Happy ending

Shadow - 60 Second

Part III (End)

Semenjak kejadian itu, kehidupan Eunji bisa dikatakan lebih baik. Bukan karena keluarganya yang mulai melirik dirinya dan bersikap ramah. Melainkan kehangatan yang diberikan Sungkyu melalui sentuhan tubuh selama 60 menit mampu memberikan energi dalam diri Eunji. Ia kembali merasakan bahwa memang ada yang peduli dengannya. Meskipun awalnya ia tak mengetahui siapa dia.

Lalu saat ini? Sungkyu bersyukur Sang Papa menginjinkannya untuk membongkar identitas dirinya yang merupakan seorang bayangan di depan Eunji. Entah mengapa, namun yang pasti Sang Papa tahu lebih banyak tentang manusia hingga ia secara khusus memberikan ijin.

“Kau harus istirahat di rumah Eunji-yaa..” bayangan bermata sipit itu berucap seraya memainkan batang rumput yang ia bawa. Beruntung hari ini ia tak memiliki jadwal, sehingga ia bisa menghabiskannya dengan menemani Eunji bekerja di cafe.

Gadis cantik itu hanya mengulas senyum tipis. “Kalau aku tidak bekerja, siapa yang akan memberikan eommaku uang?” sahutnya lirih sekali supaya orang lain tak mendengarnya.

Sungkyu duduk di atas meja. “Wanita itu masih bisa hidup tanpa kau beri uang. Kau harus istirahat. Kau terlihat sangat lelah.” Ungkapnya dengan nada menggebu-gebu.

Lagi-lagi Eunji hanya mengulum senyum tipis walaupun makhluk kasat mata itu tak terpantul di lensa kelamnya. “Kau ingin melihatku tambah tersakiti?” tanyanya lalu meninggalkan Sungkyu yang masih menggerutu karena sikap Eunji.

Setelah memastikan beberapa saat bahwa Eunji akan baik-baik saja, lantas bayangan itu terbang meninggalkan Eunji yang tampak bahagia dengan pekerjaannya.

∞∞∞

Berulang kali suara siulan terdengar merdu dari bibir tipis Sungkyu. Langkahnya terlihat begitu riang dengan sesekali senyum cerah mengukir manis di wajahnya. Ia bahkan tak peduli tatapan aneh yang diberikan Myungsoo. Adik tertuanya itu merasa heran dengan sang kakak.

Ah, ia lupa. Bahwa semua ini akibat gadis yang sangat ia cintai itu. Myungsoo tak habis pikir jika Sungkyu bisa jatuh cinta kepada manusia. Padahal baginya gadis-gadis dari golongan bayangan juga banyak yang cantik.

Tapi apalah itu, itu memang sudah terjadi di diri Sungkyu.

“Sepertinya ada yang sedang berbunga-bunga.” Sindir Myungsoo seraya memainkan bunga mawar putih di tangannya.

Sungkyu menoleh sejenak. “Siapa? Kau?” tanyanya acuh.

“Kok aku?” elaknya.

“Lalu siapa? Kan yang sedang main bunga kau.” Sahut Sungkyu enteng. Tubuhnya telah duduk sempurna di sebelah Myungsoo.

“Bukan aku! Tapi hyung.” Dengusnya kesal. “Ck, sepertinya kau memang sangat mencintainya jauh lebih dari manusia sebelumnya.”

Sungkyu tertawa pelan. “Yahh.... Setidaknya gadis itu memang pantas untuk aku cintai.” Lalu ia berbaring dengan tangan sebagai bantalan.

“Dia terlalu indah untuk terus menerima pesakitan. Setidaknya aku ingin memberitahu kepadanya bahwa ada orang lain yang masih peduli dengannya meskipun keluarganya sama sekali tak menyayanginya.”

“Kau bukan orang hyung!”

Sekilas mata sipit itu melirik Myungsoo. “Memang, tapi ‘kan sama saja.”

“Terserahlah!” sahutnya mengalah.

Sungkyu hanya mengukir senyum lalu kembali duduk. Dari tampangnya ia tampak seperti menemukan sesuatu yang bagus.

Myungsoo mendelik ketika melihat tubuh sang kakak tiba-tiba menghilang dari jarak pandangnya. Decak aneh mengumbar dari bibirnya dengan putaran bola mata malas.

