I Wish

Batch 1 | December 2014 (Part 2 )

Title : I Wish

Character : Kim Jongin | Son Naeun (Kaieun)

Rate/Length : Safe/One Shoot 1.2k

Genre : Fantasy

Disc : The fanfic made based of Shayne Ward - No Promises and write down into fantasy fanfic. The plot and poster are mine while the character here just borrow their name

by Lyasvel

 

***

 

Mungkin ini adalah hal tergila dan teraneh dalam hidup manusia. Sekaligus membuatku sedih, galau dan cinta di saat yang sama.

Sejak kecil aku tidak pernah mempercayai cerita ibu, guru, dan orang-orang di sekitarku tentang legenda-legenda yang mengisahkan naga, peri-peri baik hati, unicorn, monster, dan tokoh-tokoh dongeng khayalan lainnya. Aku juga tidak pernah tertarik dengan pahlawan-pahlawan super hero ciptaan Marvel. Aku tidak berminat pada kartun anak-anak dan tidak percaya adanya hantu atau sejenis mahluk selain manusia, binatang, dan kuman-kuman tentu saja.

Jikapun ada, pasti aku sudah mati karena aku tidak ingin hidup di antara mahluk-mahluk seperti itu.

Karena hidup di antara mahluk-mahluk sepertiitu hanya bisa membuatku gila. Mungkin aku satu-satunya laki-laki yang tidak bisa menerima telinga runcing, sayap pada bahu manusia, baju yang berubah tiba-tiba, dan hal-hal yang dikatakan ‘magis’ atau ajaib lainnya.

Sampai saat ketika aku bangun tidur, sekitar enam bulan yang lalu, yang mengubah kepercayaanku, pendirianku dan segala hal dalam hidupku...

 Pagi-pagi buta, entahlah yang jelas aku bangun lebih awal dari jam wekerku, aku terbangun karena merasakan sesuatu, atau sepertinya seseorang menindih perutku. Saat aku buka mataku perlahan, aku melihat sesosok wanita muda yang cantik, terlihat seperti seumuran denganku, memakai gaun putih dari bahan sutra halus dan berlengan panjang. Seperti gaun tidur versi tertutup namun terlalu mewah untuk itu.

Wajahnya yang terlihat tanpa ekspresi juga tanpa dosa dan cela. Mata indah, hidung mungil, dan bibir indah yang tipis.

Sesaat aku berpikir mungkin ia adalah salah satu wanita mainanku yang nekad menyusup ke dalam rumah untuk dipuaskan.

Wanita mainan, aku menyebutnya seperti itu karena aku lebih suka hubungan semalam. Tanpa ikatan apa-apa. Dan jika aku ingin, aku bisa memanggil salah satu dari wanitaku dengan membayar sejumlah uang atau perhiasan.

“Ugh,” karena aku kesal, aku dorong sekuat tenaga wanita itu ke samping, namun tidak ada bunyi benda atau sesuatu yang jatuh ke lantai.

Cepat-cepat aku mengusap mataku untuk melihat lebih jelas. Seketika aku tercengang, wanita itu melayang di atasku dan terlihat sepasang sayap mengepak di antara tubuhnya, membuat angin-angin kecil di sekitar kamarku.

Aku tahu ini pasti mimpi. Aku pasti bermimpi. Tidak ada mahluk seperti itu di dunia ini. Sebagai lelaki mandiri dan tangguh, selama 25 tahun aku berpendapat kalau mahluk seperti itu tidak ada.

Atau apa aku sudah mati?

Dengan setengah tidak percaya, aku berusaha tetap melihat ‘mahluk lain’ itu.

Wanita itu melihat langsung ke dalam mataku, membuatku terpaku di atas tempat tidur, membuatku seakan tak berlidah, membuat dadaku berdesir untuk pertama kalinya.

“Salam kenal, aku akan tinggal dengan Tuan untuk sementara waktu,” ucapnya sambil tersenyum.

