THE GIFT

[FORBIDDEN LOVE STORIES] THE GIFT

-Author POV-

Seoul, January 31st, 1998

            Di sebuah sekolah, banyak anak kecil berlarian di tengah halaman. Mereka menyempatkan waktu istirahat untuk bermain atau sekedar duduk-duduk. Di tengah keramaian itu, tampaklah sepasang anak perempuan kecil sedang bermain kejar-kejaran. Mereka tampak bahagia dan gembira meski mereka bermain tidak bersama dengan teman-teman lainnya. Kemudian anak perempuan itu terjatuh ke tanah.

 “Aduh....” sahut anak perempuan itu

“Seolhyun, kau tidak apa-apa???” lalu temannya menghampirinya

“Iya.. tapi...” anak perempuan itu memegang lututnya yang terluka

“Sini..aku bantu kau berdiri.. aku akan membawamu ke Bu Guru”

“Baik, Hyejeong....”

            Hyejeong membawa Seolhyun ke kelas. Seolhyun berjalan dengan tertatih-tatih sehingga ia memegang bahu Hyejeong. Sesampainya di sana, mereka bertemu Bu Guru yang sedang duduk di meja kelas.

“Ada apa ini?? Hyejeong, dia kenapa??” Bu Guru pun terkejut melihat keadaan Seolhyun

“Dia terjatuh, Bu. Lututnya terluka” balas Hyejeong

“Baiklah, tunggu disini.. aku akan mengambil kotak obat”

            Bu Guru pergi ke kantor guru untuk mengambil kotak obat, sementara Hyejeong memberikan kursi kepada Seolhyun dan membantunya duduk.

“Ahhh... sakit” ringis Seolhyun memegang lututnya

“Sudahlah, Seol... kau harus bersabar” ucap Hyejeong sambil mengusap rambutnya

            Hyejeong menatap teman baiknya dengan penuh kasih sayang, ia melihat mata Seolhyun sedikit berkaca-kaca. Hyejeong mengusap matanya agar airmatanya tidak jatuh. Seolhyun merespon perbuatannya

“Hyejeong, kau adalah teman baikku... aku suka dengan kebaikanmu”

“Iya, terima kasih.. kau juga adalah teman baikku.. aku menyayangimu”

“Aku ingin kau tetap selalu ada di sisiku...”

“Iya, aku tahu itu”

            Seolhyun mengenggam erat tangan Hyejeong, seakan tidak ingin kehilangan teman baiknya. Begitu juga dengan Hyejeong yang masih mengusap rambut halus Seolhyun. Kini mereka menjadi sahabat sejati dan tidak akan pernah saling melupakan satu sama lain.

 

Seoul, February 13st, 2015

            Angin berhembus kencang meniupkan tanaman yang berada di tepi balkon, pintu balkon dibiarkan terbuka mengizinkan angin masuk ke dalam ruangan. Sinar matahari menyorot seorang perempuan yang tertidur lelap bagaikan sang putri tidur, mengenakan kemeja putih kebesaran dan wajahnya anggun nan mempesona. Lalu dia terbangun dan matanya sedikit terbuka melihat cuaca di luar.

-Author POV end-

 

-Seolhyun POV-

            Aku mengucek mata dan berjalan ke balkon untuk melihat pemandangan yang indah di pagi hari. Lalu kuarahkan pandanganku ke atas langit melihat kumpulan awan putih berkumpul menjadi satu. Sesekali aku merenungkan tentang persahabatanku dengan seorang perempuan yang kukenal sejak kecil.

-Flashback-

            Bunyi bel pulang sekolah memecah keheningan di setiap kelas. Para siswa berhamburan keluar dari gedung sekolah untuk menuju rumah masing-masing. Di tengah keramaian itu, ada seorang perempuan yang menarik perempuan di sebelahnya dan membawanya ke pinggir gerbang sekolah.

“Seolhyun, ada yang ingin aku sampaikan kepadamu...”

“Ada apa??” Seolhyun penasaran mendengar ucapan Hyejeong

“Sebentar lagi, kita akan lulus SMP....hmmmm”

“Iya, aku tahu.. tapi kenapa wajahmu menjadi sedih?”

“Setelah lulus SMP, aku akan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan SMA...maafkan aku”

“Hyejeong, aku tidak ingin kehilanganmu... bisakah kau menunda kepergianmu itu??”

“Tidak bisa... maafkan aku, Seolhyun.. kau harus tahu itu.. tetapi aku tetap menghubungimu jika ada waktu luang” Hyejeong memegang pundaknya

“Tidak mau...” Seolhyun langsung membuang tangan Hyejeong dari pundaknya

“Seol... kau harus bertindak dewasa, jangan seperti anak kecil”

“Tidak mau... pokoknya kau tidak boleh pergi” ekspresi Seolhyun berubah menjadi cemberut

“Tapi, Seol.....”

“Ah, sudah... aku lelah berbicara denganmu.. aku pergi”

            Seolhyun pergi meninggalkan Hyejeong dengan kesal. Ia tak mau sahabatnya pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Ia juga tak rela sahabatnya menjauhi dirinya dan ingin tetap selalu ada di sisinya.

-Flashback End-

            Aku masih mengingat wajahnya sejak kejadian itu. Itulah terakhir kali aku bertemu dengannya. Aku ingin bertemu dengannya lagi dan berkumpul bersama suatu saat nanti, seperti awan di atas sana.

.

.

            Cuaca di pagi hari ini cukup sejuk dan nyaman. Lalu aku berganti pakaian dan melangkahkan kakiku ke luar rumah untuk berjalan-jalan santai. Aku menyusuri setiap jalan yang kulewati dan melihat aktivitas setiap orang. Pandanganku tertuju pada kursi pejalan kaki yang di duduki oleh 2 perempuan itu. Aku melihat mereka tampak akrab dan saling berpelukan. Mereka juga melempar senyum satu sama lain. Aku berpikir perempuan itu merindukan sahabatnya sudah sangat lama. Aku ingin momen seperti itu, merindukan sahabatku yang jauh di sana. Tiba-tiba, langit berubah menjadi gelap pertanda akan turun hujan. Aku langsung mempercepat langkahku dan pulang ke rumah. Saat aku berjalan, tubuhku tertabrak oleh seorang perempuan. Buku yang dibawanya jatuh ke bawah. Lalu aku mengambilnya dan mengembalikannya.

“Maafkan aku...”

“Iya, terima kasih”

            Aku melihat wajah perempuan itu, wajahnya tidak asing bagiku. Ternyata dia adalah sahabatku sendiri.

“Hyejeong..???”

“Seolhyun..???”

“Kau... sudah kembali” aku memeluknya dengan erat sebagai tanda kerinduan

“Iya.. aku juga merindukanmu” dia membalas pelukanku dan tersenyum kepadaku

            Hyejeong melihat wajahku dan mengelus pipiku

“Kau makin cantik sekarang...” ucapnya

“Ah.. kau juga...”

“Oh ya, hari ini akan turun hujan.. maukah kau ikut bersamaku ke apartemenku??”

“Boleh... aku ikut”

            Dia mengajakku ke apartemennya. Aku mengira dia masih tinggal bersama orang tuanya. Aku mengikuti langkahnya menuju apartemennya. Hujan rintik-rintik membasahi tanah yang tadinya kering. Kami memutuskan untuk berlari sampai tujuan. Sedikit demi sedikit, tetesan air hujan membasahi pakaian kami. Kami tidak mengenakan jas hujan atau menggunakan payung. Setibanya di sana, kami masuk ke dalam apartemen Hyejeong dan duduk di sofa yang empuk. Hyejeong bertanya kepadaku.

“Apa kau mau segelas teh hangat??”

