Chapter 1

Maybe!

Happy Reading All~

.
.

Suasana riuh. Suara sorakan di sana-sini tak hentinya bergema. Lautan manusia itu masih berdesakan untuk mendapat tempat yang nyaman. Dia juga ada di sana. Memiliki tujuan yang sama pula. Sejak pagi, jauh sebelum gedung pertunjukkan itu dibuka, dia dan beberapa orang yang tak dikenal telah menunggu. Dia kira jika datang lebih awal, dia bisa mendapat tempat lebih baik. Namun ternyata dugaannya salah, datang awal bukan jaminan bisa mendapat tempat bagus. Nyatanya bukan hanya dia seorang yang menginginkan keadaan itu. Ada terlalu banyak orang yang ingin datang untuk menyaksikan pertunjukkan yang ada di gedung itu. Terlalu banyaknya, sampai tersisa banyak di luar. Sebenarnya kalau dipikir-pikir dirinya memang bisa dibilang beruntung karena bisa masuk, namun merasa keadaannya begini membuat cap beruntung itu sedikit meluntur.

Dia terus mencoba menatap kearah panggung dimana pertunjukkan yang sudah lama dinantikan akan segera dimulai. Perlahan, suara musik mulai terdengar. Suara lain mulai menyusul, 6 pria mulai muncul dari belakang panggung. Dengan penampilan enerjik yang luar biasa membius itu langsung mendapat teriakan histeris dari para gadis yang memang mendominasi gedung itu. Nyanyikan itu terus berkumandang disertai gerakan enerjik yang padu satu sama lain. Pandangannya terus tertuju pada salah seorang dari keenam pria di atas panggung sana. Orang itu, alasan kenapa dia rela melakuakan segalanya. Alasan yang membuat dia tak keberatan berdesak-desakan di tempat ini. Dia bahagia dan terluka di waktu bersamaan. Perasaan itu membuahkan senyum pahit memilukan. Diantara jeritan-jeritan di sana, dia tidak tahu kenapa terdengar seperti musik melankolis yang mengiringinya. Dia ingin berteriak tapi seperti tertahan karena sesak itu tiba-tiba memenuhi dadanya. Air matanya seperti memaksa keluar. Melihat orang itu sekarang benar-benar seperti mimpi yang tidak ingin ia akhiri.

"Hey! Kau kenapa menangis?"

Orang asing yang berdiri sangat dekat dengannya bertanya. Memperhatikan dirinya secara berlebihan.

"Aku terlalu bahagia."

"Aku juga sangat bahagia akhirnya bisa menonton mereka secara langsung."

Dia mengangguk  sambil tersenyum.

"Siapa yang paling kau sukai di Exo-k?"

"Sehun."

"Kalau begitu ayo kita teriakan nama Sehun, aku juga paling menyukainya di Exo-K."

"Sehun.." suara lirihnya keluar.

"Yang keras!"

"SEHUN!!" dia berteriak sekuat tenaga.

"Aku disini!" lanjutnya dengan nada yang lebih pelan.

Dia tidak mungkin tidak terpengaruh jika mengenai orang itu. Biarpun sejenak, dia akan luangkan waktu untuk memusatkan perhatian terhadap orang itu. Untuk melihatnya meski sekedar hanya di layar kaca. Mendengar suaranya meski hanya dari aplikasi musik di ponselnya. Apapun itu, demi orang itu dia telah melakukan segalanya untuk mengikis kerinduan yang terlanjur melapuk di bebatuan hatinya. Menutup mata sembari mengingat masa lalu yang teramat sakit dirasa kini. Adapun itu harapan, dia telah sedikit kehilangan keyakinan. Entah orang itu di sana juga sama dengannya atau tidak. Namun melihat bagaimana keadaannya sekarang, dirinya dan orang itu benar-benar telah berbeda. Diantara apapun yang terindah dahulu, sekarang seperti sebuah film kenangan yang menyakitkan hatinya. Tapi dia bersikap bodoh dengan terus menunggu harapan itu menjadi nyata. Ataupun kalau tidak, dia ingin memastikan semuanya.

"Mereka tinggal di hotel ini."

"Termasuk Sehun?" dia bertanya dengan polos.

"Tentu."

