Miracles in December (Part II)
Paper Plane Power (PPP)Chansung , terus saja bergulat dengan ponselnya. Ia cemas, nervous, dan penasaran didalam waktu yang sama. Baru kali ini Chansung merasakan rasa aneh seperti ini.
Yah, setidaknya ini karena pemuda yang bernama Taecyeon itu .
"Aissh, ada apa denganmu Chansung! Kau gila huh?" Rutuknya pada diri sendiri. Dan entah sudah berapa kali ia mengecek ponselnya hanya karena 'berharap' seseorang bernama Taecyeon itu menghubunginya.
Lelah bergulat, akhirnya Chansung memilih bangkit dari tempat tidurnya. Mungkin dengan mandi ia dapat menetralisikan pikirannya yang sedang kacau ini.
Ting..ting.
Eh, seperti gerak cepat Chansung langsung berbalik menatap ponselnya. Entah kenapa ia merasa nervous. Ia menggigit bibirnya, berharap dapat menyembunyikan rasa nervousnya— yah, walaupun failled. Kedua kaki jenjangnya berjalan kesisi tempat tidur dimana ponselnya diletak. Salah satu tangannya mengambil ponsel.
Junho
Hei Chansung, jangan lupa untuk mempersiapkan presentasimu, semangat!
Lemas. Lemas seketika, entah mengapa Chansung merasakan dirinya benar-benar lemas saat menerima kenyataan bahwa pesan itu bukan berasal dari Taecyeon .
"Aissh bagaimana sih, apa dia lupa.." Chansung menggeleng, dan mencampakkan ponselnya begitu saja. Setelah itu jalan terhuyung menuju kamar mandi.
Rasa dingin yang diberikan air kepada Chansung sepertinya benar-benar ampuh. Mungkin untuk beberapa menit ini ia akan teralihkan dengan suara gemericik yang dihasilkan pancuran air dari atas shower. Kedua matanya terpejam, menikmati lembutnya sapuan busa yang mengitari daerah dadanya. Jujur, terkadang hanya dengan mandi ia dapat merasakan rasa nyaman seperti ini.
Ok Taecyeon. Teman SMA tujuh tahun lalu Chansung itu terus berputar dikepala Chansung. Bagaimana tingkah aneh pemuda yang ia temui beberapa jam lalu itu terus juga mengusiknya. Jujur, ini pertama kalinya Chansung merasakan perasaan perasaan seperti ini. "Haishh" desahnya, menyadari ada yang tidak beres didalam dirinya. Karena bagaimana bisa seorang pemuda yang baru ia temui beberapa jam itu dapat menganggunya seperti ini.
......
"Hai." Kedua mata Chansung sontak membesar disaat ia melihat Taecyeon tersenyum lebar dan sudah duduk di atas tempat tidurnya dengan tenang. Dan yang semakin membuat kedua mata Chansung semakin melebar adalah pakaian yang dikenakan Taecyeon saat ini.—Pyama biru bergambarkan lumba-lumba yang jelas terlihat kalau itu adalah milik Chansung sendiri.
"A-apa.. y-yang kau lakukan..Ta-taecyeonnn" Tanya Chansung terbata dan tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya saat ini. Bagaimana bisa Taecyeon berada disini? Dan sudah duduk tenang disini? Apa ayah dan Ibunya sudah tau?.
"Hehehe..menginap." jawab Taecyeon sembari menggaruk tengkuknya. "Hmm, kenapa kau tidak memakai pakaianmu? Ini sudah malam dan musim salju. Nanti kau bisa sakit." Tutur Taecyeon mengingatkan.
"A-a..aku.." Bibir Chansung saat ini benar-benar terasa keluh. Banyak pertanyaan yang terhinggap dikepalanya sekarang. Bagaimana bisa pemuda didepannya ini sudah berada disini, sedangkan mereka baru saja kenal beberapa jam. Setidaknya perpisahan tujuh tahun yang lalu benar-benar menghapus ingatannya tentang Taecyeon, bukan hanya Taecyeon tapi teman Chansung yang lain juga.
"B-bagaimana bisa, a-aku menggan—" belum sempat Chansung melanjutkan k
Comments