Sejak saat itu, aku tidak bisa hidup dengan normal. Maksudku normal seperti biasa dan tidak menahu adanya fairytale atau semacamnya. Wanita ini mengaku bahwa ia peri yang aku selamatkan seminggu sebelum kejadian itu.

Ia pun terus mengikutiku kemanapun aku pergi untuk menjagaku selama enam bulan dan aku punya tiga permintaan yang bisa dikalbulkan, bahkan meminta menghidupkan orang mati, katanya.

“Berhentilah mengikutiku!” ucapku kasar. Saat itu aku tengah berdiri di depan pintu ruang kerjaku. Benar-benar. Ini sudah sekitar dua minggu aku diikuti namun orang-orang dis ekitar tidak merasa aneh.

Aku mendelik padanya agar dia mau menjauh. Entahlah, aku terbiasa sendirian, kecuali saat aku tengah stress, aku akan menghabiskan waktuku bersama wanita-wanita mainanku semalaman.

“Kenapa?” protesnya. “Aku sudah melipat sayapku agar Tuan tidak takut. Aku ‘kan sudah bilang akan melindungi Tuan selama enam bulan. Oleh karena itu aku akan mengikuti Tuan kemanapun!”

Aku mengacak rambutku kesal, mengurangi tingkat ketampananku pastinya. “Kita bisa jadi bahan pembicaraan orang kalau kau mengikutiku terus! Dan berhentilah memanggilku Tuan!”

Wanita itu merengut lalu memperhatikan sekitar, begitu juga aku yang memperhatikanku dengan pandangan yang aneh. “Ada apa?” tanyaku pada salah satu karyawanku.

“A---anu, anda berbicara dengan siapa. Pak Kim?”

Aku menunjuk wanita ‘peri’ di depanku, “Dia-“ ucapanku terhenti saat wanita itu berjalan menuju karyawan yang tadi aku tanya, lalu dengan gilanya wanita itu menghempaskan tangannya ke wajah karyawanku – seperti hendak menampar, namun tanganya tembus. Wanita ‘peri’  itu terkikik.

“Hanya Tuan seorang yang bisa melihatku,” ucap wanita itu sambil melihatku. Aku terperangah. Benarkah ini? Apa ini semacam kutukan? Atau karma dari Tuhan?

“Pak Kim?” tanya karyawanku lagi, aku melihat padanya, sepertinya ia khawatir.

“Tidak ada apa-apa,” jawabku.

.*.*.*

Aku dan peri itu, yang aku namai Naeun, menjalani hidup bersama-sama. Aku meminta padanya agar tidak berterbangan – maksudku tetap berjalan menapak pada lantai. Dan ini membuat permintaan pertamaku terpakai.

Tidak tahu apa kebutuhannya, aku memutuskan untuk mengajarinya berbagai hal, setidaknya dalam enam bulan ia bisa membantu pekerjaan rumah daripada harus membayar orang untuk membersihkan rumahku.

Ku ajari peri itu cara memasak, cara mencuci baju, cara mencuci piring, cara menyapu lantai yang benar, dan aktivitas lainnya yang biasa seorang manusia lakukan dirumah. Sejujurnya, ini cukup menyenangkan. Aku belum pernah merasa sesibuk dan sepeduli ini terhadap sesuatu. Aku tidak pernah tahu bahwa kegiatan mencuci piring dan kegiatan lain yang aku ajarkan padanya cukup menghibur.

Peri itu, Naeun, mengubahku secara perlahan.

“Tuan Jongin, apa kau tahu apa itu cinta?” tanya Naeun.

Aku yang tengah menyesap segelas kopi memindahkan pandanganku dari kertas kerjaku padanya yang sedang menonton sebuah drama korea. “Aku…” Cinta? Apa yang aku tahu tentang cinta? Selama ini aku hanya bermain-main dengan wanita. Aku bahkan tidak punya cinta pertama. “Cinta itu perasaan saling memiliki yang dirasakan oleh seseorang,” jawabku seadanya.

“Benarkah? Apa Tuan pernah merasakan perasaan seperti itu?”

Aku mengalihkan pandanganku ke arah kertas kerjaku lagi. Aku tidak suka topik pembicaraan ini. “Aku tidak butuh perasaan seperti itu.,”

Tampak Naeun tengah menghembuskan nafasnya kecewa. Aku melirik padanya. Sepertinya ia bosan, selama empat bulan bersamaku, ia menghabiskan waktunya dirumah. Hm… ini hari minggu, mungkin ia akan senang jika aku ajak berjalan-jalan.

“Naeun, aku punya permintaan kedua.”

“Apa itu?”

Aku tersenyum, “Aku minta kau berdandan menjadi wanita cantik karena aku akan mengajakmu ke taman bermain.”

Naeun mengangguk. Kemudia ia berdiri sambil menutup matanya. Tak berselang lama, muncul bola-bola cahaya yang berpendar berwarna keemasan dari sekitar tubuhnya. Cahaya-cahaya yang kini aku sukai daripada cahaya bola lampu di club malam.

Secara ajaib, yang dulunya tak aku percaya, rambutnya bergerak mengepang sendiri, pakaiannya berubah menjadi dress pink cantik berbahan halus. Dan terakhir, muncul sepatu high heel yang menyempurnakan kakinya.

Itu… adalah permintaan yang salah.

Ia berubah menjadi seorang gadis yang sangat cantik, harum, berpakaian baik, dan membuat aku ingin melindunginya. Disaat yang sama, perasaan yang aneh muncul. Bukan cinta, tapi lebih dari cinta. Mungkin posesif.

Kami berjalan-jalan ke taman bermain yang tadi aku maksud. Sepanjang perjalanan ia tersenyum cerah kepada setiap orang yang dilewatinya, dari anak-anak hingga orang tua. Membuat mereka ikut tersenyum setelah melihat senyum Naeun.

Namun, ada satu lagi.

Aku… tidak suka cara setiap laki-laki menatapnya.

Naeun hanya milikku.

.*.*.*

Rasa ini semakin menjadi-jadi. Aku dan Naeun mulai tidur bersama, secara intim setiap malam. Aku tidak lagi menghabiskan waktuku dengan para wanita mainanku. Naeun sudah cukup membuatku terbang melayang, rasa yang tidak pernah aku rasakan seusai bercinta.

Dan terkadang ia lah yang muncul di tiap-tiap mimpi erotisku.

Naeun yang kini menghiburku, yang selalu ada di saat aku sedang down atau stress karena masalah perkerjaan yang kian semakin berat karena banyaknya perusahaan lain yang ingin berkerja sama.

Matanya, hidungnya, bibirnya, lenganya, pundaknya dan seluruh apa yang ada pada dirinya. Aku menginginkannya. Aku tidak ingin melepaskan Naeun.

Aku masih ingin melakukan banyak hal dan mengulang kegiatan bersama yang menyenangkan bersama Naeun-ku. Aku masih ingin merasakan surga kecil setiap aku bersamanya. Aku hanya ingin Naeun yang menemaniku sampai akhir hayatku. Seluruh tubuh dan hidupku membutuhkannya.

Sekarang aku tahu, apa permintaanku selanjutnya. Permintaanku yang terakhir.

“Naeun…”

Peri itu dengan matanya yang lembut, yang selalu menjadi favoritku, menatap padaku.

Aku tidak perlu sedih dan galau lagi. Kenapa aku bodoh sekali. Kenapa aku tidak meminta sejak dulu.

“Ada apa Tuan Kim?” tanya Naeun.

“Aku minta…. Tinggallah disisiku selamanya. Sampai aku mati.”

END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
jonginni #1
Chapter 1: Keren thorr ^^
bubbleteaohsehun #2
Chapter 2: oh god. you make me crazy this night wkkkk