Dan setelah percakapan dia dengan teman baru yang ia dapat saat menonton konser, beberapa pemikiran muncul di otaknya. Gedung yang ada didepan matanya, yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari tempatnya berdiri, mungkin di dalam sana dia bisa bertemu dengan orang itu. Selepas itu semua, dia melepas kekhawatiran yang ada di dirinya. Mengukuhkan hati untuk melakukan ide yang keluar dari otak kepalanya. Sehari kemudian, dia datang lagi ke gedung itu dan menunggu di depan sana. Menunggu orang itu muncul. Namun tidak ada hasil yang ia dapat selama penantian di depan gedung hotel bintang lima itu. Keputusan lain pun muncul di benaknya. Tidak ada salahnya mencoba bertanya pada pegawai di mana mereka menginap. Langkahnya terbawa masuk ke dalam hotel lalu langsung pertanyaan itu ia utarakan pada gadis petugas pelayanan kamar. Disambut oleh pelayan itu pertanyaannya dengan tatapan sinis nan mengejek. Dia tahu gelagat itu sudah menjerumus pada sikap tidak suka yang ditunjukkan oleh sang pegawai. Namun dia tak mau ambil pusing perangai menjengkelkan itu, dia pun berinisiatif untuk menunggu. Sekalipun ucapan bernada lembut namun bernyawa kasar itu terus mengusirnya secara tidak langsung membuat dia tak nyaman, dia tetap menunggu. Sampai satpam hotel kemudian melakukan tindakan untuk mengusirnya dengan paksa.

"Ada-ada saja kelakuan fans jaman sekarang."

Komentar gadis pelayanan kamar itu samar-samar masih terdengar sebelum dia benar-benar keluar dari hotel.

. . .

Adapun yang dia lihat sekarang adalah derasnya rintik hujan yang diiringi suara guntur memekakkan telinga. Dia telah duduk di depan hotel lagi malam ini. Tanpa menyempatkan diri untuk masuk seperti hari sebelumnya. Sengaja. Ia duduk menyandarkan diri di tembok depan hotel, memeluk lututnya, dan memasang earphone untuk mendengarkan musik,  mengacuhkan banyak pasang mata yang menatapnya mengejek. Masalahnya sekarang adalah udara dingin yang turut dibawa oleh hujan itu menusuk pori-porinya. Membuat ia menggigil sekali-kali. Bahkan jaket yang dia gunakan tak cukup mengurangi suhu dingin itu.

Ketika dirinya tidak sengaja jatuh tertidur, sesuatu yang dirasa ada di depan wajahnya mengganggu. Dia membuka mata, dilihatnya sebuah telapak tangan berukuran besar yang sedang melambai-lambai.

"Sebaiknya kau pulang, ini sudah malam." suara berat yang mungkin milik sang empunya tangan itu meminta.

Tentu permintaan itu tak diindahkan olehnya. Hampir saja dia menutup matanya kembali, mengabaikan entah siapa yang saat ini berada di depannya. Sampai suara itu kembali terdengar.

"Tidak baik seorang perempuan di luar saat larut malam."

Menhindari orang itu memberi perintah lagi atau semacamnya, dia memasang earphone ke telinganya dan menyetel musik dengan volume maksimal. Orang di hadapannya itu seperti merasa kesal karena diabaikan.

"Hey!" dia berteriak saat orang itu hampir saja masuk ke dalam hotel. Dia baru menyadari sesuatu, sungguh dia baru menyadarinya tadi saat mengintip sekilas untuk melihat orang itu.

"Ada apa?" orang itu berbalik saat tangannya sudah menyentuh pintu gedung hotel.

"Pertemukan aku dengan  Sehun!"

Orang itu terkekeh mendengar perintahnya.

"Memang aku siapa?" tanya orang itu setelah meredakan tawanya.

"Kau anggota Exo-k kan?"

"Bukan." orang itu mengelak.

"Aku tahu kau Suho."

"Ku kira aku sudah menyamar ternyata ketahuan juga" pria itu terkekeh kembali.

"Kau tidak menyamar! Kau hanya memakai topi dan kaca mata" ucapnya.

Pria yang merupakan leader Exo-K itu tertawa konyol mendengar apa yang diucapkan olehnya.

"Ku dengar kau sangat ingin bertemu Sehun?" tanya Suho di sela-sela tertawanya.

Dia mengangguk membenarkan.

"Kau tahu, Sehun tidak pernah menemui fan-nya secara langsung kecuali dalam fanmeeting atau show." Lanjut Suho.

"Ya sudah kalau kau tidak bisa mempertemukanku dengannya, tidak perlu berceramah." dia tak suka dengan gaya ucapan Suho.

Suho seperti kaget dengan ucapannya, terlihat pria itu langsung bungkam.

"Aku akan mencobanya." Suho akhirnya bersuara lagi.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"

"Karena aku adalah ketua di Exo-pk. Kau bisa mempercayaiku, fans-nya Sehun." Pria itu menekankan kata terakhir lalu masuk ke dalam hotel.

. . .

Ketika dirinya sedang memasukkan camilan ke dalam mulutnya tak sengaja matanya menangkap sosok yang ia kenali. Meski suasana gelap namun dengan bantuan bahaya gedung hotel, tentu dia bisa mengenalinya tanpa ragu.

"Kau!"

Pria bertopi, berkaca mata serta menutup kepalanya dengan tudung jaket hitam itu berhenti melangkah.

"Buktikan kalau aku bisa mempercayaimu!" dirinya tak mau membuang waktu berbicara dengan pria yang sudah pasti sesuai dengan apa yang ia duga. Dirinya kembali sibuk menghabiskan makanan ringan di tangannya. Malam ini juga dia akan menunggu lagi.

Pria itu masuk ke dalam hotel setelah mendengar apa yang dia ucapkan.

Beberapa hari ini, hatinya benar-benar telah tak tahu bagaimana rasanya. Ketika berbagai majalah yang menampilkan pose Sehun dengan artis lain sungguh membuat dirinya merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya. Nyatanya, ketika dia ingin mengabaikan apapun itu mengenai berita mengenai Sehun yang bisa menohok hatinya, dia justru memberi waktu untuk memperhatikan hal-hal semacam itu. Dia malah sibuk mencari-cari hal itu. Dia semakin menjebak dirinya ke dalam kerinduan bodoh miliknya.

. . .

Terhitung sudah 30 menit sejak ia menyapa Suho dengan sapaan tidak sopan miliknya, pria itu kini berada di hadapannya. Mengambil dengan seenak jidat makanan ringan berjenis keripik kentang yang ada ditangannya. Suho kemudian memposisikan diri di sebelah kanannya dan memeluk lututnya sendiri seperti si gadis.

"Berikan aku alasan kenapa kau sangat ingin bertemu dengan Sehun?" leader Exo-k itu memulai.

"Karena aku adalah fans beratnya."

"Ada banyak fans yang seperti dirimu sebelumnya. Itu jawaban yang terlalu umum, kurasa." Suho berpendapat.

Dia diam tak peduli dengan pendapat yang diutarakan oleh Suho. Malah dirinya kembali mengunyah keripik kentang yang ada di mulutnya dengan santai.

Suho berdecak heran dengan sikap gadis di sebelahnya.

"Apa yang ingin kau katakan jika bertemu dengan Sehun?"

"Rahasia!"

"Like Fan Like idol."

"Apa maksudmu?"

"Kau dan Sehun sama-sama irit bicara!"

"Lupakan!" gadis itu menyambung begitu saja dengan ketus.

"Apa yang harus dilupakan? Aku tidak mengerti?"

"Lupakan kalau aku pernah meminta bantuanmu!"

"Ya ampun, kasar sekali ucapanmu! Masih untung aku mau membantu."

Gadis itu diam lagi. Mengabaikan Suho lagi dan lebih memilih keripik kentang itu lagi. Suho dengan agak kesal menarik nafas panjang.

"Ini untuk minta tanda tangan ya?" Suho dengan iseng mengambil sebuah buku kecil di dekat gadis itu.

Ketika dirinya akan menanda tangani salah satu lembar kertas pada buku itu, Suho terpaku karena tatapan yang dilayangkan gadis itu begitu tajam ke arahnya.

"Taruh lagi!" suruhnya tegas.

Suho segera meletakan kembali buku itu tanpa sempat membubuhkan tanda tangannya.

"kenapa kasar sekali." Suho menggerutu karena sedari tadi mendapat perlakuan tidak baik.

"Kau seharusnya memperlakukan membermate Sehun dengan baik. Meski kau itu fans berat Sehun, tapi bersikap baik pada anggota Exo-k yang lainnya itu juga perlu.."

Tatapan itu melayang lagi ke arahnya membuat Suho Mengunci perkataan yang akan keluar selanjutnya.

"Baiklah! Aku akan masuk ke dalam dan memohon pada Sehun!" selepas kalimat itu, Suho masuk ke dalam gedung hotel.

Suho kembali lagi setelah beberapa menit. Menghadap kepada gadis itu seperti pembawa pesan kerajaan. Ditariknya nafas panjang sebelum memulai kalimat.

"Dia sedang tidur, pulanglah! Percuma kau terus di sini."

Gadis itu mengangkat kepala seolah memastikan.

"Ini! Kalau kau tidak percaya bahwa Sehun-mu itu sudah masuk ke dreamland miliknya!" Pemuda itu dengan kesal menunjukkan foto Sehun yang sedang tertidur di layar ponselnya ke hadapan gadis itu.

Entah yang dilihatnya itu nyata atau hanya khayalan, yang pasti Suho benar-benar merasa kaget. Setelah tiba-tiba gadis itu merebut ponselnya lalu memandang penuh ke arah layar lalu kemudian tersenyum lalu kemudian... Entahlah, Suho juga tidak tahu apa yang gadis itu lakukan dengan mengutak atik ponselnya di sertai tangan yang lainnya memegang ponsel milik gadis itu sendiri.