∞∞∞

Papa....” Sungkyu mendekati sosok bayangan paruh baya itu. Senyumnya mengembang manis sekali. Bahkan mata segarisnya nyaris tenggelam di antara pahatan Tuhan yang terukir di wajahnya.

Papa menoleh. “Ada apa Sungkyu-ya?” kedua alisnya bertaut.

“Hmm.. Bolehkah aku bertanya?” Sungkyu duduk di hadapan Sang Papa. Tangannya memainkan bolpoin emas.

“Apa?”

Sebelum Sungkyu mengutarakan maksud kedatangannya, ia menghirup nafas dalam-dalam. Takut jika sang appa akan marah dengan pertanyaannya. Mengingat apa yang akan dipertanyakan ini sangat diluar kendali.

“Hm...” Sungkyu kembali menghirup nafas dalam. “Apa.... Papa bisa merubah manusia yang mati untuk menjadi bayangan?” Suara Sungkyu melirih di saat akhir.

Sang Papa tersentak dengan pertanyaan Sungkyu. Untuk sesaat ia terdiam lalu mengamati lamat-lamat wajah anak sulungnya. Ia beranjak dan menatap kosong jendela besar itu.

Menyadari perubahan yang terjadi pada Appa-nya, membuat Sungkyu menjadi merasa bersalah. Lantas ia segera berdiri dan menghampiri Mr. Kim. Yang paling Sungkyu takutkan jika Appanya akan murka dengan pertanyaan Sungkyu. Ia lupa, pertanyaan seperti sedikit sensitif bagi golongan bayangan. Karena pada dasarnya, bayangan dan manusia adalah makhluk yang berbeda.

Bayangan sipit itu menghela nafas dalam. Sorot dari mata sipit itu menatap apa yang menjadi objek pandang Appanya.

“Manusia dan Bayangan itu berbeda. Mereka tidak bisa bersama Sungkyu-ya.” Tutur Mr. Kim lembut.

Ia menunduk.

“Tempat mereka pun berbeda. Manusia akan selamanya menjadi manusia dan bayangan akan selamanya menjadi bayangan. Kau mengerti bukan? Kau bukan lagi anak kecil yang harus belajar itu Sungkyu.” Lanjutnya.

Paham, Sungkyu sangat paham dengan hal itu. Namun tak ada salahnya bukan bertanya? Mungkin saja sang Appa bisa melakukan itu. Mengubah roh manusia menjadi bayangan. Hey, tunggu sang appa bukanlah Tuhan yang bisa melakukan itu atas keinginannya sendiri. Tapi, Sungkyu ingat ada cara yang bisa membuat itu terjadi. Hal itu yang ingin Sungkyu tanyakan. Tapi, sepertinya sang appa salah dalam mengartikan maksud Sungkyu.

Setelah itu, Mr. Kim meninggalkan Sungkyu yang masih berpikir di ruangannya. Ia tak mau membuat anaknya terlalu berekspetasi lebih tinggi tentang keinginannya. Semua sudah menjadi takdir yang tak bisa dirubah sesuai keinginannya. Meskipun takdir itu belum sepenuhnya ia ketahui bagaimana akhirnya nanti.

∞∞∞

Tangan gadis itu tak berhenti memainkan setangkai mawar merah. Sesekali ia tampak menikmati aroma yang keluar dari sana. Hirupannya melemah ketika wangi kas mawar memasuki rongga dada dan memberikan ketenangan tersendiri.

Gadis itu tak sendiri, sejak lama sosok sipit itu telah memperhatikan dalam diam wajah manusia pujaannya. Ia tak tahu mengapa rasanya nyaman sekali walaupun hanya menatap apa yang menjadi pahatan karya Tuhan di dalam diri Eunji. Gadis itu telah lebih dulu mengambil semua kewarasannya untuk tak melepas pandangan kepadanya. Seolah telah terhipnotis dan mengambil alih semua yang ada di dalam pikirannya.

Tak hanya sekali senyum manis merekah dari bibir tipisnya kala mata sipit itu menerkam gerak lucu yang diciptakan dari Eunji. Kekehannya muncul tiba-tiba seiring rasa gemas yang menggebunya. Sehingga suara itu terdengar di telinga Eunji.

Eoh? Sungkyu geurinjanim... Kau disini?” Eunji memutar kepalanya berusaha mencari sumber suara.