“Baiklah... ”

            Dia menuju ke dapur untuk membuat teh hangat. Aku melihat pemandangan di kamar apartemennya tampak minimalis, seperti apartemen biasa. Beberapa foto terpajang di dinding membuatku penasaran ingin melihatnya. Lalu aku melihat satu foto yang menarik perhatianku. Itu adalah foto kenangan diriku dan Hyejeong pada saat masih sekolah. Kami tampak lucu pada waktu itu, terlihat perban yang melekat di lututku. Perban itu kudapatkan pada saat aku terjatuh waktu bermain kejar-kejaran. Tampak jelas senyuman kami terpancar di foto ini.

“Seolhyun.. apa yang kau lakukan??”

“Oh.. maafkan aku”

            Tiba - tiba, dia memanggilku dengan membawa dua gelas teh hangat. Lalu aku bergegas duduk kembali. Dia memberikan segelas teh hangat kepadaku lalu meneguknya dengan tenang.

“Sejak kapan kau kembali ke Korea??” tanyaku

“Aku kembali ke sini sejak 5 hari yang lalu...aku ingin menghabiskan waktu liburanku selama sebulan”

“Oh.. begitu.. kenapa kau tinggal di apartemen?? Bukannya kau tinggal bersama orang tuamu??”

“Aku ingin menjadi anak yang mandiri... aku tidak mau bergantung pada orang tua”

             Aku mulai mengerti apa yang diucapkannya. Sejak SMP, dia bekerja paruh waktu untuk menghidupi kebutuhan hidupnya. Tidak sepertiku yang manja dan masih butuh bantuan oleh orang tua. Aku menyukai sifatnya seperti itu. Lalu kugenggam tangannya dan menatap wajahnya.

“Kau sungguh cantik...”

“Terima kasih..” ucapnya dengan wajah yang mulai memerah

“Aku mencintaimu..”

“Apa yang kau bilang??!!” sontak dia terkejut mendengar ucapanku yang serius

“Oh.. maafkan aku, aku tidak sengaja” aku menundukkan kepala

“Tidak apa-apa... tapi itu terdengar aneh bagiku..seharusnya kau mengatakan itu kepada laki-laki yang kau cintai.. bukan aku”

“Iya, aku tahu itu..”

            Aku mulai sadar apa yang kuucapkan. Aku tidak ingin bercinta dengan sahabatku sendiri karena dia adalah sosok yang berharga bagiku. Lalu aku bertanya kepadanya lagi

“Apa kau sudah mempunyai pacar??”

“Hmmm... belum.. aku masih fokus dengan kuliahku.. kenapa??”

“Tidak apa-apa”

“Kau ini kenapa?? Apa kau sedang ada masalah??”

“Tidak ada, Hyejeong.. aku baik-baik saja.. percayalah” aku melemparkan senyum kecil kearahnya

            Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, hujan mulai reda. Aku berpamitan kepadanya dan pulang ke rumah. Tak ada yang seru dari obrolan kami, tampak biasa saja. Tiba-tiba kata rayuan keluar dari mulutku secara tak sadar. Aku menjadi bingung dengan semua ini. Pikiranku terasa berat. Aku tidak mau membawa sahabatku ke dalam cinta yang penuh dosa. Aku ingin persahabatan ini menjadi lebih baik.

 

February 14th, 2015

            Hari ini adalah hari Valentine, hari dimana setiap orang mengungkapkan perasaan cinta kepada pasangannya. Hari ini? Seperti biasa aku di rumah membaringkan badanku ke tempat tidur, bermalas-malasan di tengah momen yang istimewa. Tetapi pikiranku tertuju kepada satu sosok yang berharga bagiku, yaitu sahabatku. Aku khawatir dia akan marah atau kesal padaku karena ucapanku kemarin. Jadi aku memutuskan untuk pergi keluar dan membelikan kado untuknya. Tak ada salahnya mengungkapkan perasaan kasih sayang kepada sahabat sendiri di hari Valentine, meskipun kebanyakan hari Valentine dirayakan dengan pasangan hidup masing-masing. Kemudian aku pergi ke apartemennya dan mengetuk pintunya

“Siapa??” ucapnya dengan membuka pintu

“Ini aku...” aku memberikan senyuman kepadanya

“Oh, Seol.... ada apa?”

            Aku memberikan kado dan menyuruh untuk membukanya. Ekspresinya berubah ketika ia melihat isi dari kado itu, yaitu kalung liontin berbentuk hati. Lalu ia memakai kalung itu.

“Terima kasih, Seol... kau adalah sahabatku yang terbaik” ujarnya sambil menitikkan air mata

“Iya.. sama-sama.. kau juga adalah sahabatku yang terbaik”

            Lalu dia memelukku dengan erat. Aku menyukai momen seperti ini, seorang sahabat kagum dengan buah tangan sahabatnya. Sebenarnya kado yang kuberikan adalah bentuk permintaan maaf sekaligus rasa terima kasih karena dia menolongku waktu kecil. Aku pun ikut terharu.

“Hyejeong, aku mohon jangan tinggalkan aku.... tetaplah di sini”

“Seolhyun...aku tahu itu... tapi urusanku jauh lebih berarti.. maafkan aku”

“Tapi aku membutuhkanmu...” airmataku mulai berlinang

“Iya, Seol sayang.. aku tetap menghubungimu.. aku berjanji”

            Kemudian aku melepaskan pelukannya, aku menatap matanya yang indah meskipun airmata membasahi pipinya

“Kau cantik sekali.. aku menyukaimu”

“Iya... kau ini kenapa?? Kau terus mengatakan itu kepadaku”

            Perasaan cintaku kepadanya sudah melewati batas. Lalu aku mendekatkan bibirku ke arah bibirnya dan bibir kami saling bertautan. Aku mengecup bibir atasnya, tidak ada respon darinya. Dia pun menjadi bingung.

“Seol.. kenapa kau menciumku???”

“Aku mencintaimu, Hyejeong.. aku ingin kau menjadi teman hidupku untuk selamanya”

“Kau....”

            Dia tampak luluh dengan ucapanku. Lalu kami berciuman tanpa ragu - ragu dan terus melancarkan ciuman yang romantis. Dia mengajakku ke kamarnya untuk berduel dalam arena yang penuh cinta. Kami terus berciuman sampai terjatuh ke atas ranjangnya. Dia mencium bagian depan tubuhku hingga aku menggeliat

“Ahhh... Jeong-ie...so sweet”

            Kemudian ia membuka pakaianku hingga tak terbalut kain sedikitpun

“Kau sangat seksi sekali... aku menyukai tubuh indahmu” dia meraba dadaku yang besar dengan jari-jari mulusnya

“Terima kasih... tunjukkanlah milikmu”

            Dia menuruti kemauanku dan melepaskan semua pakaiannya, menampakkan tubuhnya yang indah nan mempesona dihadapanku

“Milikmu cukup besar juga....”

“Kau ini...” dia tersenyum mendengar ucapanku

            Lalu aku meraba dadanya dan menjilati putingnya. Dia mendesah dengan lembut dan mengelus rambutku. Aku mengulum dadanya dan membasahinya dengan ludahku. Dadanya yang besar membuatku tergoda ingin memainkannya, begitupun sebaliknya. Dia mengulum dadaku dan meremasnya dengan kuat. Aku merasa seperti melayang di angkasa, ini sungguh nikmat.

“Kemarilah...”

“Hmmpphhh~~”

            Dia menyambar bibirku dengan ciuman ganasnya, aku terkejut dia tiba-tiba berubah seperti ini. Rasa sayangnya kepadaku sudah melewati batas. Aku berpikir dia merindukanku sudah sangat lama, dia benar-benar butuh seseorang yang bisa menghibur dan menemaninya disaat dia sibuk, mungkin orang itu adalah aku.

“Seol... kau memang mencintaiku tapi aku benar-benar mencintaimu.. aku menyayangimu”

“Jeong-ie...aku juga..”

“Bolehkah aku masuk ke dalam duniamu??”

“Boleh”

            Kami memulai permainan yang menggairahkan. Aku membaringkan tubuhku dan membuka paha dengan lebar. Lalu dia membenamkan kepalanya dan menjilati bagian luar milikku. Aku merasa geli dan menggeliat seperti ulat. Aku memegangi kepalanya agar jilatannya makin nikmat, lidahnya menari-nari di dalam milikku.

“Ahhh.. sayang, lebih dalam..”

            Lidahnya semakin dalam memasuki liang milikku. Aku merasakan nafsu yang cukup kuat darinya, seakan-akan aku tak berdaya melawannya. Dia pun beranjak dari lubangku dan mencium bibirku dengan ganas. Aku meremas dadanya dan mencubit putingnya.

“Seol Baby... come to my world..”

            Dia membaringkan tubuhnya dan menunjukkan betapa indah miliknya. Ia ingin lubangnya dimanjakan oleh lidah lembutku. Lalu aku menjilati miliknya sambil meremas dadanya. Dia membantu meremas dadanya. Sedikit demi sedikit aku tularkan nafsu kepadanya hingga membuatnya kecanduan. Aku menusukkan 2 jariku ke dalam miliknya

“Ahhh sakit... uhhh”

“I love u, baby”

            Perlahan-lahan dia tampak menikmatinya. Aku menusukkan lubang miliknya lebih dalam dengan hentakan sedikit cepat. Dia merasa kesakitan, tangannya meremas kasur dengan kuat seakan ingin robek, tetapi aku menyuruhnya untuk diam. Kemudian aku mengeluarkan jariku dari lubangnya dan mengusapkan ke mulutnya. Dia menjilati jariku bekas miliknya.

“Sekarang mau apa??” tanyaku

“Mau lebih bergairah??”

“Seperti apa??”

“Seperti ini....!”

“Hei...!!”

            DIa menarikku ke tengah ranjang dan tubuhku tertindih olehnya. Dia menciumku dengan lembut dan aku pun membalas ciumannya. Ciumannya seperti artis yang melakukan adegan percintaan yang menantang. Nafsunya begitu membara. Aku pun tidak mau kalah. Aku mengulum bibir atasnya dan membasahinya dengan ludahku. Lidah kami saling berduel di dalam mulut. Aku mengelus punggungnya yang halus, dia sangat seksi bak model. Aku meraih kedua dadanya, mengulum putingnya dalam-dalam dan mengigit pelan putingnya.

“Ahhhh... itu sakit..kau bodoh”

            Aku tertawa kecil mendengar gurauannya. Itu tampak lucu bagiku. Dia menarik tubuhku dan menyandarkanku ke headboard ranjangnya. Lalu dia menatapku

“Kau siap dengan serangan selanjutnya??”

“Baiklah...aku siap”

            Tiba-tiba dia menusukkan 2 jarinya ke dalam milikku tanpa berpikir panjang. Itu sangat sakit sekali, rasanya seperti ditusuk paku. Jari-jari besarnya menghentakkan dengan irama yang cepat. Dia membuatku semakin tersiksa, tak ada cara lain untuk menandingi nafsunya

“Ahh... pelan-pelan... ini sakit sekali”

“I love u... i love u, baby... i love your f*****g hole” ujarnya dengan tusukan lebih kencang

“Ahhh uhhhh”

