Everlasting Love

Everlasting Love
Please log in to read the full chapter

“Aku akan jadi perempuan paling bahagia sebulan lagi” ucap seorang gadis manis yang bernama Krystal itu, seraya melemparkan senyum yang terus mengembang dalam pelukan seorang laki-laki di sampingnya.

“Memangnya kenapa?” Tanya laki-laki itu melirik tajam ke arah Krystal seraya membalas dengan senyum simpulnya.

“Karena sebulan lagi, aku akan selalu bersamamu, dan kamu pun akan selalu bersamaku” balas Krystal bersemangat.

Laki-laki yang diketahui bernama Kim Jongin itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Krystal yang terkesan manja.
Keduanya telah menjalin kasih sejak 3 tahun lalu saat keduanya masih di bangku kuliah hingga masing-masing sudah punya pekerjaan, Krystal adalah seorang sekretaris di sebuah perusahaan asing yang terbilang besar ketika itu, sedangkan Jongin sendiri lebih memilih mengabdikan dirinya sebagai pemain sepak bola terkenal  yang merupakan cita-citanya dari kecil. Mereka memutuskan untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang yang lebih serius, kala teman-temannya satu persatu mendahului mereka untuk menikah.

Segala persiapan, sedikit demi sedikit mereka lengkapi dari mulai gaun, lokasi resepsi hingga menyebar undangan.
Hingga suatu hari, Jongin mendapat panggilan dari salah satu teman di timnya untuk datang bertanding di Jepang, hanya pertandingan persahabatan biasa, bisa saja Jongin tidak datang dan menolaknya namun bukan Jongin namanya kalau akan melewatkan salah satu hobinya itu, disamping sepak bola adalah keahliannya namun itu juga merupakan hiburan untuknya dan berkumpul dengan teman-temannya. Juga disana ia akan menjemput ommanya yang sedang berkunjung ke saudaranya.

“Kamu jangan lama-lama ya disana!!!” Rujuk Krystal nampak murung.

“Selesai bertanding, aku janji akan segera kembali ke Seoul bersama ommaku” jawab Jongin meyakinkan Krystal yang terus menangisi kepergiannya ketika di bandara saat menghantarkan kepergiannya guna bertanding sekaligus menjemput ommanya beserta sanak saudara yang masih di Jepang itu.

“Janji ya, pokoknya kalau kamu ga kembali, aku yang akan susulin kamu ke Jepang” sambung Krystal tegas.

Lagi-lagi Jongin hanya tersenyum, dan tak berapa lama Jongin pun berangkat dengan pesawatnya, sementara Krystal masih tak rela nampaknya dengan kepergian calon suaminya tersebut.
Bagaimana tidak, hanya tinggal menghitung hari saja pernikahan mereka akan dilangsungkan, sementara persiapaan sudah rampung seluruhnya, banyak orangtua bilang calon pengantin tidak boleh bepergian saat pernikahannya akan segera dilangsungkan, karena biasanya akan mengalami malapetaka. Entahlah tapi yang jelas Krystal mempercayai hal itu dan sangat mengganggu pikirannya.

Seminggu berlalu, Jongin belum kembali ke Seoul, Krystal masih belum terlalu cemas, karena Jongin masih bisa dihubungi.
5 hari sebelum hari bahagia mereka, ketika Krystal menelpon Jongin, ia hanya bilang,
“nanti chagi, aku pasti akan kembali, aku masih harus memberi kabar ke semua temanku disini, mungkin 4 hari lagi aku pulang”.

Semakin hari Krystal bertambah gelisah, ia tak cukup tidur, bahkan makan pun enggan.
Hingga hari yang dijanjikan Jongin pun tiba, Krystal menyambut hari itu pun dengan gembira karena Jongin calon suaminya akan tiba, dan akan segera melangsungkan pernikahan mereka.
Namun rupanya hingga sore hari Krystal menunggu kedatangan Jongin, ia tak jua datang dan yang menambah kecemasan dan kepanikannya Jongin tak bisa dihubungi sama sekali kala itu.

Esok hari pesta pernikahan keduanya akan dilangsungkan, altar sudah digelar pada sebuah gereja yang dipilih jadi tempat keduanya mengikrarkan janji sehidup semati dalam ikatan suci pernikahan, tapi mempelai pria tak kunjung datang, Krystal masih dengan harapannya, setia menunggu Jongin.
Namun takdir berkata lain, hingga hari bahagia mereka tiba, Jongin tak juga datang dan sama sekali tak bisa dihubungi.
Otomatis pesta pernikahan yang keduanya persiapkan pun gagal total.

“Kenapa kamu tega jongin, kita sudah siapkan ini semua bersama, tapi kenapa kamu juga yang merusak semuanya” rintih Krystal tak kuasa menutupi kesedihan dan kekecewaanya pada laki-laki yang sangat dicintainya itu.
Seluruh kerabat dan saudara Jongin sejak hari itu seakan menutup diri dari Krystal tentang keberadaan Jongin yang tiba-tiba menghilang pada saat pesta pernikahannya akan dilangsungkan, bahkan saat Krystal mengunjungi kediaman orang tua Jongin, rumahnya nampak kosong dan kata salah seorang tetangganya, Jongin dan keluarganya sudah tidak menempati rumah itu sejak beberapa minggu terakhir.

Singkat cerita, setahun lamanya Krystal mencoba bangkit dan melupakan Jongin. Namun apa daya, Krystal sama sekali tak kuasa melenyapkan bayangan Jongin di benaknya bahkan cinta dan kerinduannya makin hari makin menggebu.

Puncaknya hari itu, Krystal mendapat jawaban baik dari salah satu kerabat Jongin perihal keberadaan Jongin yang menghilang sejak setahun terakhir. Krystal sangat gembira menyambut kabar tersebut, hingga ia seakan melupakan kekecewaannya pada lelaki yang membiarkannya setahun diliputi rasa malu dan kecewa yang mendalam beserta keluarganya.

Hari itu Krystal dengan perasaan yang bercampur aduk, dari bahagia, marah, juga kecewa dengan tekadnya hendak menuju ke alamat yang tertera pada secarik kertas yang ia dapat dari kerabatnya Jongin, yang ia harapkan adalah tempat dimana Jongin dan ommanya tinggal.

“KKamjong, aku akan memarahimu dan menghajarmu jika nanti kita bertemu, akan kubalas atas perbuatanmu padaku” Krystal meracau di sepanjang perjalanannya.

Dan akhirnya malam hari tepat pukul  10 malam Krystal sampai di alamat yang ia tahu alamat baru Jongin yang letaknya amat jauh dari pusat kota bahkan boleh dibilang letaknya berada di pinggiran kota yang masih nampak sangat sepi jika malam hari.
Dengan segera Krystal mengetuk pintu pada sebuah rumah yang terbilang paling besar itu, jika dibandingkan dengan hunian-hunian di sekitarnya.

“Selamat malam, permisi”
Krystal terus menyapa si penghuni rumah yang belum juga merespon kedatangannya.
Selang beberapa menit kemudian, keluarlah dari dalam seoarang wanita paruh baya, dan Ya, Krystal sangat terkejut juga bahagia dengan siapa ia berhadapan kala itu.

“Ommoni !!!”
Krystal coba membendung aliran airmata yang hendak keluar ketika omma Jongin membukakan pintu untuknya

“Krystal-ah…”
Hanya sepenggal sapaan yang mampu wanita paruh baya itu ucapkan, mulutnya seakan tak kuasa menguraikan kata-kata, entahlah mungkin kare

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet