The Last Time...

The Last Time...

Kedua kristal itu menatap tajam apa yang ada didepannya. Kabut kelam memudarkan pandangannya. Buliran-buliran bening tak henti-hentinya menyeruak turun dari sudut mata indah itu.

Kayu panjang berbentuk persegi membingkai wajah manis dengan senyum mengulas lebar. Senyumnya manis sekali membuat sosok didepannya tak berniat menyudahi turunnya air mata. Ingatannya menerawang saat ia pertama kali bertegur sapa dengan wajah manis itu.

“Ahh!! Sial! Kenapa aku harus berangkat telat sih! Kalau begini aku bisa dimarahi Lee Seonsaengnim.” Gerutunya saat melihat jam tangan telah menunjukkan pukul 8 pagi. Langkahnya yang tergesa tak menyadari satu buku telah terjun bebas dari genggamannya.

Untung saja, dibelakangnya berdiri namja manis bermata sipit yang memperhatikannya dan memungut buku itu.

“Jung Eunji-sshi!” panggil namja itu.

Pemilik nama itu membalik. Alisnya bertaut dengan mulut menganga menanggapi panggilan itu. “Ah, Sunggyu Seonbaenim. Ada apa?”

Namja itu-Sunggyu- tersenyum manis kepadanya, “Kau menjatuhkan ini.” Jawabnya seraya menyerahkan buku itu.

“Eoh! Maaf seonbaenim aku tidak sadar kalau bukuku jatuh. Gomapseumnida seonbaenim.” Ucapnya membungkuk lalu menerima buku itu dari uluran tangan Sunggyu. “Ah, aku sudah telat! Permisi Seonbae! Annyeonghaseo.” Pamitnya dengan sedikit menunduk menahan malu.

Sunggyu hanya menyunggingkan senyum mendengar kata-kata Eunji. Mata sipitnya mengikuti gerak langkah kaki Eunji yang meninggalkannya.

Tangannya mengusap pelan jalur bening dikedua pipinya yang tak kunjung menghilang. Masih setia tatapannya memandang samar bingkai foto itu diiringin butiran air mata yang jatuh semakin deras. Saat ingatannya kembali berputar dibenaknya.

“Oppa! kenapa kau iseng sekali sih! Lihatlah, kuenya jadi berantakan seperti ini.” Sungutnya kesal. Kue yang semula berbentuk hati lengkap dengan hiasan diatasnya kini telah rusak akibat tangan jahil sang kekasih.

“Sudahlah! Kau bisa buat lagi kan? Lagian kenapa tidak membeli saja sih?” ujarnya menenangkan Eunji yang masih mempoutkan bibirnya.

Eunji melirik sekilas Sunggyu. Tangannya  mengambil pisau untuk meratakan kembali kue itu dari rusaknya hiasan yang telah melekat diatasnya. “Aku ingin buat yang spesial dihari yang spesial juga oppa.” jawabnya pelan.

Namja bersurai madu itu mendekati Eunji melingkarkan tangannya dipinggang ramping Eunji. Bibir tipisnya mengecup hangat leher putih Eunji. Setengah berbisik ia berkata, “Aku juga ingin memberimu yang spesial dihari yang spesial.”

“Eoh? Apa oppa?” tanya Eunji penasaran.

Sunggyu membalikkan tubuh Eunji. Ditatapnya kedua kristal bening itu dengan lekat. Sebuah senyuman mengukir indah diwajah manisnya. “Will you marry me?” tanya Sunggyu sungguh-sungguh.

Eunji terbelalak. Mata indahnya membulat sempurna seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Belum sempat ia menjawab, bibirnya yang tengah terbuka dikecup pelan oleh Sunggyu.

“Maukah kau menikah denganku Eunji-ah? Naneun saranghamnida, jeongmal saranghanda.” Tukas Sunggyu tak hentinya membuat Eunji kehilangan kata-kata. Tanpa Eunji sadari, benda bening mengalir pelan dari sudut matanya. Kelopak mata Eunji mengerjab pelan membendung aliran itu agar tak semakin deras mengalir.

Sunggyu terkejut melihat air mata jatuh dari mata indah kekasihnya. Dengan reflek ia mengusap pelan air mata itu. “Hey! Kenapa kau menangis? Apa kau tidak menyukai caraku melamarmu?” tanya Sunggyu merasa bersalah.

Eunji menunduk malu dan menggeleng pelan. Sedetik kemudian ia mendongakkan kepalanya lalu mengecup pipi Sunggyu. “Aku menyukai apapun yang kau lakukan oppa. Aku mau menikah denganmu. Nado saranghamnida oppa. jeongmal saranghamnida.” Balasnya pasti disertai senyuman lebar dari bibir menawannya itu.

Mendengar itu sontak membuat Sunggyu senang. Lantas ia memeluk tubuh ramping Eunji dengan erat. Bibirnya tak berhenti menyebut kata Gomawo untuk Eunji. Sesaat ia melepaskan pelukannya. Mata sipitnya menyorot lembut kedua bola mata yang tengah tersenyum. Tangannya meraih wajah Eunji lalu mengecup pelan bibir Eunji dan berubah menjadi lumatan hangat.

“Eunji-ah, kajja kita pulang. Kau sudah dari tadi berdiri disini.” Ujar seorang yeoja cantik berambut hitam panjang itu menghampiri Eunji yang terpaku menatap nanar wajah manis itu.

Tak perlu dua kali panggilan, Eunji menoleh kearahnya. Mengangguk pelan lalu memeluk tubuh yeoja itu dengan sesenggukan yang semakin mengeras.

“Tenanglah Eunji, Sunggyu oppa pasti akan bahagia disana. Tapi ia juga akan bersedih kalau melihatmu seperti ini.” Tangan halus yeoja itu mengelus pelan punggung Eunji. Seakan mengerti dengan apa yang dialami adik sepupunya itu.

Masih dalam sesenggukannya itu, ia mencoba berkata, “Eonni, kenapa Sunggyu oppa harus meninggalkanku disaat dia berjanji akan hidup denganku?” suara beratnya menyentuh hati yeoja itu. Kontan air mata ikut mengalir dari mata beningnya.

“Semua sudah kehendak Tuhan sayang. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kajja kita pulang. Woohyun sudah menunggu kita dimobil.” Ujarnya setelah melepaskan pelukannya lalu menggandeng tangan Eunji lembut.

Eunji tak melawan, ia menurut perlakuan kakak sepupunya itu meski dengan sedikit berat hati meninggalkan tempat itu. Meninggalkan wajah manis berbingkai kayu itu.

∞∞∞

Hening malam diisi suara ribut angin yang berusaha menyela masuk kamar dengan jendela sedikit terbuka. Hembusannya berhasil menyentuh ringan kulit mulus yang tengah terbaring itu. Matanya masih terbuka, menyorot tajam gambar datar dengan dua sosok berdiri saling melempar senyum.

Kepalanya mendongak saat ketukan pintu menggema ditelinganya serta gesekan pintu terbuka dan menampilkan sosok ramping dengan tangan membawa nampan makanan.

“Eunji-ah, makanlah dulu. Kau belum makan sejak pulang dari upacara pemakaman. Ini eonni bawakan kamu bubur dan teh jahe hangat.” ucapnya seraya meletakkan nampan itu diatas meja.

Sejenak ia mendesah pelan ketika melihat sosok yang terbaring lemah. Mengerti dan paham betul dengan apa yang terjadi pada sepupunya itu membuatnya juga merasakan sakit yang begitu dalam. Ditinggalkan seseorang yang telah hadir dihidupnya. Bahkan nyaris hidup bersama jika saja Tuhan tak memanggilnya terlebih dulu.

“Chorong eonni.” Panggil Eunji dengan suara paraunya. Chorong saudara sepupunya itu mendekat dengan senyum sebagai respon dari panggilan Eunji.

“Eonni, bisakah eonni membawakanku boneka hamster dari kamar Sunggyu oppa? aku tidak berani kesana, aku takut aku akan semakin sedih.” Pintanya.

Chorong mengerutkan dahinya, tampak ia tak mengerti permintaan sang adik. Namun ia tak mau mengecewakan adiknya lantas ia tersenyum dan berkata, “Pasti, eonni akan menelpon Woohyun untuk membawakanmu kesini. Tapi buat apa Eunji-ah?”

“Aku merindukan Sunggyu oppa, setidaknya boneka itu akan menggantikannya disisiku.”

“Arasseo, jamkkanmanyo aku akan menelpon Woohyun dulu.”

Eunji mengangguk. Setelahnya terdengar suara langkah Chorong meninggalkan Eunji dikamarnya.

Tak perlu waktu lama, Chorong kembali bersama seorang namja dengan tangan membawa sebuah boneka hamster besar. Dapat dilihat dengan jelas, bibir Eunji mengukir senyum dan mengulurkan tangan untuk meminta boneka itu.

“Gomawo Woohyun oppa!” ucapnya sumringah.

“Ne, kau sudah makan? Aku dengar dari Chorong kau belum makan.” Tanyanya dengan nada khawatir. Eunji tak menjawab. Jari lentiknya menunjuk satu benda lalu diikuti gerakan kepala Woohyun dan Chorong. Lantas keduanya tersenyum.

“Baguslah kalau kau sudah makan. Apa ada lagi yang kau inginkan?” tanya Woohyun lagi.

Eunji menggeleng, ia mengerjap pelan sebelum kembali berkata, “Antar aku ketempat Sunggyu Oppa besok.”

“Ne? Kenapa kau mau kesana?” tanya Woohyun heran.

“Aniya, aku ingin melihatnya lagi.”

“Ah, iya. Aku akan mengantarkanmu dan Chorong eonni akan menemanimu. Ada lagi?”

“Aniya, kau boleh pulang sekarang oppa! gomawo ne!” tukasnya sembari memeluk erat boneka itu.

Woohyun mengangguk, ia beranjak dari duduk dan menggandeng Chorong untuk keluar meninggalkan Eunji. Mungkin Eunji masih membutuhkan waktu agar terbiasa tanpa kehadiran Sunggyu.

Dengan gerak lembut Eunji mengusap bulu-bulu boneka hamster yang mirip dengan Sunggyu itu. Bibirnya tak hentinya mengulas senyum. Namun sedetik berikutnya air matanya lolos terjatuh.

Keramaian Kota Hongdae membuat Eunji mengeratkan genggamannya ditangan Sunggyu. Tak mau kehilangan jejak sang kekasih yang sedari tadi menggandengnya entah akan dibawa kemana.

“Kita mau kemana oppa?” tanya Eunji ditengah perjalanan itu. Sunggyu tak merespon. Langkahnya masih terasa jelas seakan menyeret Eunji bersamanya. Sampai pada satu toko, Sunggyu menghentikan langkahnya.

“Jja, kita sudah sampai.” Ucap Sunggyu sontak membuat Eunji tertegun bingung. Ia menoleh sekilas kearah Sunggyu dan mendapati sang kekasih tersenyum kepadanya. Seakan mengerti dengan apa yang dipikiran Eunji, Sunggyu menarik tangan Eunji.

“Sekarang kau pilih satu yang kau suka.” Masih tak mengerti dengan ucapan Sunggyu, Eunji hanya terdiam mematung. Namja bermata segaris itu tersenyum gemas dengan sikap kekasihnya. “Ambilan satu, sebagai temanmu nanti.” Ucapnya lagi.

Sedikit butuh waktu untuk membuat Eunji mengerti dengan kata-kata Sunggyu sebelum tangan halusnya mengambil satu boneka berbentuk hewan hamster.

“Kenapa kau ambil hamster?” tanya Sunggyu heran.

Eunji hanya terkekeh kecil. Matanya menyipit dan giginya terpampang jelas. “Ini mirip denganmu oppa! lihatlah! Mata sipitnya juga bibir tipisnya.”

“Ya! Masak kau menyamakanku dengan hamsters?” protes Sunggyu dengan bibir manyun sempurna. Eunji tak menanggapi protes Sunggyu dan lebih memilih meninggalkannya kemeja kasir untuk membayar itu.

“Lalu kita mau kemana lagi oppa?” tanyanya setelah keluar dari toko boneka.

“Apa kau tahu oppa? Saat aku melihat boneka ini aku begitu gemas dan tanpa berpikir panjang langsung mengambilnya.” Kenangnya sendiri dalam tangisnya. Berusaha mengingat dan menumpahkah semua apa yang dirasakannya lewat untaian kata yang keluar dari bibir merahnya.

“Bahkan aku masih mengingat jelas bagaimana bibir tipismu manyun sempurna. Hahaha. kau menggemaskan oppa.” tawanya pecah diantara buliran bening yang merangsek turun.

“Tapi, kenapa kau justru meninggalkanku? Apa kau memberiku ini karena sudah tahu akan meninggalkanku?” isak tangisnya memenuhi ruang yang tak bisa dibilang sempit itu.

Membuat Eunji penasaran memang hobi Sunggyu. Kali ini pun ia berhasil membuat Eunji membulatkan mata indahnya. Tak pernah terfikir akan terjadi sesuatu yang membahayakan, Sunggyu mengeluarkan kotak kecil. Alis coklat Eunji bertaut, matanya sedikit memicing melihat benda yang Sunggyu keluarkan itu.

“Lihatlah! Ini untukmu.” Ujar Sunggyu seraya membuka kotak itu. Terpampang jelaslah sebuah liontin bermendalikan hati. “Kau suka?” tanya Sunggyu saat melihat ekspresi yang berubah dari wajah cantik Sunggyu.

Eunji mengangguk dan tersenyum senang. Sunggyu segera melepas kaitan kalung itu dan hendak mengalungkannya. Namun sial, belum sempat kalung itu dipakaikan, seseorang yang telah dari tadi mengikuti mereka merampas paksa kalung itu.

“Ya inma! Kembalikan kalung itu!” teriak Sunggyu. Langkah kakinya bergerak lebih cepat mengejar sang pencuri. Pencuri bertopi itu lari dengan kencang menuju jalanan ramai.

Dengan muka geram merah padam, Sunggyu mengejar pencuri itu tanpa melihat sekitar. Dan naas, sebuah mobil melaju kencang lalu...

“BRAAAAAKKKKKKKKKK...”

Benturan hebat menghantam tubuh Sunggyu. Tak ayal hal itu membuat tubuh Sunggyu terpental dari jalanan. Tubuhnya diselimuti darah yang mengalir keras dari kepala dan tubuh lainnya.

Yeoja cantik berambut cokelat tua itu melemas. Tubuhnya terjatuh dengan aliran bening dari sudut matanya. Pandangannya seakan memudar saat melihat sosok dibalik kerumunan itu.

“Oppaa!! Oppaa!!” panggil Eunji berharap sahutan dapat terdengar ditelingannya. Tangannya mengguncang tubuh lemah itu. “Oppa!! oppa!! Ireona Oppa!!” butiran-butiran bening itu jatuh menentes dipipi Sunggyu.

“Oppaa ireona!” Eunji memeluk tubuh lemas Sunggyu. Sedetik berlalu tangan lemah Sunggyu mengusap pelan kepala Eunji. Kontan membuat Eunji senang.

“Oppa!! oppa!!”

“Eunji-ah.” Sahut Sunggyu lirih. “Eunji-ah, mianhaeyo.”

“Oppa!! apa yang kau bicarakan? Kenapa kau minta maaf?” tangisan Eunji semakin pecah.

“Mianhaeyo tidak bisa menjadi kekasihmu yang terbaik. Miahaeyo, keunde naneun saranghaeyo.” Ucapnya lirih.

“Oppa! kenapa kau bicara seperti itu? oppa!”

“Eunji-ah, aku boleh minta satu permintaan?” tanya Sunggyu dengan wajah meringis kesakitan.

“Katakan itu oppa! apa yang kau minta?”

Tangan Sunggyu membelai lembut pipi Eunji, bibirnya mengulas senyum manis. “Berjanjilah kau akan hidup bahagia nanti.”

“Pasti oppa! aku akan hidup bahagia denganmu.”

Sunggyu menggeleng pelan. Eunji menatap bingung tak mengerti apa yang sunggyu maksud. “Mendekatlah dan kecup aku.”

Eunji mendekat dan mengecup bibir tipis Sunggyu. Sunggyu sedikit melumatnya lalu melepaskannya. “Eunji-ah, naneun jeongmal saranghae. Saranghae Jung Eunji.” Kata-kata terakhir Sunggyu sebelum menutupkan mata sipitnya.

“Oppa!! oppa!! oppa!! ireona oppa!! andwae oppa andwae! Kkajima oppa kkajima!! Oppaaaa!!!!” teriak histeris Eunji menyadari kepergian Sunggyu. Teriakannya berbaur dengan sesenggukan serta air mata yang tak hentinya terjatuh.

∞∞∞

“Morning oppa? apa kabar kau hari ini? Apa kehidupanmu menyenangkan disana?” senyum Eunji mengembang tatkala ia memandang wajah manis berbingkai kayu didalam almari penyimpanan abu kremasi. Tangannya meletakkan bunga mawar putih disebelah batu bertuliskan Kim Sunggyu.

“Sunggyu Oppa! kau harus berjanji akan hidup bahagia disana. Agar Eunji juga bisa selalu tersenyum disini.” Ujar Chorong yang menemani Eunji melihat Sunggyu. “Tetaplah tersenyum seperti itu oppa. Kami akan selalu merindukanmu.”

“Benar kata eonni oppa. Kalau kau bahagia disana aku juga bahagia ini. Eh, apa kebalik ya?” tawanya terdengar. Tubuhnya mendekat dan mengecup pelan foto itu.

“Aku akan bahagia disini oppa. Aku akan selalu menjaga namamu dihatiku. Saranghaeyo oppa.”

Setahun sudah berlalu sejak kepergian Sunggyu. Seperti apa yang ia janjikan, kini Eunji telah memulai hidupnya dengan kesibukan yang mungkin sedikit bisa menghilangkan rasa sedihnya. Namun masih cinta yang tulus untuk Sunggyu tetap terjaga dihatinya. Entah sampai kapan hatinya akan diambil oleh orang lain yang akan menggantikan Sunggyu. Ia sendiri tak tahu. Selama ia masih sanggup bertahan untuk tetap mencintai Kim Sunggyu, ia akan bertahan dalam cinta kasihnya.

 

The End...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet