Accepting The Wish

Dress Like a Girl
Baekhyun menatap bayangan wajahnya di kaca jendela. Ia menyelusuri lekuk bayangan bibirnya yang mengendur. Rasa kecewa menjalari setiap inci dari tubuhnya. Bahkan tak ada yang bisa membayangkan jika ibunya akan melupakannya saat sadar. Ini seperti mimpi buruk. Setidaknya bagi Baekhyun.
 
Hujan rintik mengaburkan suara derap langkah seseorang yang mendekat kearah Baekhyun. Sebuah tepukan lembut mendarat di bahunya. Baekhyun berjingkat. Dibelakangnya, salah satu dokter yang tadi pagi ia temui melihatnya dengan tatapan tidak menentu. Tak segembira tadi pagi memang, tetapi Baekhyun masih dapat melihat rona gembira itu. Diselingin keterkejutan.
"Jika kau ingin bertanya padaku apa aku baik-baik saja, pergilah. Aku sedang tidak baik saat ini." ucap Baekhyun sambil membuang muka. Ia kembali menyusuri bagian wajahnya. Ia menggambar pola-pola awan disekeliing kepulan asap dari mulutnya.
"Kami tidak menyangka soal ini. Tapi aku yakin kau sangat terpukul." kata Dokter itu tiba-tiba. Baekhyun yang sibuk mengusir kekecewaannya, memejamkan mata. Ia menunggu hingga dokter itu tak berkata lagi. "Sudah kubilang aku sedang tidak baik saat ini." tegasnya lagi. Ia tetap tak menatap dokter itu, meskipun jelas-jelas ia tahu pemuda itu sedang berusaha serius padanya. "Tetapi, jika kau menuruti keinginannya, itu sangat membantu untuk kesembuhan."
 
"Kau gila!" belum selesai dokter itu bicara, Baekhyun sudah naik pitam. Ia berdiri menatap dokter dengan kacamata hitam itu. Matanya yang berkilat mampu ia lihat di frame dengan gradien biru itu. "Maaf, bukan maksudku. Aku hanya syok." Jelas Baekhyun. Ia mengendurkan suaranya. Ia menarik napas panjang berkali-kali untuk menenangkan diri. Dokter muda itu berjalan mendekati jendela. Ia membenahi letak kacamatnya yang sedikit mengendur kemudian menggosok dagunya.
"Setidaknya jika kau membuatnya bahagia. Itu akan mempercepat kesebuhannya." ujar Dokter itu. Dibelakangnya Baekhyun lagi-lagi memejamkan mata dan terpejam. Ia melihat ke arah ranjang sebelahnya. Disana terbaring sang ibu yang sedang terlelap. Ia mendekatinya.
 
"Jika aku boleh tahu, apa keinginannya?" Tanya dokter. Ia mendekati Baekhyun yang sedang mengusap jemari sang ibu. Sementara hanya kekosongan yang menyelingi mereka sebelum Baekhyun mendaratkan satu ciuman di punggung tangan ibunya. "Ia sangat ingin melihat kakak perempuanku Baek Hi lulus SMA. Hanya itu."
 
"Lalu kenapa kau tak menyuruhnya kemari."
 
"Tidak bisa. RZ-34. Kau tahu pesawat itu? Kakakku salah satu korbannya." ujar Baekhyun sedikit terbata. Ia teringat bagaimana kakaknya itu dengan gembira menunjukkan satu lembar tiket pesawat. "Bahkan aku belum menemukan jenazahnya." tambah Baekhyun sambil terpejam.
 
Dokter muda itu sedikit merasa bersalah. Ia menunduk dan memelintir ujung jarinya. "Maaf jika kau tersinggung. Tetapi kau memiliki kulit yang bagus dan wajah yang lembut. Tidak bisakah kau mewujudkannya?"
 
Baekhyun terlihat tak yakin dengan apa yang didengarnya. Sepercik nyala api menyala di relung hatinya. Ia ingin wanita itu sembuh. "Bisakah?"
 
 
 
 
 
 
 
Baekhyun memasuki sebuah butik. Di lemari kaca serta gantungan-gantungan baju penuh dengan seragam. Mulai dari warna hiru, coklat serta warna kuning yang familiar. Baekhyun menelusupkan jarinya di sebuah jas berwarna navy. Itu jas yang sama dengan milik kakaknya -Baekhi.
"Permisi. Ada yang bisa saya bantu?" kata seseorang. Baekhyun mengalihkan perhatiannya hingga ia melihat seorang wanita dengan seragam yang mirip dengan cat butik ini. "Kau punya seragam Art School?"
 
 
Baekhyun diarahkan ke sebuah ruangan yang dijejali dengan jas dan kemeja berwarna coklat. Ia tiba di bagian Art School. Sekolah dengan tema seragam coklat itu menarik perhatiannya. Daripada mengikuti kakaknya yang bersekolah di sekolah khusus wanita, Baekhyun lebih suka untuk menjadi murid biasa di sekolah umum. Art School sebuah sekolah yang cocok untuk pemuda yang bukan tipe pemikir seperti Baekhyun.
"Untuk siswa laki-laki ada di bagian ini." seru wanita itu sambil mengarahkan telunjuknya di ruangan sebelah. Wanita itu berjalan ke arah ruangan yang ia tuju disambut ucapan berhenti dan gelengan dari Baekhyun. "Tidak. Aku butuh untuk siswa perempuan."
Wanita itu sedikit terkejut. Ia kembali mendekati Baekhyun. "Pacar anda?"
"Bukan. Kakakku." jawab Baekhyun diselingi tawa sengau dari mulutnya. "Aku akan memilih sendiri. Pergilah." tambah Baekhyun.
 
Ia menuju gantungan jas wanita. Ia mengambil salah satu jas panjang dengan hiasan stuuded di bahunya. Ia menempelkan jas itu di dadanya. Cukup pas untuk ukurannya. Ia memakai jas itu tanpa melepas kaosnya. Sangat aneh, pikirnya. Setelah ia yakin tak ada yang melihatnya, ia mengambil beberapa helai kemeja, jas dan rok di gantungan.
 
Baekhyun menaruh baju-bajunya di kasir disambut dengan tatapan aneh dari wanita penjaga kasir. Ia mungkin juga sangsi melihat seorang pria membeli baju wanita sendirian. Setidaknya jika pria ingin membelikan pacarnya hadiah, ia akan membawanya. "Mungkin kau pernah mendengar Surprise atau kejutan." Seru Baekhyun salah tingkah. Ia membentuk bulatan-bulatan layaknya balon untuk mewakili kata kejutan. Ia berpikir alangkah baik untuk menjelaskan terlebih dahulu. Tetapi wanita itu tetap tak merespon. Baekhyun mengutuk dalam hati.
 
Suara lonceng kecil diatas pintu butik berdenting. Disambut teriakan seorang pelayan. Beberapa keributan terjadi saat tamu itu memasuki butik. Beberapa pelayan, bahkan empat sekaligus menghampirinya. "Nona Nara. Selamat datang kembali !"
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
aiwataru1
#1
Aaaa seru banget! >.< Ditunggu kelanjutannya ^^
keyhobbs
#2
Chapter 2: haaaa....baekhyun harus mulai hidupnya jdi cewek...humm~~~siapa tuh nara?apa dia kakaknya baek yg hilang???
kurisuma #3
Chapter 2: unyuu, cepetan lanjut yaa!
sechay #4
Chapter 1: next thor. kecepetan tbc nya jadi blom bisa comment apa2. sorry