Sungkyu mengulas senyum tipis. “Eum.. Aku di depanmu.” Sorot teduh setengah tajam itu menghujam black hole milik Eunji. Seberkas kilatan muncul menampilkan sosok dirinya di tengah iris yang tengah berusaha menatapnya.

Satu desahan lolos percuma. “Aku tidak bisa melihatmu.” Ucapnya kecewa.

“Ah... Benar! Aku lupa.”

Eunji meletakkan mawar yang ia pegang. “Apa kau tidak bisa menampakkan dirimu? Aku sungguh ingin bertemu denganmu.” Tukasnya penuh rasa harap. Bahkan ekspresi wajahnya juga mengatakan hal yang sama.

Sebentar Sungkyu menikmati air muka Eunji. Rasanya tenang sekali hanya menatapnya sebentar lalu ia beranjak dan duduk di meja rias milik Eunji.

“Aku tidak bisa melakukan itu. Kalaupun aku bisa, itu hanya sekitar 60 detik. Waktu yang singkat untuk saling melihat.” Jawab Sungkyu pelan. Tak ingin mengecewakan Eunji.

Sebuah senyum terukir manis dari bibirnya. Ia menangguk. “Aku paham. Kita memang dua hal yang berbeda.”

“Itu membuatku sedih.”

Meskipun Eunji tak mampu melihat wajah Sungkyu, ia tetap berekspresi sebagaimana ia berkomunikasi dengan manusia. Kedua alisnya bertaut dengan raut muka sedikit bingung.

Sungkyu mendesah pelan. “Aku sangat ingin hidup denganmu. Tapi rasanya tidak mungkin. Kau akan bahagia sebagai manusia. Begitu juga aku.” Tuturnya.

“Benar.. Kita memang memiliki takdir masing-masing. Namun aku berterima kasih banyak kepadamu geurinja. Karena aku memiliki teman yang sangat aku inginkan. Setidaknya ada tempat aku berbagi ketika aku merasa sendiri.”

Sungkyu tersenyum manis. Tangannya mencoba mengusap pipi Eunji yang sedikit merona. Tetapi yang ia gapai hanya angin saja. “Janji... Aku akan menemanimu sampai akhir hayatmu. Kau tahu ‘kan? Usia manusia dan bayangan itu berbeda. Juga. Bayangan tidak akan mati.. Ah tidak juga, akan mati tapi dalam waktu yang lama.”

“Apapun itu, aku berterima kasih. Kekosongan yang selama ini aku rasakan perlahan memudar dengan kehadiranmu. Yah.. Walaupun tidak setiap saat ada untukku, aku masih bisa merasakan nyaman dan senang. Sekali lagi, gomawoyo geurinja-nim.” Senyum manis itu terukir di wajah Eunji.

Satu hal yang sangat mereka sayangkan adalah ketidakmampuan Eunji dalam melihat Sungkyu. Seandainya saja gadis manis itu mampu melihat Sungkyu, rasa kesepiannya akan jauh berkurang. Dengan melihat senyum hangat yang selalu ditunjukkan Sungkyu juga gelak tawa dan raut muka damai bisa memberikan semangat dalam menghadapi hidup. Namun mau bagaimana lagi kalau takdir telah berkata lain? Tidak bisa protes bukan? Tidak bisa merubahnya ‘kan? Hanya bisa menerima dan meyakini bahwa semua adalah yang terbaik.

Setidaknya, ia masih memiliki teman dalam berbagi.

Beberapa saat kemudian, ada panggilan untuk Sungkyu yang mengharuskannya meninggalkan Eunji. Gadis manis itu memberikan ijin dan berakhir pada hilangnya Sungkyu di ruangan itu. Meninggalkan Eunji yang kembali merasakan kesepian teramat dalam di hatinya.

Sesaat ia memutuskan akan tidur, pintu kamarnya terbuka. Menampilkan satu figur wanita paruh baya dengan emosi yang tertuang jelas di wajah setengah keriput miliknya.

“Yaa! Jung Eunji.” Pekikan keras itu membuat Eunji berdiri dan menunduk takut.

Tangannya telah menjamah rambut Eunji hingga kepalanya terdongak ke atas.