"Aku akan kembali besok!" gadis itu mengemasi barang-barangnya lalu segera pergi setelah mengembalikan ponsel Suho.

Suho mengecek ponselnya dan tahulah ia apa yang dilakukan gadis itu. Tanda jaringan bluetooth pada ponselnya yang masih hidup membuktikan kalau gadis itu baru saja mengirim gambar Sehun.

Leader Exo-k itu membalik badan hendak masuk ke dalam hotel namun baru saja dia mau melangkah sebuah benda dengan manis menimpa kepalanya. Dia pun secara refleks langsung berbalik lagi dan melihat tersangka yang rupanya adalah gadis tidak sopan yang mengaku fansnya Sehun.

"Kau masih berhutang janji padaku!" ucapnya datar membuat Suho menaikkan kedua alisnya.

"Apa?" tanya pemuda itu polos.

" Mempertemukan aku dengan Sehun." Balas sang gadis.

Suho menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Aku akan datang lagi besok!" Ucapnya lalu pergi meninggalkan Suho begitu saja.

Sang leader Exo-k lagi-lagi hanya bisa melongo mendapat perlakuan tidak sopan dari fan-nya Sehun itu.

. . .

Pagi-pagi sekali, para member Exo-k mengemas barang mereka untuk melanjutkan jadwal konser lainnya. Sang manajer yang sedari tadi cerewet terus memerintah para artisnya supaya bergegas.

"Di mana jadwal kita selanjutnya?" tanya Suho yang pertama menyelesaikan kegiatan mengemasi barang miliknya.

"Kita akan mengisi acara di daerah Myungdong."

Suho mengangguk mendengar ucapan manajernya.

Di dalam van, dia mengambil tempat duduk di dekat Sehun dan berniat membujuknya untuk menemui fans tidak sopan itu.

" Sehun, ada penggemar yang ingin bertemu denganmu secara pribadi." Suho memberi tahu dengan hati-hati.

"Lalu?" tanya Sehun yang sedari tadi sibuk bermain ponsel.

"Temui dia sebentar saja." pinta Suho.

"Sejak kapan aku mau menemui fan-ku secara pribadi?" pertanyaan itu secara tidak langsung adalah bentuk penolakan dari si Maknae.

"Sejak aku memintamu."

"Kenapa tidak kau saja yang menemuinya secara pribadi?" Sehun menantang.

" Dia penggemarmu bukan penggemarku Sehun!" Suho hampir meneriaki pemuda yang lebih muda darinya itu.

"Kau tahu, penggemarmu itu mirip sekali denganmu! Sama-sama menyebalkan!" Lanjutnya dengan kesal.

. . .

Setelah konser selesai, Suho melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 10 malam dan menyadari tanda bluetooth masih menghiasi layar. Hal itu membuatnya teringat pada fans Sehun yang tidak sopan itu.

"Aku akan datang lagi besok." dia teringat ucapan gadis itu.

"Hyung!" Kai mengagetkan dirinya yang masih berkutat pada sosok fans Oh Sehun.

"Kau sedang menonton apa?" tanya Kai menaikkan kedua alisnya dua kali.

"Memangnya aku ini kau!" balas Suho yang mengerti maksud Kai sambil menoyor kepala si machine dance itu pelan.

Kai terkekeh sendiri sambil memegangi kepalanya. 

"Suho, Kai apa kalian melihat Sehun?" tanya manajer menginterupsi kedua member Exo-k itu.

"Ada apa hyung mencariku?" tanya Sehun yang tiba-tiba muncul.

"Ada yang ingin bertemu denganmu!" beritahu manajer.

"Siapa?"

"Kau lihat saja sendiri." perintah manajer lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Sehun, setelah ini bisakah kau menemaniku?" tanya Suho.

" Maaf hyung, aku ada urusan." tolak Sehun lalu pergi untuk menemui orang yang ingin bertemu dengannya.

"Kalau begitu aku saja!" Kai dengan semangat menawarkan diri.

Suho hanya memutar bola matanya malas.

. . .

Sehun berharap seseorang yang ingin menemuinya adalah sosok yang ia nantikan kehadirannya. Dia dengan tidak sabar membuka pintu ruangan yang sebelumnya di beritahu oleh manajer.

Gadis itu di sana, tersenyum dengan manis menyambut kedatangan Sehun.

"Hai.."

Sehun membalas senyuman sang gadis dengan tersenyum tipis.

TBC..

Author berharap ada masukan dari para reader untuk memperbaiki chap 1 yg masih serba kekurangan,.
Banyak typo, cerita yang pasaran dan penulisan yg kurang rapi..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
batubara #1
Chapter 4: Tetep suka kalo naeun yg jadi cast nyaaaa
chintyabacon88 #2
forewordnya kren ^^ jd pgn bcaa \^^/