaki kanannya pada papan tumpuan dan melayang. Ia mendarat dengan cukup baik tetapi kakinya sedikit tertancap di gundukan pasir dan badannya jatuh ke depan.

“Hei... dia gagal.. hahaha!!”

            Minjae tertawa melihat kegagalan Kei melakukan lompatan, diikuti oleh ejekan siswa lainnya. Kei masih tersungkur karena kakinya merasa kesakitan. Ia memegangi kakinya yang sakit akibat pendaratan yang salah. Pak Guru menyuruh beberapa siswa untuk membawanya ke UKS. SinB juga ikut membantu.

“Kau!! Kau lebih baik duduk manis saja di situ dan tertawa melihat teman baikmu!” ucap Euijin

“Diam kau, pecundang!”

            SinB mengacungkan jari tengah kearahnya, membuat Euijin terbakar amarah dan ingin menghajarnya. Akhirnya Kei dibawa oleh beberapa siswa ke ruang UKS. Sampai di UKS, Kei dibaringkan ke ranjang. Ia pun berterima kasih kepada siswa yang menolongnya. Kei ditinggalkan sementara di ruangan itu. Sungjong teman sekelas Kei yang tidak larut dalam acara olok-olok tadi, masuk ke dalam ruangan dan menjenguk Kei.

“Apa kau tidak apa-apa??” tanya Sungjong

“Ah..Sungjong... apa kau ingin menghinaku??!!”

“Tidak akan... aku kasihan kepadamu... apa kau masih merasa kesakitan??”

“Iya...” Kei memegang kaki kanannya

            Sungjong memijit kaki kanan Kei yang sakit. Ia pun memijit bagian engkel yang dianggapnya sebagai pusat rasa sakit itu.

“Ahhh sakit...” Kei meringis kesakitan

“Oh... ini mungkin hanya terkilir...beberapa hari lagi kau pasti sembuh”

“Tapi rasanya seperti ahhhh... mau patah”

“Hahaha kau ini... sabarlah... hmmm ngomong-ngomong aku suka dengan jidatmu”

“Huh... jidat lagi... aku tidak akan percaya pujianmu” kesal Kei

“Aku bersungguh-sungguh... jidatmu yang lebar itu membuat kau tampak cantik... aku menyukainya”

“Hmmm benarkah??”

“Iya..”

“Ahh terima kasih..kau adalah lelaki yang baik.. tidak seperti mereka yang selalu menghinaku”

“Lupakan saja hinaan mereka...anggap saja jidatmu adalah jimat keberuntungan bagimu”

“Ahh.. kau ini”

            Kei mencubit tangan Sungjong yang menyindir jidatnya. Sungjong mulai menaruh hati pada Kei. Menurutnya ia gadis yang tegar dan kuat meski banyak ejekan menerjang dirinya. Kei merasa tersanjung oleh bantuan kecil yang diberikan oleh Sungjong.

            Keesokan harinya, Kei berjalan menuju perpustakaan menggunakan tongkat karena kaki kanannya masih terkilir. Ia mencari salah satu buku dan membawanya. Kei mencari kursi yang nyaman untuknya.

“Bolehkah aku duduk di sini??” ucapnya

“Iya, silakan”

            Kei duduk di samping siswa yang sedang membaca, menaruh tongkat ke lantai dan membuka buku perpustakaan. Ia membaca dengan santai, kata demi kata mulai terserap ke dalam pikirannya. Beberapa materi mulai ia pahami. Tetapi ada seorang siswa membawa surat dan memberikannya kepada Kei.

“Kei, ada surat darimu..”

“Dari siapa??”

“Seorang laki-laki.. tapi dia tidak menyebutkan namanya”

“Baiklah.. terima kasih”

            Lalu Kei membuka surat itu dan membacanya

“Kei... apa kau sudah merasa baikan???
Aku ingin melihat wajah indahmu lagi...
Aku ingin melihat senyummu yang selalu
kau pancarkan setiap hari karena aku menyukainya ^^
tetap semangat dalam menjalani hari-harimu dan tetap tegar
Selamat pagi
*kecup jidatmu*
.

-Dari aku yang selalu mendukungmu”

            Kei mulai penasaran oleh pengirim surat itu dan bertanya-tanya dalam hati

“Kenapa dia suka sekali memujiku?? Apa dia benar-benar menyukaiku??”

            Waktu membacanya terganggu karena surat itu, membuatnya lupa sampai halaman mana yang terakhir ia baca. Kemudian SinB masuk ke dalam perpustakaan dan mendekati Kei

“Kei... bel jam pelajaran akan berbunyi... kenapa kau masih di sini?? Sebaiknya kau harus masuk ke kelas sekarang..”

“Iya... aku akan ke sana”

.

.

            Sepulang sekolah, Kei berjalan menuju toilet dengan langkah yang terpincang-pincang. Tanpa disadari, Euijin dan 2 temannya mengikutinya dari belakang. Kei masuk ke dalam toilet dan membasuh wajahnya, sekedar berkumur untuk membersihkan mulut yang kering. Lalu Kei melihat cermin dan betapa terkejutnya 3 orang tanpa diundang muncul secara tiba-tiba.

“Rupanya kau di sini... ingin berdandan rapi setelah pulang sekolah ya??” tanya Euijin dengan melipat tangannya

“Euijin... berapa kali aku katakan kepadamu untuk tetap menjauhiku!”

“Menjauhimu??? Buat apa...??? aku ingin menjadikanmu gadis yang lemah di sekolah ini!! Aku muak melihat wajah imutmu!!”

“Jadi begitu?? kau bersekolah di sini dan datang hanya untuk menindasku, begitu?!!” suara Kei mulai meninggi

“Kau mulai menantangku lagi, hah??!! Teman-teman pegang dia”

“Hei!!! ada apa ini?”

            Minjae dan Nahyun memegangi tangan Kei dan membuang tongkatnya jauh-jauh. Kei tidak bisa berbuat banyak. Ia sulit melepaskan cengkeraman dari kedua anak nakal itu.

“Kau ini!! Benar-benar menyebalkan!!” Euijin mencekik leher Kei dan menampar kedua pipinya

“Argghhh!!! Kau gadis pecundang! Cuih~~” Kei meludahi wajah Euijin

“Anak bodoh!!” Euijin menampar Kei lagi

            Nahyun menjambak rambut Kei. Euijin mengambil spidol yang ada di kantungnya

“Apa yang kita lakukan, bos??” tanya Minjae dengan memegang kuat tangan Kei

“Tunggu sebentar.... Nahyun, bekap mulutnya”

“Baik”

            Lalu Euijin menuliskan sesuatu ke jidat Kei. Kei berontak dan ingin melarikan diri dari kejahilan yang mereka buat. Kedua teman Euijin tertawa terbahak-bahak karena merasa puas menganggunya selama seharian. Kemudian Euijin mendorong tubuh Kei hingga terjatuh dan pergi dari toilet bersama teman-temannya. Lalu Kei bangkit dari lantai yang dingin dan melihat dirinya di cermin.

“TIDAAAKKKKK!!!! Hiks~”

            Kei memegang jidatnya dan menangis. Euijin menuliskan kata “PECUNDANG” di jidatnya. Hatinya terguncang dan tangisannya tak bisa berhenti. Lalu Kei membersihkan tulisan itu dari jidatnya dan berjalan pulang dengan seragam yang kotor juga langkah yang semakin pincang.

            Malam harinya, Kei menjadi malas belajar karena memikirkan masalah yang terus membayangi dirinya. Tangannya menjadi kaku, buku dan pulpen tak tertata rapi di meja belajarnya. Kei hanya menelungkupkan tangannya dan menidurkan kepalanya.

“Kei... apa kau tidak belajar??”

“Ahh, Ibu! Maafkan aku...” Kei langsung terbangun

“Kei... harusnya kau belajar malam ini... bukan bermalas-malasan”

“Iya, Bu... aku lupa”

“Sekarang belajarlah untuk masa depanmu dan jangan malas.... Ibu tidak ingin kau menjadi bodoh”

“Baik, Bu”

            Sang Ibu menutup pintu kamar anaknya dan membiarkannya belajar. Kei mengurungkan perintah Sang Ibu, ia pergi keluar kamarnya dan menghampiri Ibunya.

“Ibu, aku ingin pergi ke rumah temanku untuk belajar kelompok”

“Baiklah...jangan pulang larut malam”

            Kei membawa beberapa buku dan memasukkannya ke dalam tas. Dengan berpakaian rapi, ia pergi dari rumah membawa tasnya dan tidak mengendarai sepeda. Kei berjalan di tengah sepinya malam sendirian tanpa ada yang menemani. Tetapi jalan yang dilewatinya bukan mengarah ke rumah temannya, melainkan jalan menuju sekolah. Kei masuk ke area belakang sekolah dan menaiki tangga sampai ke atap gedung. Kemudian ia berdiri di tepi gedung dan ingin bersiap-siap untuk bunuh diri. Gedung itu memang sepi, tiada seorangpun disana. Kei merenung dalam hati sebelum melakukan tindakannya

“Semuanya.... maafkan aku... aku sudah lelah dengan hidup ini... aku lelah di caci maki oleh siapapun.. aku tidak mau lagi hidup dalam masalah yang terus membunuh kehidupanku.. aku ingin pergi dari dunia ini untuk selamanya...”

            Airmatanya menetes untuk terakhir kalinya. Hatinya sudah siap pada rencananya.

“Dunia, selamat tinggal” Kei sudah menurunkan satu kakinya ke bawah gedung

            Tiba-tiba, ada tangan asing yang menarik Kei dari belakang, sehingga nyawa Kei tertolong.

“Apa yang kau lakukan??!!! Apa kau sudah gila?!! Beraninya kau mengakhiri hidupmu seperti itu!” seru Sungjong

“Tidak...!!! Tidak!!! Lepaskan aku!!!” Kei menangis sejadi-jadinya dan berontak ingin melepaskan diri dari dekapan Sungjong

            Tubuh Kei akhirnya lemas dan jatuh, Sungjong masih memeluknya. Ia tidak ingin teman kecilnya pergi begitu saja.

“Sebenarnya apa yang terjadi kepadamu???” tanya Sungjong

“Aku.... aku... hiks~” Kei tak mampu berkata-kata karena masih larut dalam tangisnya

“Katakan saja...”

“Aku terus dihina... oleh teman-teman karena jidatku lebar... hiks~”

“Ya ampun, Kei... kau ini... anggap saja hinaan mereka hanyalah omong kosong.., kau terus berjalan ke depan dan abaikan orang-orang yang tidak menyukaimu...”

            Kei tetap menangis. Sungjong membantunya berdiri dan menyeka airmatanya.

“Kau cantik sekali.. air mata indahmu keluar membasahi wajah cantikmu...”

“Benarkah??? Apa aku terlihat cantik??” isak Kei

“Iya... aku menyukainya...”

“Ah terima kasih..”

            Kei menundukkan kepalanya karena malu oleh perkataan Sungjong. Ia luluh oleh ucapannya karena selama ini hanya hinaan yang selalu ia dapatkan hampir setiap hari.

“Kei... aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu”

“Apa??”

“Aku mencintaimu... aku mencintaimu karena kau adalah gadis yang kuat dan tegar.. aku mengagumi sifatmu itu.. dan aku juga ingin menjadi pengisi kekosongan hatimu”

“Sungjong...kau??”

“Iya.. aku bersungguh-sungguh”

            Pernyataan cinta Sungjong tak bisa ditolak oleh Kei. Ia menerimanya dengan sepenuh hati. Mereka saling berpelukan dan berjanji untuk menjaga satu sama lain, begitupun juga Sungjong yang ingin menjaga Kei dari segala ancaman yang menimpanya. Sungjong mengecup jidat Kei untuk pertama kalinya, Kei pun membalasnya dengan ciuman di bibir Sungjong. Akhirnya mereka memulai hubungan istimewa dari sekarang.

            Keesokan paginya, Kei berjalan menuju kelasnya tanpa ditemani oleh teman sebangkunya. Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh Euijin dan teman-temannya.

“Mau masuk kelas, nona cantik???”

            Kei tetap berjalan tanpa menghiraukan perkataan Euijin, tiba-tiba tangannya tertarik oleh gadis nakal itu

“Mau pergi kemana??? Kemarilah dan berbicara denganku!”

            Mata Kei tetap fokus ke depan dan tak menghiraukan perkataan Euijin

“Kalau kau tetap bersekolah di sini?? Aku akan mengusirmu, mengerti??!!”

            Kei tidak mau membuka mulutnya untuk Euijin. Ia merasa hari-harinya sudah cukup lelah menghadapinya

“Jawab aku!!!”

            Euijin yang hendak menampar, tiba-tiba tangannya tertahan oleh Sungjong. Sungjong tepat pada waktunya menyelamatkan Kei dari siksaan Euijin.

“Sungjong, apa yang kau lakukan??!! Jangan mencampuri urusanku!”

“Lepaskan dia!!! Biarkan dia pergi!!”

“Lebih baik diam dan....”

            Sungjong menampar pipi Euijin hingga kemerahannya. Euijin memegangi pipinya dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia menyerah dan menyingkir bersama teman-temannya. Lalu Sungjong menanyakan keadaan Kei.

“Apa kau tidak apa-apa??”

“Tidak apa-apa... terima kasih sudah menyelamatkanku”

“Iya..”

            Mereka saling melempar senyum sebelum meninggalkan koridor. Bel masuk kelas berbunyi, para siswa masuk ke dalam kelas masing-masing. Kei segera duduk dan bersiap untuk menerima pelajaran. Lalu SinB menanyakannya

“Hei.. aku melihat lelaki itu sedang melindungimu tadi... apa dia pacarmu??”

“Tidak... dia adalah teman baikku”

“Tapi kalian cocok sekali menjadi pasangan kekasih... aku ingin melihat kalian menikah” senyum SinB

“Ah, bisa saja” Kei mencubit pipi SinB

-END-

(gimana ceritanya??? Aneh apa keren??? Maaf juga kalo ceritanya melenceng dari judul di atas :). Aku juga mohon pencerahan dan pembelajarannya untuk hal membuat FF… kalo mau kontak aku, mention aja ke twitterku (sudah ada di bagian Author)… Kamsahamnida Yeoreobun yang sudah membaca… :D     

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
StenzMcMelon #1
Keren..