            Aku merasakan milikku akan mengeluarkan cairan yang banyak. Aku mulai tak tahan lagi. Dia terus menyerangku tanpa henti. Aku menyuruhnya untuk berhenti tetapi permintaanku terus dibungkamnya dengan ciuman di bibirku agar aku ikut menikmatinya. Serangannya bukan hanya itu saja. Ia meremas dadaku lalu melintirkan putingku. Itu membuatku semakin terangsang dan merasa klimaks. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Cairanku menyembur keluar dengan banyak dan membasahi kasurnya, tangannya menjadi basah. Tanpa rasa jijik, ia menjilati cairanku dan memberikannya kembali ke mulutku

“Seol Baby... aku menyukaimu... kau luar biasa”

“Kau juga, Jeong-ie.... tapi kau tak mau mendengar permintaanku” aku menepuk lengannya

“Biarkan saja”

            Kami berciuman sebagai tanda kasih sayang. Semakin lama persahabatan ini mengarah ke percintaan terlarang. Sebenarnya aku tak mau menjadi seperti ini, tetapi aku tetap menerimanya karena dia adalah sahabatku.

.

.

            Pagi harinya, aku melihatnya sudah tidak ada di ranjangnya. Aku berpikir dia sudah kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan kuliahnya. Hatiku merasa cemas, secepat itukah dia meninggalkan aku? Dia mengingkari janjinya untuk menjagaku dan menemaniku. Aku mengambil selimut untuk menutupi tubuhku yang telanjang, ku berjalan keluar kamar dan menuju dapur. Sampai di sana, aku melihat sahabatku sedang membuat kopi hangat, masih menampakkan tubuh telanjangnya.

“Hyejeong, kenapa kau masih seperti ini? Permainan kita sudah selesai, bukan?” tanyaku dengan heran

“Hmmm belum...” dia membalas dengan senyuman

“Sudahlah... aku pikir permainan kita cukup sampai disini.. aku tidak mau...” ucapanku dibungkamnya dengan jari telunjuknya

“Seol... tidak apa-apa.. tidak ada seorangpun yang tahu tentang persahabatan kita.. aku ingin menginginkan lebih dari ini”

“Hyejeong....”

            Dia menghampiriku dan membuka selimutku. Aku terkejut dengan perbuatannya. Lalu dia membuang selimutnya dan melihat tubuh telanjangku. Sepertinya dia menginginkan permainan tambahan.

“Mulai sekarang... kau adalah teman hidupku, aku ingin kau tidak menghilang dari penglihatanku dan hatiku.. aku mencintaimu, Kim Seolhyun”

“Aku juga, Shin Hyejeong... terima kasih sudah menjadi pelindungku.. aku juga mencintaimu”

            Kami berciuman bibir dan meraba tubuh satu sama lain. Persahabatan ini berubah menjadi percintaan terlarang. Aku mulai menerima pernyataan cintanya meski percintaan ini tidak wajar. Tetapi kami berjanji untuk saling menjaga satu sama lain. Kemudian dia melepaskan ciuman dan mengambil sesuatu di laci dapur. Benda itu mirip milik seorang laki-laki

“Berbaliklah...”

“Untuk apa??”

“Sudah lakukan saja”

            Dia menyuruhku untuk membalikkan badan. Aku memegang meja dan menunggu apa yang dia lakukan selanjutnya

“Apa kau siap??”

“Siap untuk apa??”

“1...2...3!!”

“AHHHH SAKIT!!!” pekikku seraya dia menancapku benda itu ke dalam bokongku

-END-

(gimana ceritanya??? Aneh apa keren??? Maaf kalo aneh, soalnya baru belajar bikin FF hehehe. Maaf juga kalo ceritanya melenceng dari judul di atas :). Aku juga mohon pencerahan dan pembelajarannya untuk hal membuat FF… kalo mau kontak aku, mention aja ke twitterku (sudah ada di bagian Author)… Kamsahamnida Yeoreobun yang sudah membaca… :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Junheey
#1
Chapter 1: bagus ceritanya seru.. tapi aku rada kaget pas liat kenapa ada iykwim nya wakak harus nya ini rated m hehe. '-'