Final

Wraith

hari ini langit tampak sangat cerah, aku sangat suka melihatnya. Aku memicingkan mataku sebentar seolah memastikan kalau hari ini objek yang akan ku ambil benar-benar bagus, kemudian ku ambil kamareku dari dalam tas. beberapa gambar berhasil ku ambil dengan baik. yah,,, aku mengikuti club fotografer sejak tahun kemarin. awalnya aku ikut fotografer karena menurutku hanya club inilah yang cocok denganku yang termasuk pemalu. tapi, aku menjadi sangat menyukai club ini saat seseorang memuji hasil potretanku. saat itu aku sangat senang  dan mulai saat itulah aku mulai mengaguminya.

 

flashback  on

 

"mmm,,, photo-photo ini milik siapa?. gambar ini memiliki aura yang sangat lembut. aku sangat menyukainya." ucapnya tersenyum sambil menatap lekat pada hasil jepretanku. Aku  tersenyum  senang.

 

"apakah ini milikmu?." tanyanya padadaku, senyumnya masih melekat di wajahnya. aku langsung mengangguk cepat, mengiyakan jawabannya.

 

"ne." jawabku. tiba-tiba bibirku terasa kelu untuk mengucapakan kalimat yang lebih panjang.

 

"siapa namamu?."

 

"h-hyo jin, park hyo jin." jawabku sedikit tergagap. ah, ada apa denganku? kenapa aku tiba-tiba menjadi gugup.

 

"aaa,,, Park Hyojin." ucapnya sambil mengangguk, entah apa itu maksudnya aku tidak tahu. "aku sangat menyukai photo-photomu ini, apa aku boleh memilikinya?." tanyanya. mwo? apakah ini mimpi? ku harap tidak. diam-diam ku cubit lengan kananku. augh! apa! batinku sambil mengelus lenganku tadi. Ada orang yang benar-benar menyukai photoku.

 

"eotte? kalau kau keberatan tidak apa-apa." ucapnya lagi.

 

"a-anii. sunbae bisa memilikinya." ucapku.

 

"jinjja? gomawo Hyo jin-ah." ucapnya sambil terus tersenyum. hmm, aku sangat menyukai senyuman itu. senyuman yang begitu tulus dan sangat indah. Berkali-kali ia melihat photo hasil jeperetanku.

 

"Baekhyun-ah, apa yang sedang kau lakukan? dari tadi aku menunggumu. photo-photoku sudah kau cetak?." tiba-tiba seorang namja datang menghampirinya, dia adalah Park Chanyeol-namja yang memiliki tinggi seperti tiang..

 

"a,, mian. Aku sampai lupa kalau kau sedang menungguku. photomu sudah selesai, kajja." kata baekhyun sunbae.

 

flashback off

 

aku menghela nafas, sambil memasukkan kembali kameraku kedalam tas. sejak saat itu aku terus mengaguminya dari jauh, aku tidak berani untuk mendekatinya. aku tidak mempunyai kepercayaan diri untuk mendekatinya, seperti yang selalu di lakukan oleh mayoritas siswi Lila Art High School. aku juga ingin merasakan mengejar-ngejar orang yang kita suka. tapi satu hal yang tetap saja melekat pada diriku. aku tidak percaya diri.

 

kembali ku langkahkan kakiku menuju kelas. hari ini, sepertinya akan menyenangkan. karena hari ini adalah hari pertama masuk kelas setelah beberapa hari libur akhir tahun pelajaran. aku harap aku bisa bertemu dengan Baekhyun sunbae, aku tidak bisa memungkiri kalau aku sudah rindu melihat senyumannya. Bagaimana kabarnya sekarang? ah, semoga saja dia baik-baik saja, karena aku sangat mengharapkan bertemu dengannya.

 

"pagi Hyo jin..." suara Jinri membuatku menghentikan langkahku, dan segera menoleh pada asal suara. Jinri adalah satu-satunya teman dekatku, walaupun tidak bisa dibilang dekat karena hanya dia yang sering berbicara denganku, sekarang ia sedang berdiri sambil bersandar pada dinding kelas di samping Ahreum, teman sebangkunya. walaupun hanya sekedar saling sapa saja, tapi itu lumayan karena mayoritas di kelas tidak ada yang melakukan hal itu padaku. aku membalas dengan senyuman.

 

"pagi..." balasku. kemudian kembali melangkah menuju kelas. dan tiba-tiba tanpa sengaja aku mendengar sebuah percakapan yang langsung membuatku langsung membeku. kakiku terasa sangat berat untukku pindah.

 

"yah, Byun Baekhyun sunbae kita. kau tahu dia kan?." tanya Ga eun memastikan.

 

"ah, ara. dia kenapa?."

 

"aku dengar kemarin dia meninggal."

 

"mwo? meninggal? ya! kau jangan bercanda. kau tahu dari mana?." tanya ha na.

 

meninggal? sunbae? wae?

 

"tadi aku dengar dari teman sekelasnya. waktu dia di telpon oleh keluarga Baekhyun sunbae."

 

"ah, jinjja? sayang sekali." seru ha na.

 

"yahhh begitulah. ha na-ya, kajja." ucap ga eun lalu berjalan pergi.

 

Bakhyun sunbae? benarkah ini? lalu bagaimana denganku? bagaimana dengan perasaanku? apakah aku sudah terlambat? sunbae... wae?

 

---

 

hari yang menyenangkan? ah, lupakan. terlalu menyakitkan bila mengingatnya. aku tidak pernah membayangkan kalau ternyata aku tidak lagi bisa bertemu dengan baekhyun sunbae? huffft!!! ku hembuskan nafasku keras hingga poniku terangkat. penyesalan memang tidak akan pernah mengubah apapun. seandainya aku tahu kalau akan berakhir seperti ini mungkin aku akan berusaha untuk melawan rasa minderku. hufft,,, seandainya. aku tersenyum pahit, hanya seorang pecundang yang selalu mengatakan seandainya tanpa ada usaha yang dilakukannya.

 

Ku layangkan mataku menatap pemandangan halaman sekolahku yang sudah sepi. Beberapa jam  yang lalu sekolah bubar. Tapi, aku memilih untuk berada di atap gedung sekolah. Tiba-tiba mataku menangkap seorang namja sedang berdiri di samping gerbang sekolah, matanya tertuju pada kaki kanannya yang berkali-kali mengetuk-ngetuk tanah, dari sini aku seolah melihat kalau dia sedang menunggu seseorang. Tapi, apakah mataku benar-benar tidak salah lihat? Dia,,, bukankah dia Baekhyun sunbae? Sedang apa dia? Bukankah dia sudah… meninggal? Tapi…

 

“Haksaeng! Apa yang sedang kau lakukan? Sekolah sudah bubar. Cepat turun dan pulang.” Suara teriakan yang berasal dari seorang petugas keamanan sekolah membuat perhatianku teralihkan. Ah, aku harus segera pulang. pikirku. dengan langkah cepat aku menuruni tangga. Pikiranku masih tertuju pada namja tadi yang berada di gerbang. Apakah benar itu baekhyun sunbae?.

 

“joesongeyo.” Ucapku sambil sedikit membungkuk pada pria paruh baya yang tak lain adalah petugas keamanan sekolah. Dia mengangguk kemudian berjalan masuk menyusuri koridor. Aku segera mengabaikannya. Kini pikiran dan mataku hanya tertuju pada pintu gerbang, lebih tepatnya pada namja yang berdiri di sana. Ah, dia masih di sana. Tapi, siapa namja yang bersamanya?. Jarakku dengannya hanya sekitar 1 meter, dengan langkah hati-hati aku berjalan mendekatinya. Aku harus memastikannya.

 

Eh? Aku sedikit terkejut, Wajahnya memang sangat mirip dengan Baekhyun sunbae.

 

“Baekhyun sunbae?.” Ucapku. Kedua namja di depanku langsung menoleh kearahku dengan ekspresi terkejut.

 

“kau… bisa melihatku?.” Tanya namja yang ku duga adalah Baekhyun sunbae. Aku mengangguk cepat. Apa maksudnya? Tentu saja aku bisa melihatnya.

 

“ne, tentu saja.” Jawabku. Baekhyun sunbae dan namja di depannya saling bertatapan. Meraka seolah tak percaya dengan kata-kataku. “w-wae?.” Tanyaku. Aku mulai mearasa tidak nyaman dengan ekspresi mereka. Sekali lagi mereka saling bertatapan.

 

“tapi aku sudah meninggal. Aku… aku hanyalah roh.” Jawab Baekhyun sunbae. Mwo? Roh? Apa dia sedang bercanda? Jelas-jelas aku bisa melihatnya dengan jelas. dan jika benar dia adalah roh, lalu namja ini kenapa bisa melihatnya? Apa jangan jangan dia juga roh?. Tanpa ku sadari mataku sudah menatap lekat pada namja yang bersama baekhyun sunbae.

 

“aku bukan roh. Aku masih hidup.” Kata namja yang bersama bekhyun sunbae menyadari tatapanku. Aku menatapnya bingung. Keningku sedikit mengerut dan mataku tak lepas menatapnya seolah meminta penjelasan.

 

“dia indigo, Hyo jin-ah.” Jelas Baekhyun sunbae. Yang dibalas dengan anggukan. Eh? Dia masih ingat namaku?. “namamu, park hyo jin kan?.” Tanyanya. Aku mengangguk pelan.

 

“ne.” jawabku.

 

“ah, luhan. hyo jin, nan galke.” Kata Baekhyun sunbae tiba-tiba. Aku hanya mengangguk pasrah.

 

“kau… kau menyukai Baekhyunkan?.” Kata namja yang di panggil  luhan tadi membuatku tersentak. Aku menatapnya tak percaya, tapi dia hanya tersenyum. Cantik! Pikirku. Apakah dia juga bisa membaca pikiranku? Ha? Maldo andwae!!!.

 

“enggg….”

 

“kau ingin mengelak?.” Ucapnya lagi. Aku menatapnya kesal. Bagaimana bisa dia dia menebak pikiranku dengan mudah? . menyebalkan. “ah iya. Aku hampir lupa. Luhan-imnida.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku. Kulirik tangan dan wajah luhan bergantian. Tapi kemudian ku putuskan balas menjabat tangannya.

 

“park hyo jin-imnida.” Ucapku.

 

“jadi benar kau menyukai Baekhyun?.” Tanya luhan lagi. Aih,,, kenapa di ungkit lagi sih?. Aku membuang muka, kemudian menganguk malas. Apa sih sebenarnya yang dia inginkan?. Aku benar-benar tidak mempunyai dugaan sama sekali.

 

“kau, pasti marah pada pada sikapmu sendiri. Benarkan?.” Hmm, lagi-lagi tebakannya tepat.

 

“hmm, aku benar-benar menbenci diriku yang seperti ini.” Ucapku sambil menunduk. Kembali aku menyalahkan diriku sendiri.

 

“itu sudah seharusnya.” Kata luhan membenarkan. Aku mendongak, menatapnya lekat. Bagaimana mungkin dia  hanya membenarkanku? Apa dia tidak menghiburku? Yah walaupun hal itu tidak begitu berpengaruh bagiku.

 

“hyo jin-ah, kajja. Satpam itu akan segera kembali.” Kata luhan tiba-tiba sambil menarik lenganku. Mataku membulat karena terkejut tapi aku hanya mampu mengikuti langkahnya dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan yang belum sempat ku tanyakan.

 

----

 

Aku berdiri di atap gedung sekolah. Seperti hari-hari sebelumnya, aku berangkat pagi-pagi sekali dan berada di atap sekolah untuk melihat teman-teman yang berjalan masuk ke dalam kelas meraka, atau lebih tepatnya dulu aku menunggu Baekhyun sunbae berjalan ke kelasnya. Setiap kali memperhatikannya, aku bisa merasakan kalau dia sangat suka datang sekolah. Senyumnya tak pernah lepas, dan tentu saja saat itu dia pasti bersama sahabatnya, Park Chanyeol. Tapi sekarang yang kulihat bebeda, dia bersama dengan namja cantik yang kemarin bersama Baekhyun sunbae, Luhan. Ternyata dia satu kelas. Tiba-tiba luhan sunbae melambaikan tangannya sambil tersenyum padaku. Dia menyadari keberadaanku di sini?. Fyuhhh! Apakah semua anak indigo seperti itu?.

 

“ternyata kau berada di sini?.” Sebuah suara yang tidak asing lagi di telingaku mebuatku cepat-cepat berbalik. Benar, dia Baekhyun sunbae. Kenapa dia ada di sini?.

 

“Luhan bilang kalau setiap pagi, biasanya kau berada di sini. Dan ternyata memang benar.” Kata Baekhyun sunbae menjelaskan. Dia tersenyum sambil berjalan mendekatiku. Aah… ternyata Luhan lagi.

 

“ne, aku sangat suka tempat ini. Sepi.” Jelasku sambil melihat pada sekeliling.

 

“kau tidak suka berkumpul dengan yang lain, hyo jin-a?.” aku menganguk.

 

“aku merasa tidak percaya diri dan sedikit risih dengan keramaian.”

 

“jadi begitu….” Kata baekhyun sunbae dengan suara bergetar. Menyadari hal itu aku menatapnya lekat. Ia seolah membuang muka, ia menatap langit, dan baru ku sadari senyum itu sudah hilang. Wae? Apakah dia tidak suka aku mengatakan hal itu?.

 

“sunbae… gwaenchana?.” Tanyaku hati-hati, takut kalau ucapanku membuatnya lebih tidak nyaman lagi. Kembali dia menatapku dan tersenyum, tapi senyum itu… bukanlah senyum bersahabat seperti tadi, senyum itu tanpak dingin dan kosong. Bagaimana ini? Bagaimana cara mengembalikan senyum itu.

 

“tentu saja.” Jawabnya, tak kalah dingin dengan senyumannya. Ku gigit bibirku keras, aku mearasa sangat bersalah padanya.

 

“sunbae… mianhae. Jongmal mianhaeyo.” Ucapku, kepalaku sudah benar-benar tertunduk. Aku tidak berani menatapnya lagi. “mianhae.”

 

“mian?.” Tanyanya. “kau merasa bersalah hyo jin-ah?.” Tanyanya, aku menangguk lemas, masih tak berani mengangkat kepalaku. “kalau begitu buatlah 100 teman sebelum aku benar-benar pergi.” Kata baekhyun sunbae yang langsung membuatku menatapnya tak percaya. Mwo? 100?.

 

“100? Teman? Tapi… tapi itu… itu mustahil.” Jawabku sambil menggigit bibir bawahku.

 

“wae?.” Dia berjalan semakin mendekatiku.

 

“ka-karena… karena aku seperti ini…” jawabku terbata-bata..

 

“seperti apa? Ku pikir kau adalah yeoja yan menyenangkan hyo jin-a.” aku menggeleng kuat-kuat.

 

“anii, aku tidak pintar berinteraksi, aku tidak bisa berbicara dengan baik. Karena aku seperti ini, bukankah membuat orang kesal?.” Akhirnya ku katakan juga. Aku membuang muka. Tak berani melihat pada Baekhyun Sunbae.

 

“siapa yang bilang seperti itu?.”

 

“salah satu teman kelasku saat masih di elementary school.”

 

“jadi begitu alasannya. Tapi aku tidak mengerti kenapa kau memilih diam saja.bukankah lebih baik jika kau berusaha lebih keras untuk mengekspresikan perasaanmu. Jika kamu mearasa kalau kamu tidak bisa, kau bisa mempraktekannya dulu.” Kata Baekhyun sunbae, senyum itu sudah kembali. Dan sekarang dia menatapku lembut. “kau bisa mempraktekannya denganku.” Lanjutnya. Aku hanya bisa menatapnya, mulutku seolah terkunci rapat. Dia berjalan menjauhiku. Aku segera membuka tasku dan mengambil kameraku.

 

“bo-bolehkah aku memotretmu?.” Tanyaku ragu. Baekhyun sunbae menoleh dan terkekeh.

 

“kau mau memoteret roh?.” Aku bergeming.

 

Klik!

 

Aku mendapatkannya. Ku lihat hasil foto tadi, ku membulatkan mataku tak percaya. Hanya background gedung atap ini, tidak ada baekhyun sunbae.

 

“wae geurae? Gwaenchana?.” Tanya baekhyun sunbae. Aku tak mampu mengucapkan kata-kataku, aku benar-benar shock setelah melihat hasil foyo tadi. Yah… karena aku merasa aku sudah menangkap gambar Baekhyun sunbae di foto itu. Tapi… ada apa ini?. Air mataku mulai menggenang tapi aku mencoba menahannya. Aku tidak boleh menangis.

 

---

Hari ini sudah hari ke-4 bersama dengan Baekhyun sunbae, hari ini dia memintaku untuk membantunya menuliskan surat pada sahabatnya, park chanyeol, katanya dia ingin berterima kasih padanya, Karena dia tidak bisa menyentuh apapun, dan dengan senang hati aku mengiyakannya.

 

“gomawo, hyo jin-ah…” kata baekhyun sunbae setelah selesai menulis surat untuk Chanyeol sunbae.

 

“chonma sunbae.” Jawabku. Yah,,, karena sering bersama aku sudah mulai terbiasa berbicara dengannya.

 

“BTW, aku masih penasaran kenapa kau bisa melihatku? Apakah kau punya indra ke 6?.” Tanyanya. Aku menggelng pelan.

 

“aku pikir tidak.”

 

“lalu?.” Tanyanya.

 

“molla. Aku juga bingung sunbae.” Jawabku.

 

“jadi begitu.” Ucap baekhyun sunbae sambil mengangguk mengerti.

 

Hening.

 

“sunbae.” Ucapku memecah keheningan. Dia menoleh padaku. “tentang yang di katakan sunbae beberapa hari yang lalu ‘sebelum benar-benar pergi’ apa maksudnya?.” Aku menatapnya.

 

“saat aku meninggal kemarin, umurku masi 17 tahun. Padahal untuk sampai ulang tahunku yang 18 hanya butuh 5 hari lagi. Sedikit mengesalkan memang. Tapi, karena 5 hari itulah aku masih di ijinkan berkeliaran di dunia ini, walaupun dalam wujud roh sekalipun aku masih tetap senang.”

 

“5 hari? Jadi besok?.” Tanyaku meyakinkan.

 

“ya. Kau benar.” Jawab baekhyun sunbae. Apa-apaan ini? Besok? Apakah tidak ada lelucon yang lebih lucu dari ini? Ini tidak salahkan?. Ku tatap wajah bekhyun dengan nanar.

 

----

Hari ini sedikit melelahkan. Pelajaran matematika membuat kepalaku rasanya ingin meledak, belum lagi pikiranku yang masih kalut dengan kabar baekhyun sunbae kemarin. Kabar yang benar-benar membuatku ingin ikut mati saja. Aku lelah mengingatnya. Ku langkahkan kakiku pelan, seluruh tenagaku seolah tekuras habis oleh pikiranku. Tiba-tiba mataku menangkap sesosok namja dengan tinggi yang menjulang besama dengan namja cantik berjalan keluar dari kelasnya, siapalagi kalau bukan park chanyeol dan luhan sunbae. Ah, surat!. Gumamku, lalu  berjalan cepat menuju tempat chanyeol dan luhan sunbae.

 

“hyo jin-a?.” tanya luhan sunbae. “ada apa?.”

 

“anyeonghaseyo! aku hanya ingin menyerahkan ini pada Chanyeol sunbae.” Ucapku sambil membungkuk pada kedua senior di depanku, setelah itu tanganku menyodorkan sebuah kertas putih yang tak lain adalah surat dari Baekhyn sunbae. Chanyeon dah luhan sunbae manatapku bingung. Aku menghela nafas. “Baekhyun sunbae menyuruku menulis ini untukmu, sunbae” Chanyeol segera menerima surat di tanganku   lalu menatap luhan.

 

“terima saja. Dia juga bisa melihat Baekhyun.” Kata luhan sunbae.

 

“baekhyun pabo!.” Gumamnya sambil membuka lipatan kertas surat dari Bekhyun sunbae. “tulisanmu sangat rapi, hyo jin-a.” kata chanyeol sunbae, aku hanya tersenyum kaku. Selama beberapa menit aku dan luhan sunbae hanya berdiri mematung di depan Chanyeol sunbae yang kini sudah meneteskan air mata.

 

“aish!! Bagaimana bisa dia menulis hal seperti ini? Pabo!.” Kata Chanyeol sunbae setelah menyelesaikan bacaannya. Ia menhapus bekas tempat airmata tadi dengan punggung tangannya. Sekilas ku lihat Luhan sunbae sedang terkekeh melihat Chanyeol. Aigoo, orang ini benar-benar tidak bisa melihat situasi. Tidak bisakah dia menahan tawanya?.

 

“hari ini adalah hari ulang tahunnya. Itu berarti hari ini adalah hari terakhir di sini.” Kata luhan sunbae, aku menatapnya lemah. Jadi, dia sudah tahu kalo hari ini baekhyun sunbae akan pergi. Fyuhh!!! Hanya aku yang tidak tahu.

 

“dia pasti senang hyo jin-a.” kata Chanyeol sunbae tiba-tiba. Aku bingung dengan ucapanya. “dia sangat ingin bertemu lagi denganmu. Setelah kau memperlihatkan hasil dari memotretmu padanya, dia selalu menyebut namamu. Dia juga ingin lebih dekat denganmu. Tapi, sayangnya dia sealu tidak punya kesempatan. Penyakitnya… yah penyakit lemah jantung yang di deritanya sejak kecil, menghalanginya. Bahkan sebenarnya dia bisa di bilang dia sudah tidak di bolehkan pergi ke sekolah karena kondisinya yang sangat buruk. Dia sangat menyukai sekolah, karena dengan begitu ia akan bertemu dengan banyak teman, dan melihatmu.” Jelas Chanyeo sunbae. Melihatku? Apa dia yakin?.

 

“aku?.” Tanyaku meyakinkan yang langsung di balas dengan anggukan oleh Chanyeol dan Luhan sunbae. Aku menoleh pada Luhan sunbae sambil memicingkan mata, jadi ini maksudnya kenapa sudah seharusnya aku menyalahkan diriku sendiri?.

 

“ouch!” aku sedikit mengaduh karena tanpa sadar aku sudah mengginggit bibirku terlalu keras.

 

“Gwaenchana?.” Tanya Chanyeol sunbae yang menyadari seruanku tadi. Aku menganguk.

 

“sunbae… aku pergi dulu. Anyeong!.” Ucapku sambil membungkuk kemudia berjalan meninggalkan kedua seniorku.

 

Aku semakin mempercepat langkahku, aku harus bertemu dengan Baekhyun sunbae. Tiba-tiba saat aku berda tepat di samping lapangan kakiku terhenti. Di mana aku bisa menemukan Baekhyun sunbae? Apakah dia berada di rumahnya? Atau dia sudah…

 

Tes!

 

Tes!

 

Tes! Tes!

 

Beberapa tetes air jatuh. Aku mendongak. Hujan? Bagaimana ini? Aku masih belum bertemu dengan baekhyun sunbae. Dan saat mataku melihat ke arah gerbang sekolah, mataku menemukan sesosok namja dengan wajah yang sangat familiar sedang berjalan keluar. Baekhyun sunbae! Tanpa pikir panjang aku segera berlari ke arahnya. Aku tidak boleh kehilangan jejaknya.

 

“SUNBAE!!!.” Teriakku. Dia menghentikan langkahnya dan berbalik menatapku. Aku semakin mempercepat langkahku yang terasa sulit karena air hujan yang deras mengganggu pandanganku.

 

“sunbae….” Ucapku pelan tepat saat berdiri di depannya. Dia menatapku, tatapan yang entah aku tidak bisa mendeskripsikannya. Terlalu menyakitkan melihatnya.

 

“gomawo.” Ucapnya sambil menarik tubuhku ke dalam pelukannya. “gomawo sudah menemani hari-hari terakhirku.” Ucapnya, aku sudah tidak bisa menahan air mataku lebih lama lagi. Tenggorokanku masih sakit akibat dari tadi aku menahan air mataku agar tidak jatuh.

 

“sunbae…. Saranghae, sunbae.” Ucapku akhirnya. Setelah berjuang keras mengeluarkan suaraku yang seolah hilang seketika.

 

“mianhae, aku harus segera pergi, hyo jin-ah.” Kata baekhyun sunbae sambil melepas pelukannya. Ia menatapku lama, airmataku terus saja mengalir. “nado, saranghae, hyojin-a.” Ucapnya sebelum akhirnya ia berAku menatapnya tak percaya. Apakah sekarang waktunya?. Ku lihat langkah baekhyun sunbae yang berjalan semakin menjauh dariku. Sakit. Melihatnya pergi benar-benar menyakitkan. Siluet tubuh baekhyun sunbae sudah menghilang, dia sudah pergi. Pikirku. Dan kini dari kejauhan ku lihat seseorang dengan sebuah payung di tangannya berjalan mendekatiku, Aku sudah tahu siapa dia. Aku masih berdiri mematung, sampai akhirnya namja tadi berdiri di sampingku.

 

“kajja.” Ucap namja cantik di sampingku.

 

 

The End

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet