chap 1
Missing You so Badly, SoojungAku mendengarnya. Sangat baik. Hingga membuatku heran sendiri. Bagaimana bisa? Apa selama ini aku tak pernah mendengar sebelumnya? Apa aku begitu tak memperhatikannya? Ku hentikkan langkahku, memejamkan mata lalu kembali melangkah. Lagi, aku mendengarnya. Sekarang lebih jelas. Ku buka mataku, memandangi sepatu yang membalut kakiku. Sebelumnya, aku tak pernah mengira jika setiap langkahku mengeluarkan bunyi. Sebelumnya, aku tak pernah mendengarnya. Tak ada yang berbeda dari sepatuku. Masih sama seperti beberapa bulan yang lalu ketika gadis itu memberikannya untukku.
Aku menghela napasku menyadari sesuatu. Gadis itu sudah jadi bagian hidupku. Ku lanjutkan langkahku begitu pelan sembari menikmati setiap bunyi yang diciptakan oleh sepatuku yang bergeserkan dengan aspal. Cukup menenangkan untuk hariku yang begitu penat dan melelahkan. Aku tidak peduli jika orang-orang mengenaliku. Aku tak peduli jika Jinki Hyung akan menceramahiku atau parahnya mananger Hyung mengomel tiada henti. Aku tidak peduli. Untuk hari ini aku ingin seperti ini. Seperti sebelum orang-orang mengenalku sebagai Choi Minho rapper grup idol papan atas Shinee.
Sesekali ku dongkakkan kepalaku. Memandangi langit biru. Dan sekali lagi gadis itu berkelebat di kepalaku. Gadis itu menyukai langit. Ia menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memandangi langit. Apa yang sedang kau lakukan, Soo jungie? Apa kau juga memandangi langit yang saat ini ku pandangi?
Di ujung gang ku kenakan kacamata hitamku dan juga topiku. Jika tadi aku tak peduli dengan orang-orang yang melihatku. Sekarang, di jalan raya ini aku peduli. Aku tak takut jika orang-orang mengenaliku, aku hanya ingin menikmati ini lebih lama. Aku tak ingin diganggu sekalipun itu oleh fansku. Ada puluhan orang yang berlalu lalang bersamaku. Aku melihat sekumpulan siswi tengah asyik menjilati es krimnya. Aku tersenyum melihatnya, gadis itu juga menyukai es krim. Chocolate es krim. Jika ada yang memperhatikanku mungkin mereka menganggapku gila karena tersenyum sendiri.
Aku bisa merasakan ponselku bergetar. Aku meraihnya, mengeluarkannya dari sakuku. Nama Jinki tertera di layar. Namun, aku tak terlalu peduli itu. Mataku terlalu fokus pada gadis di wallpaperku. Ia tersenyum, sembari memeluk boneka teddy bear yang ku berikan di hari ulang tahun ke tujuh belasnya. Aku tak berniat menerima atau menolak panggilan Ji
Comments