Return

Return - DaeBaek Story
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

.:Story Begin:.

 

 

 

Sebuah mobil mewah berhenti di tengah hutan pinus. Daehyun beranjak dari kursi kemudinya lalu segera keluar dari mobilnya. Mata indahnya memperhatikan dengan lekat pohon-pohon pinus yang memenuhi di sekelilingnya. Mulai berjalan perlahan ke tengah hutan pinus itu sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Benar-benar indah. Sinar matahari yang tak terlalu terik menyinari wajah tampannya. Melewati celah-celah pohon pinus yang berdiri dengan gagah. Wajahnya tampak menunjukan raut bingung.

 

“Untuk apa aku datang ke tempat seperti ini?” gumamnya.

 

Deg..

 

Deg.

 

Tangannya terangkat meraba dadanya saat sebuah debaran aneh terus berdentum dengan cepat. Ini pertama kalinya bagi Daehyun datang ke tempat seperti ini. Daehyun memang sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi kediaman neneknya yang sekarang tinggal sendirian di daerah Yanggu, Provinsi Gangwon. Daerah Yanggu memang dikelilingi oleh pegunungan yang menjulang dengan indah. Tapi Daehyun tidak pernah sekalipun tertarik atau bahkan berpikir untuk datang ke tempat seperti ini.

 

“Kenapa aku jadi seperti ini?”

 

Sekelebat bayangan sesosok namja mengganggu perhatiannya. Namja itu memakai seragam sekolahan. Rambut soft brown yang terlihat lembut jika di sentuh itu bergerak begitu saja karena tertiup angin. Daehyun mulai melangkahkan kakinya mengikuti langkah-langkah remaja mungil yang berlari ringan. Berhenti saat penglihatannya tak lagi menangkap sosok mungil tadi. Hilang. Begitu cepat. Hanya dalam hitungan detik saja. Kembali mengerenyitkan dahinya bingung.

 

Ting...

 

Pendengarannya menangkap suara dentingan piano yang nyaring karena hutan pinus ini begitu sunyi. Menajamkan indera pendengarannya lalu mulai melangkah lagi mencari letak asal suara dentingan piano tersebut. Di hadapannya, sang remaja tadi terlihat sedang bermain piano dengan riang. Senyum dari bibir mungilnya tampak begitu mempesona. Daehyun memperhatikan dengan seksama permainan tangan remaja mungil tu. Langkah kaki Daehyun kembali tercipta saat rasa penasaran mulai menyeruak masuk kedalam pikirannya. Memperjelas penglihatannya sekali lagi saat sudah bisa melihat dengan jelas siapa pemilik jari-jari yang dengan alaminya menciptakan nada-nada indah itu.

 

“Baekie-ah.”

 

“Oh. Daehyun-ah.”

 

Deg...

 

Deg...

 

Sesosok namja lain berlari melewati Daehyun begitu saja dan menghampiri namja mungil yang dipanggilnya ‘Baekie’ itu. Keduanya saling melemparkan senyuman dan tatapan hangat. Debaran misterius itu kembali di rasakan Daehyun saat kedua iris obsidiannya menangkap dengan jelas adegan demi adegan yang ada di hadapannya saat ini. Kembali melangkahkan kakinya saat kedua sosok namja berpakaian seragam sekolah menengah itu beranjak dari duduknya dan berjalan sambil bergandengan tangan.

 

“Baeki-ah, besok adalah hari ulangtahunmu. Kau ingin apa sebagai hadiah dariku?”tanya namja yang lebih tinggi.

 

”Eumm...bagaimana kalau sebuah istana?” jawab sang namja manis sambil terkekeh geli.

 

“Yaaa...darimana aku bisa memberikan istana kepadamu. Kau kira aku ini seorang pangeran yang mempunyai segalanya? Aku serius Baeki-ah.”

 

“Ne. Mianhae. Aku hanya bercanda. Kkkkk”

 

“Lalu kau mau apa sebagai hadiahmu?”

 

“Aku tidak menginginkan apapun darimu, Daehyun-ah. Cukup kau dan aku saja. Tidak ada yang lain” Genggaman tangan keduanya semakin mengerat. Tatapan hangat keduanya membuat Daehyun tersenyum kecil.

 

“Kau jangan khawatir Baeki-ah. Aku berjanji akan selalu berada di sampingmu menemanimu menjalani hidup ini. Di belakangmu mendorongmu untuk melangkah menuju masa depan yang kau harapkan dan di depanmu untuk selalu memelukmu saat kau lelah.”

 

Namja yang lebih tinggiu dari namja mungil yang dipanggil ‘Baeki’ itu melanjutkan, “Daripada aku yang hidup tanpamu, kau yang hidup tanpaku itu membuat aku khawatir, Baeki-ah. Karena kau tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan benar. Aaaah...itu membuatku frustasi.”

 

“Ya! Jung Daehyun! Kau menyebalkan!” rengek namja mungil tadi lalu berjalan meninggalkan namja yang lebih tinggi.

 

”Jung Baekhyun! Jangan tinggalkan aku! Aku hanya bercanda!”

 

Tes..

 

Tes..

 

Tanpa Daehyun sadari, liquid bening turun dari kedua matanya. Tangannya menyentuh airmatanya yang tak berhenti menetes. Ini semua membuatnya semakin bingung dan tak mengerti. Tangisannya semakin terdengar pilu. Dadanya terasa amat nyeri dan sesak. Daehyun menopangkan tangan kanananya pada batang pohon pinus. Sementara tangan kirinya terus menekan dadanya yang semakin terasa sesak. Daehyun tau tak ada yang salah dengan dadanya. Tapi, ada yang salah dengan hatinya. Hatinya terasa amat sesak dan nyeri. Daehyun menangis begitu saja.

 

“Hhhh—ada apa—hhuks—denganku—aaakkh. Baeki-ah.” Geramnya.

 

**

*

 

 

 

“....Dae, aku datang lagi. Bagaimana kabarmu?.....”

 

Eh?

 

Suara apa itu?

 

Apakah itu suara malaikat yang akan membawa rohku pergi menuju keabadian?

 

Pip,

 

Pip,

 

Pip~

 

Tapi... apakah suara di keabadian terdengar seperti.....mesin?

 

“...apa kau tidak merindukanku? Tak ingin melihat Taehyung? Aku merindukanmu, Dae. Maafkan aku....”

 

Deg~

 

... apa...?

 

“...ini semua salahku. Jika...malam itu aku tidak memintamu untuk pergi dengan berjalan kaki, maka-huks- semua ini tidak akan terjadi. Kau tidak akan tertembak oleh peluru perampok itu....iya kan Dae? Maafkan aku.....”

 

Deg~

 

 “...ahhh aku sudah berjanji untuk tidak menangis. Maafkan aku...”

 

....suara ini....

 

***

**

*

 

 

 

“Daehyun-ah.”

 

Namja mungil berparas anggun itu terus berjalan memasuki sebuah rumah minimalis bercat coklat terang itu. Baekhyun terus melongokan kepalanya ke segala penjuru ruangan di dalam rumah tersebut. Mengerutkan dahinya saat tak menemukan satu-satunya orang yang sedang dicarinya.

 

“Daehyun-ah. Ya! 30 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup! Dimana kau?” teriaknya kesal.

 

Baekhyun berhenti sejenak saat ia mengingat sesuatu. Kamar. Ah, kenapa baru ingat? Baekhyun memukul dahinya merutuki kebodohannya selama beberapa menit kebelakang. Untuk apa ia mencari ke seluruh penjuru rumah ini dan melupakan satu-satunya ruangan yang ia yakini jika orang yang dicarinya sedari tadi pasti ada disana? Baekhyun bersumpah akan meneriaki –telinga- Daehyun dengan suara nyaringnya jika Daehyun masih bergelung di bawah lindungan selimut tebalnya.

 

Cklek..

 

“Aaaaah...ya tuhan. Kenapa aku harus mengenal namja pemalas sepertinya? Aku akan gila. Aaaahh...” rengeknya sambil menhentak-hentakan kakinya tepat setelah ia berhasil membuka pintu kamar sahabat pemalasnya. Tanganya mengusap-ngusap dadanya dan menghela napasnya.

 

“Aaaaah.” Lenguhnya lelah.

 

Jung Daehyun adalah satu-satunya orang yang selalu membuat pagi harinya di penuhi dengan helaan napas lelah. Baekhyun memang sudah mengenal Daehyun semenjak mereka baru dilahirkan. Orangtua Daehyun dan Baekhyun memang memutuskan untuk membiarkan kedua anak lelakinya ini untuk tinggal bersama sejak mereka lulus dari Middle School. Sudah 2 tahun mereka hidup bersama. Tahun ini adalah tahun ke 3 mereka di High School.

 

Dijodohkan. Mungkin orang-orang akan menganggapnya kolot karena dengan tenangnya mereka menerima perjodohan ini. Tapi Daehyun dan Baekhyun tidak munafik. Mereka  memang saling mencintai satu sama lain dari awal. Tak ada yang bisa membantah fakta tersebut.

 

Baehyun berjalan mendekati kasur yang terlihat nyaman itu. Daehyun bukan tipe namja yang akan tertidur dengan keadaan berantakan. Tapi Baekhyun tahu betul apa yang ada di balik selimut tebal bermotif awan yang masih menutupi tubuh Daehyun. Mulai mendekatkan bibirnya ke telinga Daehyun. Lalu...

 

“Selamat pagi, pangeran Jung. Apa kau tidak ingat hari ini hari apa? Kita harus sekolah, pangeran Jung. Apa kau rela membiarkan kekasihmu yang polos ini berjalan sendirian untuk berangkat ke sekolah? Uuuh...pangeran Jung, kalau kau tidak bangun dalam hitungan 3 detik, maka aku akan kabur dari rumah ini. 1.....3.”

 

“Eeemhh...Baeki-ah. Oke. Aku bangun sekarang.”

 

Hening.

 

“Baeki. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berdiri membelakangiku?”

 

Baekhyun memang berdiri membelakangi Daehyun yang saat ini sudah terduduk di atas kasurnya. Kedua tangan Baekhyun menutupi wajahnya dengan erat.

 

“Dae, cepat masuk kamar mandi. Atau aku akan berangkat sendirian sekarang juga.” rengeknya manja.

 

Daehyun sebenarnya tahu apa yang membuat kekasih polosnya ini bertingkah seperti ini. 1 kebiasaan Daehyun saat tidur. Daehyun akan tertidur dengan keadaan bertelanjang dada. Dan itu adalah satu-satunya alasan. Daehyun diam-diam tersenyum jahil.

 

“Baeki. Kau baik-baik saja? Aku bahkan bisa melihat wajahmu yang memerah dari sini. Kau baik-baik saja? Tidak sakit?” ucapnya dengan nada jahil. Daehyun senang sekali menjahili Baekhyun. Karena setelahnya, Baekhyun akan merengek untuk berhenti menggodanya. Aigoo kyeowo~

 

“Ya! Kau ingin mati? Berhenti menggo

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eternalle #1
Chapter 1: Waaah happy end >< senengnya liat hyunfams bahagia<3 daebak author-ssi!
kay_yayah #2
Chapter 1: Uwahhhh....aku menangis terhura #Eehh terharu...
Ff nya sweeeettt banget kyk permen kapas....
Sempet dug dug juga kerna ku pikir dae akan tinggalkan baektae...
Ahhh..pengen sequel nih...klo bisa berchapter lagi assiikk...
CHyun301 #3
Chapter 1: baahhh daehyun ada maksud trslubung/? wuakakkakak hyun family jjang :*
k0j3t4 #4
Chapter 1: How bout you make a longer version for this??? That'll be more interesting!
DeadSWORDMASTER
#5
Chapter 1: Owie, this is really nice, tapi andai dieksplor lebih jauh mungkin bakalan lebih baik. Masih banyak tempat yang terkesan seperti 'dipadatkan', padahal sebenarnya masih bisa diekspansi. However, you'd done a good work so far! Tetap semangat, Adrien-san :D :D :D
jungtaem #6
Can you make other daebaek fanfic which mpreg and fluff one :)
hyosshi #7
Chapter 1: So sweet (´⌣`ʃƪ) aigoo ad chap selanjutx gk, gk sabar sma kelanjutan'a

Update juseyo xD
loveedensor #8
Chapter 1: so fluffy... thanks for a great story author ssi... keep writing :-)