“Bukankah sudah ku bilang kau jangan pernah ikut campur dengan urusan eomma. Terserah eomma mau melakukan apapun itu terserah. Seenaknya saja ikut campur. Kau tahu? Akibat perbuatanmu itu appa marah besar kepadaku dan menganggapku ini berselingkuh. Yahh, walaupun memang benar tapi kau itu terlalu ember!! Dasar gadis tak tahu di untung..” Entah mengapa tiba-tiba tangan itu mendorong kepalanya hingga tersungkur.

Eunji menangis pelan. “A-Aku minta maaf eo-eomma..” Ucapnya serak.

“Kau minta maaf? Setelah melakukan itu kau minta maaf? Mudah sekali mulutmu mengatakannya!!”

Kembali, tangannya kembali menarik rambut Eunji dan menatapnya penuh benci. Sungguh wanita ini bukan wanita yang bisa dipanggil eomma.

Tatapan mematikan itu menghujam blackhole Eunji. Seolah ia benar-benar akan dibunuh saat itu juga. Tubuh Eunji melemas, ia tak tahu harus bagaimana lagi. Melawanpun rasanya tak ada gunanya.

“Dan lagi! Siapa suruh kau membentak Ilhoon? Siapa suruh? Dia anak kesayanganku! Seenaknya saja membentaknya.”

“Ta-tapi...”

“Jangan menyolot kalau dikasih tahu! Sekali lagi eomma peringatkan yaa. Apapun yang dilakukan Ilhoon jangan pernah memarahinya ataupun membentaknya. Awas kalau sampai kau membentaknya kau akan kena hukuman dariku. Mengerti!!”

Eunji tak mampu berkata. Ia hanya menganggukkan kepala lalu meringis sejadinya. Berharap sang eomma melepaskan cengkraman dan membiarkannya terbebas. Namun bukannya kebebasan yang ia dapat, tangan itu malah mengayunkan kepalanya hingga...

Braakkk....

Kepala Eunji secara tidak sengaja membentur meja rias di belakangnya. Sontak darah mengalir dari tenggorak Eunji. Wanita paruh baya itu terkejut dengan keadaan Eunji. Ia tak segera menolong malah meninggalkannya. Semakin lama darah itu semakin mengalir hingga nafas yang memburu di indera penciumannya itu berangsur lirih dan tenggelam di antara udara-udara ruangan itu.

∞∞∞

Kajja kita pulang ..” Seru Sungkyu puas setelah ia kembali menaklukan satu manusia yang bersikukuh untuk menghentikan takdirnya hidup di dunia.

Ia bersama adik tercintanya, Kim Taehyung telah menyelesaikan tiga misi sekaligus. Sehingga dengan hati yang tenang mereka bisa kembali. Keduanya melesat pergi masuk ke dalam rumah yang selalu melindunginya.

Sesaat Sungkyu akan membaringkan tubuhnya di tempat tidur, ia mendengar derap langkah Myungsoo tergopoh-gopoh mendekatinya. Sontak bayangan sipit itu membuka kelopak matanya. Pandangannya menatap tak suka bayangan  lebih muda itu.

“Apa?” Belum sempat Myungsoo berucap, Sungkyu lebih dulu menyentaknya.

Myungsoo melengos dengan nafas tersengal-sengal. Lensa cokelatnya menyala terang ketika ia sedikit emosi. “Dengarkan aku dulu. Kekasihmu manusia itu, dia meninggal.”

Blaaaammmm....

Bagaikan dihantam sesuatu yang menyakitkan, Sungkyu terlonjak kaget. Ia mengerjab berulang dan menatap Myungsoo tak percaya. Seingatnya, Eunji tak memiliki penyakit apa-apa. Lalu, kenapa ia bisa meninggal tiba-tiba? Pasti ada yang salah.

Sekilas pandangan Myungsoo melirik tak suka Sungkyu yang tampak mengerikan. “Kau tidak beranggapan aku berbohong bukan? Temui saja dia sekarang hyung ..”

Dadanya terasa sangat sakit sekali. Seluruh tubuhnya memanas. Emosi yang sempat ia simpan dan ia tahan menyeruak, menjalar serta membakar dirinya. Apa yang dirasakannya jauh lebih buruk ketika ia menerima hukuman dari Papa. Nyaris seluruh komponen amarah yang ada dirinya terlepas dan bersatu menyerang Sungkyu untuk menghentakkannya.

Tanpa berpikir apapun segera ia melenggang pergi menuju satu tempat yang tiba-tiba saja terbayang di benaknya. Tempat tainggal Eunji.

Sejak kapan air mata itu turun Sungkyu juga tidak tahu. Saat ini yang ia tahu, ia tengah berdiri dengan pandangan nanar menatap satu buah kotak kaca yang tergelatak di atas meja. Berisikan sebuah lukisan wajah manusia yang sangat ia sayangi dan ia cintai. Jung Eunji.

Sungkyu tak tahu harus berbuat apalagi. Ini adalah akhir dari segalanya. Setelah ini ia tak akan bisa bertemu dengan gadis itu lagi. Tak akan. Karena manusia menuju tempatnya sendiri yang terpisah dari bayangan.

Wajahnya memanas. Rahangnya mengeras. Giginya bergeretak tak karuan. Emosinya membuncah tinggi dan ingin sekali ia luapkan saat itu juga. Tak ingin bertindak bodoh, Sungkyu memilih untuk kembali ke tempatnya semula.

∞∞∞

Bayangan sipit itu duduk sendiri di tepi balkon dengan kaki mengayun di pagarnya. Tatapannya kosong menyorot ke balik cakrawala yang tengah bersimbahkan cahaya oranye terang. Sungkyu memutar bola matanya malas. Semenjak kematian Eunji ia jadi sedikit murung dan terkesan malas untuk melakukan apapun.

Sudah lama rupanya, sekitar lima puluh tahun berlalu dengan keadaan seperti ini. Sungkyu tak merasakan apapun lagi tentang cinta. Sepertinya memang rasa cintanya tertinggal di dalam diri Eunji.

Hyung, apa yang kau lakukan disini?” Myungsoo duduk di sebelah Sungkyu.

Sungkyu hanya menoleh sebentar lalu kembali menatap samar-samar mentari yang akan menghilang.

“Kau ulang tahun, apa kau akan terus cemberut seperti ini?”

“Hahhh, terus kenapa kalau aku cemberut? Tidak berpengaruh juga bukan untukmu?”

“Heiiishhh, hyung !! Seseorang lain akan kecewa denganmu.”

“Seseorang? Bayangan lain?”

“Hahahaha.....” Myungsoo tertawa lebar membuat Sungkyu ingin memukul kepalanya. Saat ia akan mengumpat kepada salah satu adiknya itu. Tiba-tiba ada suara lain yang melantunkan ucapan selamat ulang tahun untuknya. Suara lain? Siapa?

Saengil chukkahamnida, saengil chukkahamnida, saranghaneun uri Sungkyu.. Saengil chukkahamnida..”

Sungkyu menoleh kearah sumber suara dan wajahnya membatu seketika. Entah apa yang ia rasakan saat ini, namun ini sangat mengagetkan dan cukup sulit diterima akal pikirnya. Sosok itu tak lain dan tak salah adalah Jung Eunji. Bagaimana bisa?

Masih dalam kebingungan yang mengusainya, mata sipit itu terus memonitori gerak Eunji yang duduk dengan santainya disebelahnya. Bahkan senyum yang ia rindukan dan ia pikir tak akan pernah ia lihat lagi merekah dengan sangat manisnya. Sungkyu masih memandang bingung membuat Eunji mendadak cemberut.

Neo sirheoyo?”

Aniya, keunde..”

Wae?”

Aninde. Bagaimana bisa kau jadi bayangan ?”

eoh ?” Eunji mengerucutkan bibirnya kemudian. “Ini hadiahmu oppa...”

Jinjjaro ? Waahhh..... Aku tak menyangka ternyata hadiahku sebesar ini. Gomawo Eunjiyie, kau mau menjadi bayangan  demi aku.” Sontak ia memeluk tubuh Eunji yang dirindukannya selama puluhan tahun ini. Ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka seperti ini.

Eunji ikut senang dan bahagia. Pilihannya menjadi bayangan  bukan hal yang salah. Sesaat ia akan dibawa oleh malaikat, Papa  menghentikannya. Ia tampak berunding dengannya dan meminta Eunji untuk menimang tawarannya. Satu yang ia pikirkan ketika menerima tawaran itu adalah ia bisa bertemu dengan Sungkyu. Sosok yang selama ini ingin ia temui.

Sebelum ia benar-benar bisa bertemu dengan Sungkyu banyak sekali ritual yang ia jalani hingga Papa memberikan sebuah foto yang menampakkan sosok laki-laki. Sempat Eunji tertegun bingung. Setelah ia mendapatkan penjelasan dari ketua bayangan itu ia jadi tahu siapa. Ia sangat antusias mengetahui siapa itu. Nyaris tak menolak apapun yang diajukan sebagai syarat.

“Aku sangat mengharapkan hal ini tiba.”

“Aku juga. Aku selalu ingin melihat wajahmu. Melihat siapa kau. Kau yang telah menghanyutkanku dalam waktu 60 detikmu.”

Senyum Sungkyu mengembang sangat lebar. Lantas ia memeluk Eunji agar bersatu dengan tubuhnya. Menyesap setiap inchi keharuman yang menyeruak dari tubuhnya. Menguatkan rasa yang selama ini hanya ada dalam impiannya. Merasakan sentuhan kulit itu tanpa membutuhkan pengorbanan. Akhirnya, keinginannya bisa terwujud.

Saranghaeyo, Jung Eunji.”

“Aku tidak yakin kalau aku mencintaimu.” Setelahnya ia terkekeh melihat ekspresi Sungkyu yang seakan kesal dengan godaannya.

Sungkyu mengerucutkan bibirnya lucu. “Kau sungguh tidak mencintaiku?”

Ani...”

“Sungguh?”

Eoh..”

Sungkyu menghela nafas pasrah lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding dan menurunkan bahunya yang tiba-tiba menjadi lebih berat. Sementara Eunji masih terkekeh melihat sikap Sungkyu yang menurutnya sangat imut.

“Tapi aku bersedia untuk menikah denganmu.”

Sungkyu tersentak kaget. Matanya yang sipit tiba-tiba membelalak sempurna. Kedua belah bibirnya berpisah dengan raut muka bingung tak percaya.

“Kalau begitu ayo kita menikah sekarang !!” Sungkyu menarik tangan Eunji.

“Yaa !!”

“Aku sungguh-sungguh menyayangimu.”

Sungkyu kembali memeluk tubuh Eunji dengan erat. Ia sangat tak menginginkan pelukan itu terlepas. Cukup lama nyaris membuat Eunji terbatuk karena susah bernafas.

Sungkyu melepasnya dengan senyum manis merekah.

“Menikahlah denganku. Aku tahu ini terlalu cepat. Tapi apa kau tak keberatan?”

Eunji tersenyum manis dan mengangguk. “Aku mau.”

“Kalau begitu kau juga mau kecupanku?” alis Sungkyu naik turun memancing reaksi semu merah dari pipi Eunji.

Sepertinya Sungkyu menerima sinyal baik dari Eunji. Lantas ia menangkup wajah Eunji dengan seksama. Kali ia tak perlu menghentikan waktu untuk merasakan hangatnya bibir Eunji. Dengan sangat pelan, ia mulai menggerakkan bibirnya untuk mengecap lembutnya belah bibir Eunji. Sedikit pelan Sungkyu melumat dan menyesap. Memberikan kehangatan di permukaan bibir Eunji.

Kali ini Eunji mampu mengimbangi kecupan itu. Ia bisa merasakan bagaimana dikecup oleh Sungkyu. Ia bisa merasakan bagaimana sapuan hangat bibir Sungkyu. Dalam hati ia sangat berterima kasih. Mungkin usianya memang pendek di dunia, namun ia yakin bahwa ia akan bahagia disini. Menjadi seorang bayangan  yang hidup bahagia bersama dengan Sungkyu.

Begitu pula dengan Sungkyu, ia bahagia dan bahagia sekali. Sangat bahagia hingga tak mampu berkata banyak. Keduanya memang telah dipertemukan untuk bisa hidup bersama. Hanya dalam waktu 60 detik yang digunakan Sungkyu dulu mampu memberikan kebahagiaan yang tiada tara.

60 seconds is all I need for this story
You came into my heart
I don’t doubt it
That you took me away
The time that wasn’t short
You’re that kind of person
A story that’s enough for me
I don’t need any reasons
You made my heart flutter and look for you
That first time

 

The End.


Annyeong, bagaimana? akhirnya selesai juga...

tinggalkan jejak ne, khamsahamnida...

 

Regards

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
DW0512 #1
Chapter 1: alamak to be continued hoho..
hmm itu kok woohyun akhirnya nikah sama chorong? bukannya dia udah mati bunuh diri gara2 suara sunggyu?