Yeah, I just want to say, "Saranghae, Yeoliee~"

I want to say "I LOVE YOU"

Aku tak sanggup memilikimu bukan? Aku tak sanggup mendapatkan hatimu bukan? Apa yang ku harapkan dari semua ini? Dunia kita berbeda, sangat berbeda.  Hatiku, ragaku, jiwaku telah terbelenggu dalam pesona mu.  TIDAK! Asal kau tau, tidak hanya itu yang telah terbelenggu oleh mu . Seluruh hidupku, apapun yang  ku miliki telah terbelenggu senyum manis mu. Hancur, hatiku hancur akan semua kenyataan pahit ini.

Tuhan, mampukah aku melewati semua ini?

Akankah kau akan menjadi milikku? Kurasa tidak, dunia kita berbeda. Aku menyadari itu, aku sangat menyadari itu. Tapi, aku tak sanggup menolak rasa yang tumbuh dalam diriku. Aku tak sanggup menolak kehadiranmu dalam hidupku. Aku tak sanggup, sungguh aku tak sanggup akan semua perasaan yang telah melanda jiwaku.

Senyum mu, tawa mu, candamu, peluk mu, kasih mu selalu terngiang dalam setiap hariku. Apakah kau tau bahwa aku tak sanggup membencimu? Membenci? Melihat mu bersedih pun aku tak mampu, apalagi aku harus membencimu. Tau kah kau akan hal itu? Kurasa tidak. Kau tak akan pernah tau akan hal itu. Karena aku hanya bayangan yang dapat kau lenyapkan kapan pun kau mau.

Haruskah aku melupakan mu? Haruskah aku menghilangkan rasa yang meluap-luap dalam hatiku selama ini? Haruskah aku menumbuhkan rasa benci padamu? Tapi, bisakah aku melakukan semua itu jika memang itu yang harus ku lakukan?

Aku tak mampu. Kau segalanya bagiku, kau hidupku, kau cahayaku, kau penyemangat hidupku. Ya, sosok seperti itulah yang melekat pada dirimu di dalam otakku. Aku tau, aku hanya pelengkap jalan hidupmu, aku bukanlah tokoh utama pendamping mu dalam jalan hidup mu. Tapi, apakah pelengkap tak bisa menjadi tokoh utama dalam hidupmu? Akankah aku dapat berharap akan perhatian mu? Berharap akan cintamu?

Tes.. tes.. tes..

Air mataku semakin deras mengalir menghias pipiku. Aku tak mampu menahan lagi airmataku, aku tak mampu menahan lagi cinta yang telah bertepuk sebelah tangan selama 10 tahun ini. Aku tak sanggup menahan rasa sakit yang begitu menyesakkan ini.

“Hhh, bodohnya aku.” Gumamku

Cklek

Pintu kamarku terbuka. Aku tersentak kaget dan segera ku bersihkan airmata yang masih senantiasa mengalir di pipiku

Aku mendengar derit tempat tidurku, “Hei, Baek.” Suara menyapa gendang telinga ku dengan lembut. Aku mengenal suara itu, segera ku tolehkan kepalaku kepadanya. Seketika itu, tiba-tiba dia memeluk ku, memelukku erat, sangat erat.

“Hiks..hiks” tangisanku yang telah matian-matian ku tahan sekarang kembali pecah dan semakin menjadi. “Menangislah, luapkan semua kekesalan dan hal-hal yang selalu mengganjal dihatimu selama ini. Luapkan.” Ucapnya sambil mengelus rambut ku dengan lembut. “Hiks.. A-aku.. hiks.. a-aku m-mencintainya, Lu... hiks” Dia semakin erat memelukku.

“Apa yang harus kulakukan, Lu? Hiks.. Apakah aku harus menyerah? Hiks.. hiks.. A-Aku sangat mencintainya, Lu.” Dia tau bahwa aku tak perlu jawaban darinya, aku hanya ingin meluapkan seluruh penat yang selalu mengganjal di hati maupun pikiranku. Dia hanya senantiasa diam dan terus membelai lembut punggung ku untuk menenangkan ku. Dia adalah sahabat ku sejak kecil, Lulu atau Luhan. Ya, dia bernama Xi Luhan

Aku mulai mengontrol tangisan ku, isakan ku pun mulai mereda. Tapi aku tau, sakit yang menjalar di hati ini sama sekali tak mereda melainkan semakin menjalar menguasai setiap relung hatiku. “A-apakah aku dan dia terlalu berbeda? Apakah rasa cintaku tak pernah pantas untuknya selama ini?” aku menutup wajahku untuk menahan gejolak tangis yang sangat menguasaiku saat ini.

Luhan menatap ku sendu, ia sangat mengerti bagaimana perasaan ku  pada Chanyeol, ya Park Chanyeol adalah sahabat ku dan Luhan sejak kecil. Dan saat ini, Chanyeol adalah artis yang sedang  naik daun yang sangat dipuja dan dielu-elukan disetiap langkah kakinya membawanya pergi. Penggemar nya tak hanya para remaja bahkan orang tua pun mengelu-ngelukan ketampanan, kepintaran, keramahan, kebaikan, dan kelebihan-kelebihan lain yang dimiliki oleh Chanyeol.

“Kalian tidak berbeda. Kalian tetap sahabat ku yang terbaik.” Luhan tersenyum menatap ku, “Cinta tak pernah salah, Baekki. Tuhan memberikan kita cinta untuk mengajarkan kepada kita bagaimana rasa bahagia yang sesungguhnya, rasa  saling menjaga, rasa saling percaya, dan rasa untuk senantiasa saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.” Ucap nya sambil membersihkan bulir-bulir airmata yang masih mengalir di pipiku

Aku mencerna kata-kata Luhan. Aku terdiam. Entah mengapa kata-kata Luhan semakin membuat ku sakit. “Jika cinta tak pernah salah. Berarti orang yang memiliki rasa cita itulah yang salah? Orang yang tanpa sengaja menumbuhkan cinta di dalam hati nya?”

Luhan mengerti akan arti ucapanku, “Bukankah aku sudah berucap bahwa Tuhan memberikan perasaan mulia itu, perasaan cinta kepada orang-orang yang mampu menjaganya? Cinta yang tulus tak akan pernah pudar, Baekki. Cinta itu akan terikat dengan sendirinya nanti.”

Aku menggelengkan kepala ku, “Ani, Lu. Cinta begitu menyakitkan. Cinta begitu menyedihkan. Selama 10 tahun ini, aku selalu menjaga perasaan cinta ini, aku yakin bahwa perasaan ini semakin subur tumbuh dalam hatiku setiap harinya dan aku telah berusaha untuk menghapuskan perasaanku itu, tapi apa daya aku tak mampu. Rasa sakit yang diakibatkan oleh cinta lebih menggores luka yang begitu mendalam saat ini. Ya, saat dimana dia lebih memilih dia untuk menjadi sosok yang mengisi hatinya.” Airmata ku kembali mengalir.

Luhan memelukku lagi, “Apakah kamu sudah tau kalau Chanyeol akan mulai aktif bersekolah kembali mulai besok?” aku tersentak kaget mendengar pertanyaan Luhan. Sungguh aku tak tau apa-apa tentang hal ini. “Tidak, aku sama sekali tidak tau.” Gumamku

“Apakah kamu akan menjauhi Chanyeol?” tanya Luhan dengan penuh kehati-hatian, “Apakah aku sanggup untuk tidak memerhatikan dia?” Bukannnya menjawab pertanyaan Luhan, aku malah memberinya pertanyaan.

Luhan tersenyum lembut kepadaku, “Sebaiknya saat ini kamu harus istirahat. Tenangkan hatimu dulu. Besok aku akan menjemputmu lebih pagi, jangan kesiangan. Ok?” ucap nya. Aku hanya mengangguk lemah menanggapinya

Aku kembali sendirian di kamarku. Aku membaringkan tubuhku dan menatap boneka beruang ku yang setiap saat kujadikan objek sebagai tempat keluh kesah ku

“Aku tau aku egois, aku tau aku hanya mementingkan perasaanku sendiri tanpa mementingkan perasaanmu, Yeoliee~.  Aku tau, aku tau akan semua hal itu. Tapi akankah perasaan ku yang selama ini ku jaga akan menjadi sia-sia belaka? Akankah aku harus merelakan dia untuk menjadi milik orang lain yang baru ia kenal? Sedangkan aku yang telah mengenalnya lebih dari 10 tahun ini harus merelakan perasaanku?” Aku menenggelamkan wajah ku ke dalam tubuh bonekaku. Pikiran dan hatiku terus berkecamuk. Tanpa sadar rasa lelah menghinggapiku hingga membuatku terlelap.

Keesokan harinya, saat mentari telah menelusup di setiap inci kamarku. Aku segera terbangun. Tubuh ku sangat lelah, mataku sangat sembam karena terlalu banyak mengeluarkan airmata. Sungguh, tubuh ku ingin istirahat, tapi mataku tak mengijinkan untuk ku terlelap dengan nyenyak. Segera ku bersiap untuk berangkat sekolah

“Pagi, eomma, appa.” Sapa ku saat berada di ruang makan

“Pagi, sayang” jawab mereka bebarengan

Entah mengapa aku merasakan menjadi pusat perhatian mereka, segera ku alihkan pandanganku dari sarapanku untuk melihat eoma dan appa bergantian, “Ada apa eomma, appa?” tanya ku lembut. Sebut saja aku pembohong  ulung. Lihat saja kebohonganku mulai beraksi.

“Kamu tak apa, nak? Apakah kamu habis menangis?” Tanya eomma lembut sambil mengusap surai rambutku yang panjang. “Aku tak apa, eomma. Iya, tadi malam aku menangis” ucapku. Eomma dan appa  terhenyak mendengar jawabanku, dilihat dari sorot mata mereka, mereka sangat khawatir. Aku terkekeh melihat itu, “Jangan khawatir begitu dong eomma, appa. Aku baik-baik saja, aku kemarin menangis karena cerita novel yang baru aku beli sangat menyedihkan dan  itu mampu membuatku menangis.”

Aku melihat eomma dan appa bernafas lega, “Bagaimana tidak khawatir, hm? Kami tidak pernah melihat mu menangis selama ini.” Ucap appa ku yang diangguki oleh eomma. Aku tersenyum kecil menanggapi ucapan appa

Mianhe appa, Mianhe eomma. Aku bukanlah orang yang setegar itu. Aku bahkan hampir setiap hari menangis mengingat rasa sakit yang sangat menusuk hatiku saat ini. Mian, aku telah  menjadi pembohong. Aku hanya tak mau terlihat lemah dimata siapa pun.

Segera ku lahap sarapan yang tadi sempat terabaikan

Ting tong ting tong

“Ah, itu pasti Lulu. Aku berangkat sekolah dulu eomma, appa.” Segera ku letakkan alat makan ku dan berpamitan kepada orang tua ku, “Lho? Kok gak disuruh sarapan dulu?” Tanya appa. “Ahh, enggak usah. Nanti persediaan makanan kita habis lagi.”

Appa dan eomma tersenyum, “Dasar tak sopan.” Ucap Luhan yang entah sejak kapan berdiri disampingku, aku hanya mengangat tanda peace ke dia dan tersenyum aneh kepadanya.

“Sudahlah, tak usah marah-marah begitu. Ini masih pagi.” Jawabku santai. Luhan hanya menggelengkan  kepalanya, “Eomma, appa aku berangkat dulu.” Ucapku sambil mencium punggung telapak tangan kedua orang tua ku yang diikuti oleh Luhan.

Kami berjalan keluar dari rumahku dan mulai masuk ke mobil Luhan, emm mobil pribadi Luhan.

Saat mobil sudah mulai melaju, “Tak usah sok ceria begitu dihadapan ku.” ucap Luhan yang masih senantiasa memandang lurus ke arah jalan. “Terus? Aku harus bersikap bagaimana? Haruskah aku menangis untuk menambah sembam di mataku?” jawabku. Aku mendengar helaan nafas dari Luhan. “Aku sahabatmu, Baekhyun~ah. Kamu bisa membagi semuanya kepadaku. Kamu bisa menangis, marah, berteriak, dan menunjukkan berbagai kesedihanmu. Kamu tak perlu membohongi dan menutupi perasaan sedihmu itu.” terangnya

Aku tau kalau Luhan sangat mengkhawatirkanku, aku tau kalau Luhan hanya ingin aku tak terlalu terbebani dan mau membagi semua duka ku padanya. Aku tau dia adalah sahabat terbaik ku yang selama ini aku punya. Tapi aku tak mau merepotkannya lebih dari ini. Aku tak mau jika Luhan menyalahkan keadaanku yang seperti ini kepada Chanyeol. Aku terlalu penakut untuk dibenci oleh orang yang kucintai.

“Aku sudah baik-baik saja kok. Kan kemarin udah aku luapin semua masalah ku. Jadi, saat ini aku baik-baik saja.” Ucapku meyakinkan. “Hhh, entah mengapa aku tak yakin akan semua itu.” aku hanya tersenyum simpul mendengar pernyataannya.

“Apakah kamu sudah siap bertemu Chanyeol dan,-” belum sempat ia meneruskan perkataannya. Kita telah sampai di sekolah. “Aish! Kajja! Kita ke kelas.” Ajaknya

“Apa yang akan kamu tanyakan? Tentu aku siap bertemu dengan  Yeoliee.” Ujarku. Luhan mengangguk mengerti, ia melangkah mendahuluiku dan aku mengikutinya. Entah mengapa hari ini Luhan mengambil jalan memutar untuk menuju ke kelas “Kok kita ngambil jalan memutar? Bukankah jalan ini semakin jauh ke arah kelas kita?” tanyaku

“Aku ingin jalan-jalan dulu” ujarnya singkat. “Baiklah” aku tetap mengikuti langkahnya untuk mengambil jalan memutar.

Saat di depan kelas, “Sial!” umpat Luhan. Aku bingung mengapa Luhan mengumpat, apakah aku berbuat salah? Aku tak tau itu. Tapi, tiba-tiba Luhan menarikku untuk menjauh dari kelas.

“Eoh? Kita mau kemana?” Tanyaku  “Aku lapar, aku belum sarapan. Kita ke kantin, ne?”ujarnya. Aku menghela nafas mendengar jawabannya, “Hh, kenapa tadi gak sarapan di rumah ku saja, hm?” Luhan menoleh ke arah ku, “Eoh? Bukannya nanti aku akan menghabiskan persediaan makan keluargamu?” tanyanya sarkatis. Aku menahan tawa, aku tau dia masih ngambek dengan ucapanku yang satu itu, “Mian. Mianhe Lulu. Aku kan hanya bercanda. Jangan kamu anggap serius, ne?” pintaku.

Luhan melotot ke arahku, “Ani! Aku tidak memaafkan mu untuk yang satu itu.” ucapnya sewot. Aku tau dia hanya bercanda marah-marah ke arah ku. “Haha, baiklah. Sebagai tanda maaf ku, aku traktir ne?” ujarku

Seketika wajah Luhan kembali ceria, “Kajja” dia menarik tangan ku menuju salah satu kios yang menjual berbagai makanan. Dia akhirnya memilih lumayan banyak makanan.

Aku menggelengkan kepala melihat itu semua, “Hh, uang jajan ku sebulan ludes seketika” gumamku “Aku mendengar itu Baekkie” aku terkekeh melihat wajah Luhan yang kembali cemberut

“Lu, makan di kelas aja, ne? Kurang 10 menit masuk nih.” Pintaku. Luhan mengangguk mendengar usulku. Akhirnya, aku juga yang membawa makanannya. Katanya, sebagai hukuman buatku. Apa-apaan itu? Hhh, dasar. Aku terkikik melihat kelakuan kekanak-kanakan Luhan, karena dia aku mampu melupakan sakit yang telah menjerat ku saat ini.

Akhirnya aku dan Luhan telah berada di kelas dan menempati tempat duduk kami, “Nih cepet dihabisin semua.” Ujar ku sambil menyodorkan makanan-makanan yang dibeli Luhan tadi. Dengan sigap ia menerima semua makanan yang ku bawa tadi.

“Lho, Baekki~ah, Lulu~ah? Gak biasanya nih pagi-pagi udah beli makanan sebanyak itu.” Ucap Lay sambil menunjuk makanan Luhan. “Lagi kelaperan aja.” Ucap Luhan singkat

“KYAAAA!! Lihat tuh!! Park Chanyeol dateng!! Kyaaa...”  Aku, Luhan, dan Lay tersentak mendengar teriakan-teriakan yang menggelegar itu.

“Beruntung sekali ya kita bisa satu sekolahan bahkan satu kelas dengan Chanyeol~ssi. Apalagi untuk kalian yang notabenya sebagai sahabat sejak kecil Chanyeol~ssi. Aku iri sekali.” Tutur Lay. Mendengar itu aku hanya tersenyum simpul

Aku tak ingin hanya sebagai sahabat kecil Yeoliee

Lay menggeret kami untuk melihat Park Chanyeol

“KYAAA!! Lihat, mereka mesra sekali!! Aku iri.”

Deg

Sakit. Mataku memanas. “Aku iri dengan D.O Kyungsoo. Dia beruntung sekali jadian dengan Park Chanyeol.” Celetuk orang yang berdiri di sampingku. Aku merasakan tanganku dipegang erat, ku alihkan pandanganku untuk melihat siapa yang memegang tangan ku, “Lulu?” Gumamku

“Ayo kita masuk kelas aja.” Ucapnya “Aku tak apa kok. Aku kan kuat” Jawabku

Mereka mesra sekali, hm. Lihat mereka bergandengan tangan. Padahal sudah tau mereka telah menjadi tontonaan gratis saat ini. Haha, dasar artis.

Chanyeol dan Kyungsoo berbelok ke kelas yang aku ketahui adalah kelas dari Kyungsoo. Tak beberapa lama kemudian, dengan sambutan meriah dari warga sekolah tentang kemesraan mereka. Park Chanyeol menuju ke arah kami. Tidak. Maksudku menuju ke kelas kami.

Grep

Aku merasakan ada yang memeluk ku“Aku kangen banget sama kamu, Baekki~ahh.” Ucap nya. Suara barito yang sangat ku rindukan, pelukan hangat yang sangat ku inginkan. Seketika tubuhku menegang. Mataku sangat panas saat ini, airmataku ingin segera ku tumpahkan. Jantungku berdetak sangat cepat. Aku berbalik meremas kuat tangan Luhan

“Cih, aku terlupakan, hm” sindir Luhan. Aku sangat berterimakasih dengan Luhan. Karena dia, Chanyeol tak membuat ku mati berdiri. Chanyeol mengacak –acak rambut Luhan, “Tak mungkin terlupakan. Kalian sahabat ku yang terbaik, bukan?” aku tersenyum simpul mendengar itu

Hanya sahabat baik, hm? Selama ini kamu hanya menganggap ku sahabat? Haha, bodohnya aku.

Setelah bernostalgia, kami beserta teman-teman sekelas kembali ke tempat duduk masing-masing. Ada beberapa juga yang masih mengitari tempat duduk Chanyeol untuk bercengkerama mungkin. Aku tak tau.

Aku tak mampu mengalihkan pandanganku darinya, mataku menatap lekat di setiap gerak-gerik yang dilakukan olehnya.

Deg

Kami bertatapan. Darahku berdesir dengan hebat, jantungku tak dapat berjalan dengan normal. Dia menuju ke bangku ku, Tidak, lebih tepatnya ke bangku ku dan Luhan

Deg.. deg.. deg

“Ku mohon berdetaklah dengan stabil. Ku mohon” Batinku

“Kenapa kalian terus memandangiku, hm? Apakah kalian sangat merindukan diriku?” Ucapnya. “Tentu, sejak kapan kami tak pernah merindukanmu, hm?” jawab Luhan. Aku melihat dia tersenyum lembut, sangat lembut.

Cukup! Apakah kamu tau ini sangat sakit, hm? Aku mencintaimu, Yeolie!

Chanyeol mengambil kursinya untuk berhadapan dengan kami, “Aku juga. Aku juga sangat merindukan kalian. Sangat merindukan kalian, Sahabat yang sangat-sangat ku sayangi.”

Haha, apa yang ku harapkan? Bodohnya aku yang berharap dia memiliki rasa rindu yang sama dengan ku. Haha, dia hanya menganggap ku sahabat. SAHABAT!! Haha

“Tapi sayangnya aku tak merindukanmu.” Celetuk ku. Aku melihat Chanyeol cemberut mendengar itu, “Mwo? Sahabat macam apa kau?” Aku melengos mendengar pertanyaan Chanyeol, “Lulu, Lihat tuh sahabat mu. Bagaimana mungkin dia tidak merindukanku, eoh? Padahal aku sangat merindukan nya.” Ujarnya

Cukup, Yeol. Jangan membuat ku berharap lebih. Apa kau tak tau bahwa rasa rinduku lebih besar? Apa kau tak tau aku sangat merindukan mu. Sangat-sangat merindukanmu?

“Ayolah, Baekki~ahh. Bilang kalau kamu sangat merindukanku.” Rengek Chanyeol dengan suaran bassnya itu. Aku menatapnya, “Haha, emang aku tak merindukanmu kok.”

Bodoh. Bodoh. Kenapa aku tak bisa  jujur saja kalau aku sangat merindukannya? Arghhh...

“Dia merindukanmu kok. Gak usah cemberut gitu tampangmu.” Celetuk Luhan yang mampu membuatku memberikan tatapan tajam ku ke arahnya, “Apa? Apa aku salah bicara? Bukankah kamu sangat merindukan Yeolie?”

Aku menghela nafas, aku tau kalau Luhan tak berniat buruk kepadaku, “Hh, mungkin kamu salah dengar. Aku tak merindukan Yeolie sama sekali.” Aku melihat. Aku melihat Chanyeol terhenyak dari kursi nya saat mendengar pernyataanku. Benar kan? Bukankah aku sangat hebat dalam berbohong akan perasaan ku yang sebenarnya? Hebat bukan? Haha

“Benarkah kamu tak pernah merindukanku, Baekki~ahh?” Aku mendengar suara kecewa dari Chanyeol.

Aku sangat merindukanmu.

Aku mencintaimu, Yeol

Saranghae.

Aku tersenyum simpul ke arahnya, “Aku tak pernah merindukanmu, Yeoliee. Bagaimana sempat merindukanmu jika setiap hari aku selalu melihat wajahmu di layar tv, hm?” aku melihat Chanyeol menghela nafas lega, raut wajah nya terlihat sangat lega

Senyum nya terkembang manis di wajahnya, “Syukurlah, jika kamu masih selalu melihat ku di layar tv. Aku menyayangimu, Baekki. Aku sangat merindukanmu saat aku tak ada disampingmu.”

Bolehkah aku berharap akan kata-katamu itu? Bolehkah aku berharap jika kau menganggap ku lebih dari sekedar sahabat?

Hening

Suasana menjadi hening, tak ada yang berbicara saat ini diantara kami, “Emm, maksudku kalian. Haha, ya tentu saja kalian. aku sangat merindukan kalian saat aku tak ada di samping kalian” Ucap Chanyeol

Hahaha... Dia hanya salah bicara. Hahaha, dia tak pernah menganggap ku lebih.

Dentuman keras semakin terasa di hatiku.

Aku melihat Kyungsoo berjalan memasuki ruanganku, dia memberi kode kami untuk tak memberitahu bahwa dia berada di belakang Chanyeol

Grep

“Channie” Dia mengalungkan tangannya di leher Chanyeol. Segera Chanyeol menoleh ke samping, dan aku tak tau sengaja atau tak sengaja, Chanyeol mencium pipi Kyungsoo. Teriakan-teriakan mulai menggema di penjuru kelas atas kemesraan yang ditunjukkan mereka.

Tanpa sadar air mataku menetes, “Baekki~ahh?” ucap Chanyeol terkejut saat melihat airmata ku menetes. Aku gelagapan membersihkan airmataku yang semakin deras mengalir, “Kamu baik-baik saja?” Tanya Chanyeol sambil mengulurkan tangannya hendak membersihkan lelehan airmataku.

Plak

Aku menepis tangan itu, aku terhenyak atas kelakuan sendiri, “A-aku baik-baik saja. Haha, a-aku senang kalau sahabatku udah dewasa dan memiliki kekasih. Haha, jangan khawatir ini adalah airmata kebahagiaan kok.” Aku tersenyum pahit mendengar kata-kata yang terlontar dari mulutku sendiri

“Baekki” Chanyeol memanggil ku dengan lembut, meskipun Kyungsoo masih tetap mengalungkan tangan nya di leher Chanyeol, “Kenapa kamu menepis tanganku,hm?” Tanyanya

Aku tersenyum pahit, aku menatapnya sendu. Hatiku sakit sekali, “Ada Kyunsoo~ahh disini. Tidak, maksudku kamu sudah memiliki Kyungsoo. Jadi tak baik bukan, kamu melakukan hal itu. Pasti Kyungsoo sangat cemburu, bukan?” Ujarku

Chanyeol menggeleng mendengar ucapanku, “Kamu sahabatku, Baek.” Chanyeol menatap ku lekat, dan kemudian ia melepas pelukan Kyungsoo dan menatapnya, “Apakah kamu cemburu jika aku melakukan hal itu pada Baekki?” Kyungsoo cemberut mendengar pernyataan Chanyeol, ia menggelayut dilengan Chanyeol, “Huh, pacar mana coba yang gak cemburu jika pacar nya lebih perhatian pada sahabatnya daripada sama pacar sendiri. Huh”

Seperti itukah sosok yang kau idamkan, Yeol? Sosok yang sangat feminim, sangat menggemaskan dan manja? Haha, pantas saja jika aku tak masuk dalam kriteria mu. Aku memang bodoh yang tak tau itu

“Aku cemburu, sangat cemburu melihat mu selalu berdekat-dekatan dengan Baekhyun. Aku sangat cemburu melihat mu bersama Baekhyun. Aku gak suka. Aku benci lihat kalian jika selalu bersama, Channie.” Terang Kyungsoo yang masih senantiasa menggelayuti lengan Chanyeol. Aku tersenyum pahit mendengar itu, “Benar bukan? Jadi, mulai saat ini jangan pernah mendekati ku lagi. Jangan pernah lagi kamu perhatian dengan ku, Yeol. Aku gak mau jadi perusak hubunganmu.” Jelasku panjang lebar. Hatiku berdenyut sakit saat bibir ini melontarkan hal yang berlainan di dalam hatiku. Entah sejak kapan air mata ini tak mampu mengalir kembali, hanya amarah yang tersulut di dalam hatiku.

“Baiklah jika itu maumu, Baekhyun~ssi. Aku juga gak mau melihat Kyungie cemburu karena kedekatanku denganmu.” Aku tersentak kaget mendengar ucapan Chanyeol.

Kau pun tak memanggilku  Baekki lagi, yeol? Hahaha, begitu  tak pentingkah diriku untuk mu?

Plak

Aku melihat Luhan menampar Chanyeol sangat keras, “Selama ini aku udah diam. Kamu brengsek, Yeol. Oke, jika kamu menginginkan hal itu. Kami tak akan pernah berdekatan dengan mu lagi.”

Kemarahan Chanyeol mulai tersulut, “MWO? Kenapa kamu menamparku? Bukankah yang meminta itu semua adalah Baekhyun? Seharusnya kau marah pada Baekhyun yang telah menghancurkan persahabatan kita, bukan marah denganku.” Bentak Chanyeol.

“Cih” Luhan menatap tajam Chanyeol. Aku terpaku, badan ku membeku.

Tak berapa lama dari kejadian itu entah kebetulan atau bukan, sekolah memulangkan kami lebih cepat. Segera Luhan menarikku pulang.

Saat di mobil, Luhan segera menancapkan gas untuk melajukan mobilnya. Luhan membawa ku ke taman yang sering kami dan Chanyeol kunjungi saat ingin berkumpul atau bermain, dulu. Ya, dulu sebelum dia menjadi artis dan tentunyaa sebelum persahabatan kita rusak.

Kami mencari tempat duduk yang nyaman

Luhan memelukku, “Lupakan si brengsek itu. Lupakan Baekki, ku mohon lupakan.” Ucapnya. Aku merasakan seragam ku basah, aku juga merasakan bahu Luhan bergetar hebat, “Mianhe, Lu. Mian, aku telah merusak persahabatan yang telah kita jalin selama ini.  Mianhe aku telah memiliki rasa ini untuk Chanyeol, Mianhe aku telah mencintainya lebih dari sahabat.” Air mataku mulai mengalir kembali. Luhan menggeleng, “Lupakan dia, Baekki. Aku tau kamu yang lebih terluka atas kejadian ini. Aku tau kamu yang lebih tersiksa atas semua ini.” Aku membersihkan airmatanya yang keluar, entah mengapa saat ini aku tak mampu menangis tuk meluapkan rasa sakit yang sangat luar biasa ini. Entah mengapa airmataku tertahan untuk terjatuh lebih deras. Sebenarnya, hatiku sangat remuk dan sangat nyeri. Sebenarnya aku tak sanggup menahan rasa sakit ini, sebenarnya aku ingin teriak sekeras mungkin. “Jika aku mampu melupakan perasaan ini, akan ku lakukan sejak bertahun-tahun lalu, Lu. Tapi apa, aku tak mampu melakukannya.” Jawabku.

“Aku tak mampu melihat mu lebih terluka dari semua ini, Baekki. Selama ini aku hanya diam saja melihat kalian, selama ini aku hanya membiarkan cintamu tumbuh subur. Selama ini aku membiarkan hatimu terluka cukup dalam. Hiks.. sahabat macam apa aku ini. hiks.. Mianhe, Baekki. Mian” Tangisan Luhan semakin meledak, “Uljima, ne. Uljima, bukankah seharusnya aku yang menangis? Haha, kamu sahabat ku yang terbaik, Lu. Kamu mau menerima ku apa adanya. Seandainya aku bisa melupakan Yeolie, pasti aku sudah jatuh cinta dengan mu. Haha.” Luhan menatapku, “Sampai kapan, Baek? Sampai kapan kamu menahan semua rasa sakit ini sendirian?” Aku tersenyum lembut ke arah Luhan “Sudahlah, jangan dipikirkan. Yang penting kamu selalu ada disisiku. Yang penting kamu masih mau berteman dengan ku.” aku menunduk “Mian, karena aku persahabatan kita rusak”

Luhan menggeleng, “Bukan kamu yang merusak persahabatan ini.”

Aku menatap lekat mata Luhan, “Sudah jangan menangis begini, sebaiknya kita pulang, ne?” Luhan menghela nafas panjang , lalu membersihkan sisa-sisa airmata nya dan membenahi penampilan nya yang acak-acakan karena telah menangis tadi.

Luhan mengantarkan ku hingga di depan rumah, “Gak mampir dulu?”  Luhan menggeleng, “Kapan-kapan aja. Oiya besok aku jemput lagi, arrachi?” Aku mengangguk

Setelah itu Luhan melajukan mobilnya. Aku pun masuk ke dalam rumah

Deg

“Kok baru pulang?”  tanya eomma yang tiba-tiba berada di depanku, “Eoh? Eomma bikin kaget aja” Eomma menuntun ku ke ruang tamu

“M-mwo? Y-Yeolie?” Gumamku “Lho kok kaget?” tanya appa. Aku tersenyum simpul.

Tiba-tiba, “Ahjumma, ahjussi aku pamit pulang dulu, ne?” Ucap Chanyeol “Lho? Baekkie kan baru sampai, kok sudah mau pulang saja?” tanya appa bingung dengan sikap Chanyeol

“Ne, Mianhe ahjussi. Saya kesini hanya ingin bertemu dengan ahjussi dan ahjumma. Dan tujuan saya sudah terlaksana, jadi saya pamit pulang, ne?” Ucap Chanyeol. Aku hanya terdiam mendengar kata-kata nya. Sungguh menyakitkan. Chanyeol menjauhi ku, Chanyeol tidak ingin bertemu dengan ku.

Segitu tidak sukanya dirimu melihatku, Yeol?

Setelah Chanyeol meninggalkan rumahku, belum sempat eomma dan appa bertanya macam-macam, segera ku tinggalkan mereka menuju ke kamar.

Aku menangis sepuasku, aku mengeluarkan semua kekesalanku. Sungguh sakit hatiku saat ini.

“Apa yang harus ku lakukan? Hhh, apakah aku benar-benar harus melupakannya? Haha, cinta pertama ku pupus sudah.”

Aku segera menyobek kertas dan ku tuliskan semua curahan hatiku, aku ingin memberikannya ke Yeoliee, tapi aku tak tau entah kapan aku akan memberikannya. Aku takut. Dia pasti sudah sangat membenciku.

Keesokan harinya, Luhan menjemputku seperti biasa dan kami memasuki ruang kelas seperti biasa. Hanya saja, di kelas ada Chanyeol dan Kyungsoo. Dan Chanyeol telah memilih untuk menempati tempat duduk yang jauh dari tempat duduk kami. Tak ada kata saling menyapa diantara kami.

Segera ku langkahkan kaki ku ke tempat duduk ku. Ku tatap kemesraan mereka dengan sendu. Tiba-tiba dia menatap ku, dan dia tersenyum sinis.

Aku tak tau harus melakukan apa lagi.

Hari ini, ku habiskan hariku bersama sahabat ku.

Saat bel pulang sekolah telah berbunyi

“Baekki~ahh, Mian. Hari ini aku ada rapat club. Apakah kamu mau menungguku?” tanya Luhan. “Aku akan pulang sendiri saja. Tak usah mencemaskan aku. Aku udah bisa pulang sendiri kok.” Jawabku, “Tapi,-” aku memotong ucapan nya “Sudah cepat kumpul sana. Nanti terlambat lho.”

Setelah Luhan meninggalkan ku, segera ku langkah kan kaki ku untuk meninggalkan sekolah.

“Jangan pernah menatap mereka lagi.” samar-samar aku mendengar suara yang tidak asing,

 “Ahh, bukan urusanku.” Gumamku

“Jangan pernah main kerumah nya lagi! Aku kemarin lihat kamu keluar dari rumahnya.” Bentak seseorang. Rasa penasaran telah menggerogoti ku, segera ku langkah kan kaki ku untuk melihat siapa mereka

Deg

Yeoliee? Kyungsoo?

“Sudahlah sayang, gak usah kayak gini.” Ucap Chanyeol “Kamu tau? Mulai dulu aku menyukai mu.” ujar Kyungsoo

“Ne. Aku tau.” Chanyeol mengusap rambut Kyungsoo “Kamu tau kalau kamu dan Baekhyun seperti kekasih? Aku benci Baekhyun. Sebenarnya yang  jadi pacar kamu itu aku atau Baekhyun?” bentak Kyungsoo

Aku melihat Chanyeol berhenti mengusap rambut Kyungsoo, “Aku dan Baekhyun hanya sahabat. Tak lebih. Kamu pacarku, hanya kamu.”

Hahaha, segitu tak maunya kah kamu menjalin kasih denganku? Haha

“Kamu harus membenci Baekhyun, ne?” Sontak aku kaget mendengar ucapan Kyungsoo, “Ne, jika itu yang kamu minta. Aku akan membenci siapa pun orang yang melukai orang yang aku cintai.”

Aku segera berlari meninggalkan mereka, hatiku remuk. Pikiranku terus memutar ucapan-ucapan mereka. Aku berlari, berlari dan berlari. Aku tak memedulikan bagaimana keadaanku saat ini, aku tak memedulikan keadaan ku saat ini. Aku hanya ingin berlari, berlari, berlari.

Tuhan! Aku mencintai dia. Aku mencintai dia.

