I’m Sorry, I Love Him

I’m Sorry, I Love Him

Silauan mentari membelai hangat wajahku. Membangunkanku dari mimpi indahku. Dengan sedikit paksaan ku buka mata sipit ini. Rasanya berbeda, oh apa yang terjadi dengan diriku? Ku lirik tubuhku sejenak. Pantas sedikit dingin menyentuh tubuhku. Aku tengah telanjang dada, hanya selembar selimut menutupku dari dinginnya pagi.

          Ku ingat kembali apa yang telah aku lakukan malam itu. Ah, aku ingat. Aku telah melakukan hal yang semestinya tak aku lakukan. Tak masalah sebenarnya itu bagiku. Namun ini bukan hal yang benar. Rasanya aku telah bersalah, tapi aku bisa apa kalau aku memang menyukainya? Menikmatinya malah! Maafkan aku. Sungguh aku minta maaf.

          Mata sipitku memandang sosok disebelahku. Sosok yang menemaniku dan memanjakanku akan kenikmatan malam itu. Ia masih terlelap dan wajah tenangnya menyihirku untuk tak membangunkannya. Ku lihat jam di dinding. Tidak! Sekarang sudah jam delapan pagi. Aku harus membangunkannya kalau memang tidak menginginkan masalah yang lebih besar lagi.

          Saat tanganku akan menyentuhnya, ia menggeliat kecil. Sepertinya ia mengerti diriku. Ia lebih dulu membuka matanya dan menatapku.

“Morning chagi, kau sudah bangun eoh?” sapanya lembut. Aku tersenyum membalas sapaannya. Kini ia telah duduk menghadapku dan memajukan bibirnya. Mengharapkan morning kiss dari diriku. Kuraih bibir itu dan ku kecup pelan.

“Bangun dan pergilah sekarang sebelum Eunji datang.” Pintaku lirih. Ia mengangguk mengerti. Tak perlu aku memaksa lebih, ia telah paham dengan keadaan ini.

“Arasseo! Aku akan pergi sekarang! Tapi apa kau tak ada niat untuk mengatakan kepadanya?” aku menunduk lesu mendengar pertanyaan itu. Aku ingin jujur, namun apa? Aku masih tak sanggup kehilangan dia juga. “Tak usah kau gusar seperti itu. Aku mengerti.” Ujarnya seraya mengecup pelan pipiku. “Kalkeyo.”

          Ia mengenakan kembali pakaiannya dan beranjak pergi dari apartemenku. Aku memandang nanar punggungnya yang telah menghilang dari kedua mataku. Aku masih terdiam ditempat tidur. Tak tahu harus melakukan apa lagi. Ini bukan kali pertama, sudah ketiga kalinya kita melakukannya. Aku tak habis pikir kenapa aku harus tega seperti ini? Oh ayolah! Aku tak sanggup jika harus memilih.

          Dengan perasaan yang berkecambuk setiap kali aku selesai melakukan itu, selesai memandang sosok itu meninggalkanku, aku langkahkan kakiku menuju kamar mandi. Membasuh tubuhku yang telah kotor. Menenangkan kembali perasaanku yang telah kalut berbeda dengan malam kemarin yang sama sekali tak pernah berfikir akan meninggalkan persaan bersalah. Yah, aku telah terbuai akan kenikmatan yang ia berikan. Aku bisa apa? Lagi pertanyaan itu mengalun lembut dipikiranku.

          Dibawah gemericik air yang keluar dari shower, aku mendengar suara memanggil namaku. Itu pasti Eunji, yeoja cantik sekaligus kekasihku yang selalu menyempatkan datang ke apartementku sebelum ia pergi kuliah. Kupercepat mandiku, tak ingin membuatnya lebih lama menunggu.

“Oppa, kau selesai mandi? Ini aku bawakan kau sarapan. Makanlah dulu sebelum kau berangkat bekerja.” Ucapnya ramah dan tak lupa senyuman bertengger manis diwajah cantiknya.

Kudekatkan tubuhku kearahnya, membalas sapaannya dengan seulas senyum . “Eum, kau bawa apa lagi sekarang?”

“Ini, aku bawakan kau sandwich dan susu coklat. Mianhae oppa, aku tak memasakkanmu makanan yang lebih berisi.” Jawabnya seraya menyodorkan piring dengan dua sandwich diatasnya.

“Gomawo ne, kau selalu perhatian kepadaku. Kau tak pergi kuliah?”

“Aku kuliah oppa, tapi nanti jam sebelas. Kau tak pergi bekerja?”

“Aku tidak ingin bekerja hari ini. Entah kenapa aku ingin menemanimu.” Ujarku dengan senyum yang aku siapkan semanis mungkin. Aku tak tahu sebenarnya kenapa begini. Aku merasa aku harus menghabiskan waktuku selama mungkin dengannya.

Ia membelalakan matanya sempurna. Cantik saat wajah menganganya itu terpampang. “Oppa kau serius?”

Aku mengangguk pasti, “Eum, apa mau aku antar kau pergi kuliah? Kuliahlah dulu. Nanti sepulang kuliah kita akan jalan-jalan.”

“Baiklah, aku akan berangkat kuliah sendiri saja. Nanti aku akan menghubungimu sepulang kuliah oppa.” jawabnya lalu mengecup pelan pipiku.

          Apa aku tega? Jika harus meninggalkan yeoja cantik yang selalu menemani hari-hariku? Selalu ada disaat aku membutuhkannya. Disaat senang maupun sedih. Ia selalu disisiku, tak peduli apapun itu. Ia selalu menyemangatiku, selalu menguatkanku dan selalu tersenyum kepadaku. Jarang aku melihat air mata turun dari kedua mata indahnya. Ia selalu mengatakan tak ada air mata jika itu bersamaku.

          Kita telah mejalin hubungan lebih dari tiga tahun. Waktu yang cukup lama untuk saling mengenal satu sama lain. Aku pernah berjanji untuk melamarnya jika ia sudah selesai kuliah. Tapi, rasanya hal itu akan sulit sekali aku penuhi. Saat ini, seseorang telah mengambil hatiku. Sejak kapan aku menjadi seperti ini? Aku sendiri masih ragu mengenai jawaban itu.

“Apa kau akan berangkat sekarang?” tanyaku ketika kulihat tangannya sibuk merapikan pakaiannya.

“Eum.” Jawabnya singkat.

“Benar tak ingin aku antar?” tanyaku meyakinkan. Ia hanya mengelengg.

“Aku pergi dulu oppa.” pamitnya seraya mengecup pelan pipiku.

“Eunji-ah, saranghae.” Ujarku lalu mengecup bibirnya. Ia tersenyum malu. Pipinya merona merah.

“Nado saranghae oppa, kalkeyo.” Kaki panjangnya melangkah pasti keluar dari apartemenku. Aku hanya memandangnya dengan perasaan bersalah. Sangat bersalah.

          Tak ada yang ingin aku lakukan selama kepergiaannya. Hanya duduk bermalasan menunggu jam berlalu. Layar datar didepanku pun hanya sekilas saja aku pandang. Kenapa denganku?

Dorawajwo, I want u back, back, back, back, back..

Back, back, back, back,

          Ponselku berbunyi, kuraih ponsel itu lalu kubaca nama yang terpampang dilayarnya. Lee Hoya, kenapa ia menelponku?

“Yeoboseyo?” jawabku pada telepon itu.

“Eoh, Sunggyu hyung! Kau tak pergi kekantor? Hari ini akan ada meeting dengan Nam Woohyun-sshi. Pemilik Nam Corp. Apa kau masih tidur?”

“Benarkah? Ah, aku lupa. Jam berapa aku akan ada meeting dengannya?” tanyaku setelah menyadarinya.

“Jam sebelas hyung! Cepatlah kalau kau tak mau terlambat.”

“Bisakah kau mengganti jadwalnya besok? Aku ingin menghabiskan waktuku bersama Eunji hari ini.”

“Hyung! Kau ini bagaimana sih? Mereka pasti akan membatalkan hubungan kerja kita.” Kudengar suaranya sedikit meninggi. Ah, pasti Hoya marah denganku. Tapi aku juga sudah berjanji dengan Eunji dan aku tak ingin mengecewakannya.

“Sudahlah, aku yakin mereka tak akan membatalkannya. Oke, annyeong.” Tak ingin berdebat lebih lama aku menutup telpon itu.

          Nam Woohyun, nama yang tak asing bagiku. Sekarang ia adalah pemimpin salah satu perusahaan yang terkenal di Korea Selatan bahkan sampai ke China. Padahal dulu ia hanya anak ingusan yang tak tahu apa-apa. Sudah lama juga aku mengenalnya. Jauh sebelum aku mengenal Eunji. Ia dongsaeng sekaligus teman saat aku masih sekolah dulu. Kita selalu bersama. Sampai suatu saat ia harus pergi ke Amerika Serikat untuk menuntut ilmu sesuai keinginan ayahnya.

          Dua jam sudah waktu berlalu. Kulihat kembali ponselku dan ternyata satu pesan aku terima dari Jung Eunji. Ia sudah pulang kuliah. Dengan cepat aku mengganti pakaianku dan merapikan diri. Lantas ku ambil kunci mobil dan melaju kejalanan.

“Oppa! aku disini.” Teriak Eunji saat aku turun dari mobil. Aku menghampirinya dan mengecup pelan pipi kanannya.

“Kajja, kita cari makan siang dulu.” Ajakku seraya masuk kedalam mobil.

          Setelah sekita lima belas menit kulajukan mobil sportku. Kini kami berada disebuah restauran yang cukup terkenal enak namun murah. Ramai sekali restauran ini. Kugandeng Eunji keluar restauran dan kusuruh ia untuk duduk menunggu, sementara aku memesan makanan yang akan kita makan untuk lunch kali ini.

“Apa kau sudah lapar? Ini makanlah.” Kusodorkan makanan yang telah aku pesan didepannya. Dapat aku lihat jelas, binar mata terpancar diwajahnya. Aku ikut senang dengan hanya melihatnya saja. “Makanlah yang banyak ne!”

“Oppa, kalau aku makan banyak nanti aku tambah gemuk.” Jawabnya cemberut. Bibirnya manyun menggemaskan. Ingin rasanya aku memakannya saat itu juga.

“Hahaha, kau tetap cantik walaupun bertambah gemuk.” Pujiku.

          Masih kulihat bibirnya manyun mendengar kata-kataku. Ia cantik, sangat cantik. Bagaimanapun keadaannya ia yang paling cantik untukku.

“Oh, Sunggyu-ya. Kau apa kabar?” kudengar seseorang menyebut namaku. Kutolehkan kepalaku kearahnya. Benar saja, suara yang sudah sangat aku kenal. Kim Taeyeon. Mantan kekasihku dulu.

“Eoh, Taeyeon-ah! Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?”

“Aku juga baik-baik saja. Kau dengan siapa disini?”

“Ini, aku bersama Jung Eunji, dia kekasihku. Dan Eunji kenalkan dia Kim Taeyeon temanku semasa sekolah dulu.” Aku memperkenalkan mereka. Sempat kulihat senyuman sinis mengukir diwajah Taeyeon. Apa ada yang salah dengan kata-kataku?

Eunji tersenyum lalu mengulurkan tangannya. Sedetik kemudian Taeyeon menjabatnya. Mereka saling memberi salam.

“Ah, sekarang kau sudah kembali normal ya Sunggyu-ya? Aku kira kau masih tetap sama. Tapi itu sudah lama sih. Baguslah kalau kau sudah kembali. Aku turut senang dan semoga hubungan kalian berdua langgeng. Aku harus pergi sekarang. Aku masih ada urusan. Annyeong.” Ucapnya panjang lebar sebelum pergi meninggalkan kami. Aku tak tahu apa maksud dari perkataannya. Tapi sedikit kutangkap dari kata-katanya. Normal? Ah, mungkinkah ia masih mengingat itu? Dan aku yakin ia tak akan melupakan hal itu.

“Baiklah! Senang bertemu denganmu.” Balasku disusul dengan bunyi hak tinggi Taeyeon yang bersentuhan dengan lantai.

          Aku melihat wajah Eunji sejenak. Tergambar jelas bahwa ada sesuatu yang sedang dipikirkan Eunji. Mungkinkah ia memikirkan kata-kata Taeyeon? Apakah ia penasaran dengannya.

“Oppa, Kim Taeyeon itu siapa?” benar, ia penasaran dengannya.

“Dia, dia temanku saat kita masih di senior high school. Sekaligus mantan kekasihku.” Jawabku lirih. Aku tak berani menatap Eunji yang pasti telah menyiapkan pertanyaan berikutnya.

“Eoh! Terus maksudnya apa dengan kembali normal?” pertanyaan itu sontak membuatku terlonjak kaget. Aku harus menjawab apa? Aku masih belum sanggup berkata jujur kepadanya.

“Ah, itu bukan apa-apa. Tak usah kau pikirkan. Kembalilah makan.” Seolah ia mengerti aku tak mau bercerita. Ia tak menyelidiku. Ia kembali mengunyah makanan didepannya.

∞∞∞

          Sepi, apartementku begitu sepi. Sekarang telah jam sembilan pagi, namun aku tak mendapati Eunji datang kemari. Tak biasanya ia melewatkannya. Mungkin ia ada tambahan kuliah. Aku mencoba berpikir positif.

Ting..tongg..tingg..tongg...                          

          Bel apartementku berbunyi. Siapa yang menamu? Apa itu Eunji? Kalaupun Eunji, ia pasti akan langsung masuk. Dengan segera aku membukakan pintu dan ternyata Nam Woohyun yang tengah berdiri didepan pintu.

“Annyeong chagi-ah! Apa kau merindukanku.” Sapanya saat pintu itu kubuka. Aku tersenyum lebar kearahnya. Ya! Nam Woohyun ini lah sosok yang telah mencuri hatiku.

“Ne, aku merindukanmu! Kenapa kau kemari sepagi ini?” tanyaku. Ia tak langsung menjawab. Tangannya lebih dulu menjamah pingganggku. Memelukku erat dan mencium ceruk leherku.

“Aku merindukanmu chagi. Semalaman aku tak melihat wajahmu rasanya ada yang hilang.” Jawabnya yang kontan membuat pipiku memerah.

“Jinjjaro? Masuklah! Aku akan buatkan minum untukmu. Bukankah kita ada jadwal meeting nanti siang?”

“Ah iya. Tenanglah! Masalah itu bisa kita atur!” jawabnya santai.

          Ia mengikutiku masuk kedapur, dapat kurasakan tangannya melingkar indah dipinggangku saat aku membuatkannya minuman.

“Chagi-ah! Apa kau ada waktu hari ini?” aku mendongakkan kepalaku untuk menjawab pertanyaannya namun yang terjadi malah ia mengecup bibirku.

“Ani, aku sudah ada janji dengan Eunji.” Jawabku pelan, aku tak ingin membuatnya bersedih.

“Eoh! Kau mau menghabiskan waktumu dengannya lagi? Kapan kau akan berkata jujur kepadanya? Kau tak ingin menghianatinya lebih dalam bukan?” kata-kata Woohyun terdengar serius itu menghujam jantungku. Sesak seketika aku merasakannya. Tak ada yang salah dengan perkataannya.

“Kau benar, tapi aku masih belum siap kehilangannya. Apa aku egois?” tanyaku dengan sedikit bergetar. ia membenamkan kepalanya diceruk leherku. Kurasakan darahku mendesir pelan.

“Aniya, aku yang salah telah masuk kedalam hidupmu lagi. Aku mengerti, sangat mengerti.”

          Lama kami berada dalam posisi itu. Enggan rasanya aku melepasnya. Kubiarkan ia memelukku erat dari belakang dan sesekali mencium leherku lembut. Sampai suatu suara menyadarkanku dari kenikmatan ini.

“Oppa! Aku bawakan kau buah. Apa yang! Ah! Kau lakukan disini?” suara itu! suara Jung Eunji. Dia pasti terkejut melihatku berpelukan dengan Woohyun. Kulepas cepat pelukan Woohyun. Kuberlari menghampiri Eunji yang tengah shock dengan apa yang ia lihat.

          Eunji terduduk lemas, tangannya memegang lututnya dan mata indahnya tertutup embun yang mulai berdesakan untuk mengalir kebawah. Aku merasa bersalah sangat bersalah. Sedetik kemudian kudengar dan kulihat, suara tangisannya beradu dengan sesenggukan dan gerakan tangan yang mengusap kasar air mata itu.

“Eunji-ah! Aku minta maaf! Eunji-ah.” Aku beranikan diri untuk mendekatinya. Ia tak berontak, ia tak menolak aku dekati. Ia masih terdiam dalam tangisannya.

“Eunji-ah! Ada yang ingin aku katakan sejujurnya denganmu. Eunji-ah.” Masih ia tak merespon perkataanku.

“Eunji-ah! Jebal, aku mohon lihatlah aku! Eunji-ah.” Dia terdiam, sempat memandangku sejenak. Ia beranjak dan berlari meninggalkanku. Kuraih tangannya namun dengan kasar ia melepau. Gerakannya lebih cepat daripada apa yang aku kira.

          Aku meninggalkan Woohyun yang tertunduk lesu. Wajahnya terlihat bersalah. Aku mengerti apa yang ia rasakan. Kembali aku mengejar Eunji yang ternyata sedang menangis disalah satu tempat duduk ditaman.

“Eunji-ah!” panggilku pelan. Ia tak merespon. Suara tangisnya masih jelas terdengar. “Eunji-ah!”

Aku mendekatinya dan duduk disebelahnya. Ia berpaling membuang muka dari hadapanku. “Eunji-ah, jebal jangan kau diamkan aku.” Pintaku lirih.

“Apa yang inginkan oppa?” tanyanya dingin. Suaranya berat. Aku mendongak antusias. Ia tak lagi mendiamkanku.

“Aku minta maaf Eunji-ah! Aku minta maaf telah menghianatimu Eunji-ah.”

“Apa ini maksud dari perkataan Kim Taeyeon-sshi kemarin?”

“Itu..ituu..” aku tak sanggup berkata lagi.

“Jawab oppa! apa sebenarnya yang terjadi? Oppa!” ia membentakku. Kulihat jelas ia sangat kecewa dan marah sekali. “Oppa!”

Tak ada pilihan lain selain aku harus jujur kepadanya. “Eum, aku minta maaf telah membohongimu dan menghianatimu. Sejujurnya aku telah lama memiliki hubungan dengan namja tadi. Dia Nam Woohyun, teman sekaligus mantan kekasihku dulu. Aku lama mengenalnya, sejak kami masih duduk dibangku sekolah dasar. Kami selalu bersama. Tidak dapat dipungkiri, rasa itu tumbuh diantara kami.” Jelasku panjang lebar. Eunji semakin deras menangis, ia semakin shock mendengar apa yang aku katakan.

“Kami selalu bersama, walaupun aku mencintainya, aku tak sepenuhnya ingin memilikinya selalu. Saat di SMA, ia mengenal Kim Taeyeon, yeoja yang membuatku sadar bahwa aku harusnya mencintai dan bersama dengan seorang yeoja. Namun ternyata dugaanku salah. Aku masih mengharapkan untuk bisa bersama Woohyun sampai akhirnya Taeyeon menyadari bahwa hubungan antara aku dan Woohyun bukan hanya sekedar teman. Ia memutuskan hubungan kita. Lama setelah itu, Woohyun meninggalkanku ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studynya.” Aku berhenti sejenak. Kutarik nafas panjang lalu kuhembuskan. Sekedar menetralkan perasaanku yang bergemuruh saat menceritakan semua ini.

“Lalu? Kenapa kau mencintaiku oppa?” kupandang sesaat kedua kristal yang telah pudar akibat buliran air mata. Kuraih wajahnya, ia tak melawan. Ku kecup pelan bibirnya.

“Apa aku begitu egois sekarang?” tanyaku. “Maafkan aku Eunji-ah! Aku mengenalmu jauh setelah kepergian Woohyun ke Amerikan. Aku mengenalmu dan benar-benar mencintaimu. Selama aku bersamamu aku tak pernah sekalipun memikirkan Woohyun. Tapi, semakin lama perasaan itu muncul kembali bersamaan dengan munculnya Woohyun dalam dunia kerjaku. Ia datang dan mencuri kembali hatiku. Aku minta maaf Eunji-ah. Aku minta maaf. Kau berhak jika tak ingin memaafkanku.”

“Oppa!” kudengar suaranya memanggilku dengan lembut. “Semua orang memiliki kelemahan masing-masing dan juga masa lalu masing-masing. Aku akui, aku sangat sakit saat tahu kenyataan itu oppa. Aku sudah sadar jauh sebelum kau berkata jujur bahwa ada yang berubah denganmu. Aku kira kau mulai bosan denganku. Namun ternyata kau malah jauh lebih mengecewakan dari apa yang aku pikirkan.” Lagi, air matanya tumpah dari sudut mata indahnya.

“Aku minta maaf Eunji-ah, aku minta maaf! Aku harus jujur kepadamu aku tak bisa sepenuhnya mencintaimu. Ini aku sebenarnya, aku minta maaf!”

“Apa kau masih mencintaiku oppa?” tanya Eunji dengan menatap lekat manik mataku. Ia masih mengharapkan rasa yang ia tanyakan ada didalam diriku.

“Masih, aku masih sangat mencintaimu. Tapi aku tak bisa lagi mencintaimu seperti sebelumnya.” Jawabku dengan menunduk. Aku ikut sakit saat melihat Eunji sakit.

“Aku tahu oppa! aku tak akan memaksamu untuk tetap bersamaku. Aku akan mengikhlaskanmu bersama Woohyun-sshi jika memang itu membuatmu bahagia.” Ujarnya lalu ia melangkahkan kakinya.

“Eunji-ah!” aku menarik tangannya. Ia berhenti.

‘Grabb..’

“Aku minta maaf! Benar-benar minta maaf Eunji-ah.” Aku memeluknya dengan erat. Tetesan-tetesan air mata jatuh mengenai lenganku. Ia menangis semakin kencang. Tanpa kusadari air mataku juga ikut terjatuh. Aku tak sanggup menahannya lagi. Kubalikkan tubuhnya dan kupeluk semakin erat. Ia tak melawan dan tak berontak.

          Sekali lagi aku merasakan bahwa aku benar-benar egois. Aku mengecup bibirnya dan melumatnya pelan. Lagi, ia tak merespon, tak berontak dan tak melawan. Ia masih dalam tangisnya. Aku sungguh seperti bukan namja yang baik.

“Mianhaeyo, jeongmal mianhaeyo. Naneun saranghamnida Eunji-ya.” Ucapku pelan.

“Oppa! gwaenchanha! Aku memaafkanmu, aku juga tak akan membencimu. Tapi aku tak bisa bersamamu lagi.”

“Eunji-ah! Jeongmal mianhaeyo.”

“Oppa! ijinkan aku untuk sendiri oppa.” ia melepas pelukanku dan menatapku lekat sejenak. Ia tersenyum dan mengecup pelan pipiku. “Aku juga masih mencintaimu, tapi aku tak bisa bersamamu. Gomawo sudah memberikanku cinta selama ini.”

“Eunji-ah! Aku yang seharusnya berterima kasih kepadamu. Mianhae, saranghaeyo dan kamsahaeyo mau mengertiku. Apapun keputusanmu, aku akan menerimanya.”

          Senyumnya kembali tersungging diwajahnya. Senyum itu bagaikan jarum yang menusuk-nusuk dihatiku. Bagaimana tidak? Aku begitu tega dengannya. Rasa tulusnya harus aku balas dengan rasa sakit hati yang entah kapan itu akan menghilang.

          Kini aku hanya mampu menatap nanar kepergian Eunji. Jujur aku masih sangat mencintainya namun apa daya aku juga tak sanggup menahan rasaku yang lain. Diriku yang sebenarnya. Aku tak ingin menyakiti Eunji lebih dalam lagi. Kuikhlaskan pilihan Eunji. Ini bukan salah Eunji, namun sepenuhnya ini salahku. Semuanya salahku. Dan aku tak mampu untuk memperbaikinya. Aku memang ditakdirkan untuk menjadi seperti ini. Aku minta maaf Jung Eunji. Semoga kau akan lebih bahagia dengan seseorang yang bisa mencintaimu dengan tulus dan bukan dari kaum seperti aku.

“Saranghaeyo Jung Eunji.” Ucapku lirih mengiringi kepergiannya dari hidupku.

END.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
jkooksyeolliev #1
Chapter 1: Uaa woogyu :o
strawberrymilk_
#2
Chapter 1: Yaahhhh maunya balikan sama woohyunnya ditulis juga ;A;
Bagus thor, woohyun-nya seksi sekali~
keep writing