Jika dia membenciku, mengapa Engkau memberikan cinta ini? Mengapa Engkau memberikan cinta ini?

Tin.. tin.. tin

“AHHHH”

Bruakkk

Gelap,Tuhan. Apakah ini caraMu agar aku tak merasakan sakit lagi akan cintanya? Apakah ini kehendakMu agar aku melepaskan dia? Tuhan, rasa remuk tubuh ini tak sebanding dengan rasa sakit hatiku saat ini. Tuhan, jika aku harus kembali ke sisiMu, ku mohon jagalah dia. Aku sangat mencitai dia. Aku sangat menginginkan kebahagiaan nya, Tuhan. Aku ingin dia terus tersenyum. Tuhan, ku mohon.

“Baekki...”

“Baekki..”

Aku mendengar nama ku dipanggil terus menerus. Ku buka mataku secara perlahan, “Apakah ini surga?”

Tuhan, jika aku telah benar-benar harus berada di sisi-Mu. Ku mohon beri dia kebahagiaan, ku mohon jangan membuat dia memiliki rasa penyesalan. Ku mohon lindungi dia. Aku mencintainya.

Saranghae Park Chanyeol

“Baekki”

“Baekki”

...............

“Baekki”

Aku masih mendengar jelas panggilan itu, ku edarkan pandanganku untuk mencari sumber suara. Suara itu terus menerus memanggilku, suara yang begitu ku rindukan, suara yang begitu ingin ku dengar setiap saat, suara yang selama ini terus menerus terngiang dalam pikiran ku. Suara yang mampu membuat ku berdebar setiap saat ku mendengarnya. Ku tajamkan pendengaran ku untuk mencari dimana sumber suara itu berasal.

“Park Chanyeol?” panggil ku

“Apakah itu kamu, Yeoliee?” panggilku sekali lagi

Ku langkah kan kakiku untuk semakin mendekati sumber suara itu. Tapi, bukanlah Park Chanyeol yang ku temui, melainkan sebuah cahaya yang sangat terang. Entah cahaya apa. entah dorongan dari mana, segera ku berlari menuju ke cahaya itu. Dalam sekejap tubuhku tertarik masuk ke cahaya itu. berangsur-angsur kesadaranku mulai memudar.

Entah apa yang terjadi padaku setelah ku memasuki cahaya tersebut. Haya saja saat ini tubuhku rasanya sangat remuk, sakit sekali. Ku mencoba tuk menggerakkan jari-jariku.

Ada yang menggenggam tanganku

Ku mencoba tuk membuka mataku, untuk melihat siapa yang menggenggam tanganku saat ini.

Cahaya memasuki pandanganku, kuedarkan pandanganku untuk mencari tahu siapa yang menggenggam tangan ku saat ini,

“Y-Yeoliee?”

“Baekki? Tuhan, terimakasih” aku melihat sisa-sisa airmata menghiasi pipinya, “Hiks, jangan pernah meninggalkan ku lagi, ne? Jangan pernah mencoba tuk meninggalkan ku lagi. Ku mohon, jangan pernah mencoba meninggalkan ku.” ia terisak, ia menggenggam tangan ku dengan erat. Baru kali ini aku melihat seorang Park Chanyeol menagis hingga terisak.  Aku tersenyum kepadanya, “Mianhe” Hanya kalimat itu yang mampu ku ucapkan

Chanyeol menggeleng, “Aku, aku yang salah. Ku mohon maafkan aku.” Ku tahan rasa sakit yang menyerang tubuhku saat ini, ku mencoba mengulurkan tangan ku tuk mengusap pipi nya, “Kamu tak pernah salah , Yeoliee. Aku, aku yang salah. Kamu benar, aku yang telah merusak persahabatan kita. Kamu benar, aku yang seharusnya Lulu tampar. Bukannya kamu. Mian, Yeol” aku terseyum lembut ke arahnya

“Ani. Jangan pernah menyalahkan dirimu, Baek. Aku yang salah. Aku yang sudah merusak persahabatan kita. Aku pantas mendapatkan tamparan Lulu. Bahkan aku pantas mendapatkan rasa sakit yang lebih dari itu.” aku menggeleng lemah, “Aku.. aku yang salah, Yeol. Aku yang salah telah mencintaimu. Aku yang salah telah mengedepankan cinta ku dari pada persahabatan kita,-” Belum sempat ku lanjutkan kalimatku, aku merasakan benda kenyal yang asing menempel di bibirku. Lembut dan mendebarkan.

Y-Yeolie menciumku?

Aku terpaku mendapatkan hal itu secara mendadak, “Aku lebih dulu mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Aku tak bisa menahan kebohongan ini, aku sangat mencintai mu. Selama ini, aku memikirkan jika aku menembak mu kamu akan menolak ku dan membuat persahabatan kita hancur. Aku takut dibenci oleh mu. Aku takut kau akan menghilang dari hidupku. Aku mencintai mu. Mianhe, Baekki~ahh. Saranghae” ucap nya

Aku senang, akhirnya perasaanku terbalas. Aku sangat bahagia sekali. Aku tak menyangka jika Chanyeol juga memiliki perasaan yang sama seperti ku, aku tak mengira jika selama ini ia mencintaiku.

Setelah  Chanyeol menyatakan perasaannya dan menceritakan yang terjadi selama ini termasuk hubungan nya dengan Kyungsoo, kami resmi menjadi sepasang kekasih.

“Emm, Yeoliee. Ku kira kamu akan membenciku, aku mengira bahwa kamu gak akan pernah disampingku lagi. Aku sangat senang ternyata perkiraanku salah.”

Chanyeol mengusap suraiku, ia menatap ku lembut, “Aku mencintaimu Baek. Aku tak akan pernah bisa membencimu. Maka dari itu Baekki, aku telah memutuskan hubungan ku dengan Kyungsoo tepat saat ia memintaku untuk membencimu.”

Saranghae Park Chanyeol. Saranghae

Tanpa ada halangan lagi , akhirnya Luhan pun merestui hubungan kami. Luhan memeluk kami dengan erat.

Luhan menatap tajam ke arah Chanyeol “Jaga, Baekki. Awas kau kalau bikin Baekki nangis lagi, Arrachi?” ancam Tasya

“Tenang saja, Lulu. Aku akan menjaga dia sepenuh hatiku. Aku tak akan sungkan-sungkan lagi untuk memeluk, menjaga, dan melindunginya.” Jawab Chanyeol dengan penuh keyakinan. “Cih, belagu” ucap Luhan sinis. Aku terkekeh melihat perilaku orang-orang yang ku sayang. Akhirnya kami tertawa bersama,

Cklek

Aku melihat eomma dan appa memasuki ruang inap ku, “Sayang.” Ucap mama mulai terisak, “Aku baik-baik saja, eomma, appa. Tenang, aku akan cepat sembuh kok.” Ucapku meyakinkan.

“Baiklah, istirahat yang banyak, ne? Agar kita dapat berkumpul seperti biasanya.” Terang appa, aku mengangguk menyetujui ucapan appa

Tuhan, aku bahagia sekali. Terimakasih, cintaku dan cinta Yeoliee telah bersatu. Semoga aku dapat menjaganya

Ku lewat kan hari-hariku penuh dengan canda tawa bersama Chanyeol dan Luhan.

“Sayang, kata dokter besok kamu sudah boleh pulang. Apakah ada yang kamu inginkan saat kita sampai di rumah mu besok?” Tanya Chanyeol lembut

“Aku hanya ingin kamu selalu menjaga cinta kita, Yeoliee~ahh” Ucapku lembut

Chanyeol mengeriyitkan dahinya, “Tentu, tanpa kamu suruh pun aku akan selalu menjaga cintaku untuk mu.” aku bahagia mendengar ucapan  Chanyeol. Senyum bahadgia selalu terkembang di wajah ku saat ini.

“Aku ada permintaan, bisakah kamu mengabulkannya, Baekkie?” tanya Chanyeol, tanpa berpikir terlalu lama aku pun mengangguk

“Aku ingin kamu selalu ada disisiku, menemaniku, menghabiskan waktu bersamaku. Aku mencintaimu, Baekki. Saranghae” Ucap Chanyeol sambil bergerak mencium keningku

Hatiku berbunga mendengar permintaannya, “Sejak aku mengenal mu hingga saat ini dan nanti, aku tak pernah memiliki pemikiran tuk meninggalkan mu, Yeolie~ahh. Aku sangat mencintaimu. Aku akan selalu di sisimu dan selalu berada disini, di hatimu” ku ulurkan tangan ku tuk menyentuh dadanya, “Aku akan selalu ada di hatimu sampai kapan pun, Yeol. Aku mencintaimu. Aku sangat sangat sangat mencintaimu.” Chanyeol tersenyum lebar mendengar jawabanku. Saat ini dia terlihat sangat sangat tampan.

Tuhan, ku mohon jagalah cinta ini. Ku mohon jangan goreskan luka mendalam lagi untuk kami. Tuhan, aku mencintainya lebih dari mencintai diriku sendiri.

Saat ini eomma, appa, Luhan, dan Chanyeol membantu ku untuk bersiap-bersiap pulang besok. Mereka sibuk menata barang-barangku untuk dibawa pulang. Barang-barang ku cukup bayak disini, ya itu wajar karena aku di rumah sakit telah lebih dari 3 bulan.

Akhirnya, besok aku pulang

Malam pun tiba, entah mengapa kesadaranku mulai memudar. Bukan mengantuk yang ku rasa, melainkan hal yang lebih dari itu. Aku ingin terlelap saat ini, ku coba memejamkan mataku untuk segera beristirahat. Aku tertidur, dan beberapa saat kemudian, samar-samar aku merasakan aliran listrik menghentakkan dadaku berulang kali, samar-samar aku mendengar panggilan agar aku terbangun.  Entah mengapa mataku tak kunjung terbuka.

Tapi, saat ku benar-benar membuka mata dan bangun dari tidurku . Aku melihat tubuhku sendiri telah terkulai lemas di tempat tidur. Aku melihat para dokter telah akan menutup tubuh ku dengan selimut

Tuhan, jika ini kehendakMu. Aku rela. Tapi kumohon jagalah orang-orang yang ku sayangi. Jagalah mereka.

Ku langkah kan kakiku keluar dari ruangan itu, segera ku mencari Chanyeol. Aku melihat ia sangat rapuh, bahunya bergetar hebat, ia menangis. Chanyeol menangisi kepergianku

“Baekki kau pembohong! Kau pembohong Baek. Hiks..hiks.. Kau pembohong Baek. Kau telah berjanji Baek. Kau telah berjanji tuk selalu disisiku. Tapi apa? kau mengingkarinya Baek. Kau pembohong, Baek. Kau meninggalkan ku. Baek, kau meninggalkan ku selamanya. Baek, jangan tinggalkan aku. Hiks.. Baek, kau pembohong. Kau telah berjanji Baek. Kembali, Baek. Ku mohon! Jangan tinggalkan aku.”

“Mianhe, Yeoliee. Mianhe. Aku tak berbohong, Yeoliee. Aku tak berbohong. Aku tak meninggalkan mu, Yeoliee. Aku tetap disisimu, aku tetap selalu ada di hatimu, Yeoliee. Aku tak berbohong. Aku tak mengingkari janji ku, Yeoliee. Aku tak berbohong.” Ku ulurkan tangan ku tuk menyentuh pipinya. Aku tau itu percuma, karena aku tak dapat memegang nya secara nyata.  “Yeoliee, Jangan seperti ini, kamu harus kuat. Aku akan selalu ada di sisimu. Aku akan selalu ada di hatimu. Jangan besedih. Aku mencintaimu, Yeol. Saranghae”

Setelah ku ucapkan itu, entah mengapa aku merasa ada yang menarikku ke atas. Aku tau ini saat nya ku pergi. Segera ku kecup kening Chanyeol, “Jangan bersedih. Aku mencintaimu.”

 

~END~

Hah -__- ff apa ini, mianhe jika tidak excited.. mianhe.. Oiya, author pengen buat sequel just chanyeol POV .. tapi... ahh sudahlah, commen ya

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet