bomi - howon;

f a l l e n

 

image credit to woohes tumblr

 

"Mereka aneh. Sungguh aneh."

"Hey, kau tahu apa yang lebih aneh lagi?"

"Apa, apa? Woohyun tertuduh selingkuh dan Chorong memutuskannya?"

"Tidak, Bbom. Mereka berdua baik-baik saja."

"Lalu apa?"

Cukup lama Yoon Bomi menanti jawaban Lee Howon, tapi laki-laki pecinta olahraga itu malah membuang muka.

"Lupakan."

*

Sudah sebulan lebih sejak Bomi menempati kediaman barunya (ia merasa tidak nyaman dengan frekuensi kedatangan Woohyun yang hampir setiap hari untuk menemui Chorong di kontrakan mereka dulu) yang berarti sudah sebulan lebih juga ia tinggal berseberangan dengan Howon di lantai empat. Jika Bomi dan Chorong adalah sahabat tak terpisahkan, Howon dan Woohyun juga bisa dibilang begitu (sepak bola; pengikat semua kaum adam).

Melegakannya, Lee Howon jauh lebih baik dan lebih manusiawi dari si aneh Nam Woohyun. Jadi saat tahu ia akan tinggal berdekatan dengan Howon, Bomi merasa senang.

"Hai Bbom, apa kau menyukai kare?" Suatu siang kepala Howon melongok dari pintu depan kediaman Bomi. "Nih." Ia menunjukkan tentengan plastik di tangannya. "Ajhumma di ujung blok memberikanku ekstra bonus."

Bagai malaikat bukan? Saat Bomi sedang menghadapi diet keuangan akhir bulan, Tuhan memberikannya bantuan lewat Lee Howon.

"Dia tidak pernah memberiku bonus." Gerutu Bomi setelah mengucapkan terima kasih dan mengambil alih plastik dari tangan Howon.

"Ajhumma itu baik sekali pada pelanggan setianya." Howon menjelaskan.

Singkatnya, Bomi dan Howon hidup bertetangga dengan sangat baik, bahkan Bomi merasa lama-kelamaan Howon lah yang paling dekat dengan dirinya dibanding Chorong sahabatnya.

"Howon?" Satu petang Bomi membuka pintu kediaman Howon dan melenggang masuk dengan santainya. Saat mendapati ruang tamu yang kosong, ia menempatkan diri di atas sofa dan asyik dengan handphonenya.

Sampai suatu jeritan kecil mengagetkannya.

"Astaga, Bomi! Apa yang kau lakukan?!" Seru Howon terkejut, celana selutut dan tanpa kaus di badannya dengan rambut yang terlihat agak basah menunjukkan bahwa ia baru selesai mandi. Pelatih klub sepak bola di kampusnya menerapkan jam ekstra akhir-akhir ini.

Bomi mengerucutkan bibirnya.

"Aku bosan. Chorong tidak jadi datang hari ini."

"Maksudku, apa yang kau lakukan di atas sofa ku?" Howon mencoba bersabar.

"Aku sedang duduk, apa lagi? Astaga!" Tiba-tiba Bomi seperti tersadar. "Apa aku menduduki sesuatu yang sangat berharga?!" Dengan panik ia berdiri.

Howon mendesah, menyerah dengan kepolosan Bomi.

"Lupakan."

Dan ia pun pergi ke kamarnya untuk berpakaian, dengan sedikit menggerutu yang sekilas terdengar seperti 'bagaimanapun aku ini tetap laki-laki, apa dia tidak mengerti?' namun Bomi terlalu bingung untuk mencernanya.

Howon kembali setelah mengenakan kaus polos warna ungu dan duduk di sebelah Bomi.

"Jadi apa yang,"

"Tunggu, aku tahu bau ini." Tanpa ragu Bomi mendekatkan hidungnya ke arah kepala Howon dan mengendusnya, tidak menyadari sama sekali tubuh Howon yang menjadi beku di tempat.

"Aku suka aroma ini.  Citrus dan lavender kan? Aku,"

"Uuh, Bbom."

Bomi baru menyadari bagaimana posisi mereka sebenarnya; mata mereka tepat berada satu level yang sama dan kedekatan wajah antara Bomi dan Howon hampir menyebabkan bibir mereka menyentuh satu sama lain.

Wajah Bomi langsung berubah kelam, menahan malu. "Maaf." Ujarnya lemah.

Namun saat ia akan menjauh, Howon memegang kedua pipinya dan jantung Bomi seakan sedang kalap dengan dag-dig-dug-nya yang luar biasa kencang.

Dia akan menciumku! Bomi berseru panik, dan serta merta menutup matanya begitu Howon mendekatkan kembali wajah mereka.

"Bau apa ini? Kau tidak mencuci rambutmu selama seminggu, Bomi-ah?"

Tersadar, ternyata Howon hanya akan mengendus bau rambutnya.

Bomi tidak tahu harus bersikap bagaimana selain memanyunkan bibirnya (menurut Howon ini godaan terberat dari makhluk bernama Yoon Bomi) dan dengan kaku beranjak menuju pintu.

"Yah, mau ke mana kau?"

"Keramas!"

Bomi rasa itu pertama kalinya ia bersikap judes terhadap Lee Howon.

*

"Bagaimana keadaanmu? Kau betah tinggal sendiri?"

"Hentikan pertanyaan seperti omma-omma itu, aku beradaptasi dengan baik, Park Chorong."

"Oh benar. Apa kau ingat ramen 'krispi'mu? Yang kau masukkan ke air mendidih dan sedetik kemudian kau angkat lagi?"

"Ya, Park Chorong! Aku baik-baik saja, ramen yang ku buat bahkan jadi favorit Howon."

Ah, Lee Howon.

"Benarkah? Bagaimana hubunganmu dengan Howon?"

Lee Howon.

"Baik. Kami bertetangga dengan sangat baik."

*

Bomi kehilangan kemampuannya untuk menjadi tipe mereka yang easy-going. Ia jadi salah tingkah saat berpapasan dengan Howon (dan karena tempat kediaman mereka adalah berhadapan, maka berpapasan dengan Howon adalah setiap hari, yang berarti setiap hari juga Bomi bertingkah canggung di hadapannya).

Aku bukan orang seperti ini. Keluh Bomi dalam hati. Sikap apa ini?

"Bbom?"

Sekarang mendengar sapaan akrab itu saja membuat jantung Bomi berdebar tak karuan.

"Berangkat kuliah? Kebetulan aku juga ada kelas pagi."

"Aku," Seberapa keras Bomi memutar otak, tak ada alasan logis baginya untuk menghindar dari berangkat ke kampus bersama Howon pagi ini.

"Yeah." Dengan cengiran khasnya, Bomi mengangguk (ini juga termasuk godaan terberat bagi Howon, menatap wajah Bomi yang memang imut ditambah dengan ekspresinya yang lucu--lebih baik Howon mengganti objek penglihatannya).

Sepanjang perjalanan mereka diam. Baik Bomi maupun Howon sibuk berdialog dengan pikiran masing-masing.

"Bagaimana hubungan Woohyun dan Chorong?"

Tidak tahan dengan kebisuan yang menyelimuti mereka, Bomi memutuskan untuk berbasa-basi. Ia baru bertemu dengan Chorong kemarin, tapi Bomi tak dapat memikirkan prolog yang lain. 'Rambutmu wanginya beda, sampomu ganti?' tentu bukanlah awal pembuka yang baik.

"Hmm." Howon terlihat berpikir. "Walaupun aneh, ku pikir mereka masih langgeng dengan hubungannya."

"Mereka aneh. Sungguh aneh."

"Hey, kau tahu apa yang lebih aneh lagi?"

"Apa, apa? Woohyun tertuduh selingkuh dan Chorong memutuskannya?"

"Tidak, Bbom. Mereka berdua baik-baik saja."

"Lalu apa?"

Cukup lama Yoon Bomi menanti jawaban Lee Howon, tapi laki-laki pecinta olahraga itu malah membuang muka.

"Lupakan."

*

Sekarang Bomi merasa bukan hanya pasangan Woohyun dan Chorong yang aneh atau dirinya yang bersikap canggung, Lee Howon kini terasa berbeda di mata Bomi.

"Hai, Howon-ah. Baru selesai latihan?" Sapa Bomi suatu sore saat pulang belanja dan mendapati Howon juga baru akan membuka pintu.

"Hm."

"Mau mampir? Aku berencana membuat sup kentang malam ini."

"Aku lelah, ingin tidur. Malam Bbom."

Tidak ada 'maaf'? Tidak ada sesungging senyum pun?

Mungkin latihannya memang berat. Pertandingan akan dilaksanakan sebulan lagi.

"Howon, aku--"

"Aku buru-buru Bbom, sampai nanti."

Aku juga buru-buru Lee Howon, tapi kebetulan bubur yang ku buat melebihi satu porsi, dan di sinilah aku, mengetuk pintumu siapa tahu kau belum sarapan. Tapi sepertinya kau sudah sarapan dengan kenyang.

Yoon Bomi mulai merasa terabaikan dan sedikit tersinggung dengan cara Howon menghindarinya.

"Bomi-ah, lain kali tidak usah menawariku masakanmu lagi ya."

Chorong memang meragukan keahlian masak Bomi, tapi Lee Howon?

Bomi merasa tertampar.

"Bbom?"

"Dengan senang hati."

Bomi merasa itu adalah pertama kali ia memberikan senyuman sinis pada Lee Howon, dan hal itu terasa menyakitkan.

*

Istilah bertetangga sangat baik yang pernah Bomi ucapkan dulu terasa hambar kini. Howon semakin sibuk dengan latihannya dan Bomi semakin sibuk mengobati hatinya.

Dulu hampir setiap malam mereka menghabiskan makan malam bersama, kadang di kediamannya, lain waktu di kediaman Howon.

Dulu hampir setiap pagi Howon rajin membangunkannya untuk jogging di sekitar taman, walau berkali-kali Bomi merengek padanya karena jatah tidurnya berkurang drastis.

Dulu hampir setiap sore Bomi menghabiskan waktunya di ruang tamu Howon; nonton TV, menghabiskan camilan Howon, atau sekedar duduk dan sibuk dengan handphonenya sendiri.

Tiba-tiba Bomi merindukan Lee Howon dan Yoon Bomi yang tidak seaneh Woohyun dan Chorong.

*

"Bbom? Kau baru pulang?"

Itu cukup mengejutkan Bomi; mendapati Lee Howon bersandar di pintu kediamannya saat Bomi baru tiba pukul tujuh malam.

Aku sengaja menghabiskan waktuku di kontrakanku dan Chorong dulu, karena kehilangan tetangga yang sangat dekat hampir membuatku gila.

"Yeah, jalanan macet."

"Syukurlah kau tidak kenapa-kenapa. Bisakah lain kali kau hubungi aku jika pulang telat seperti ini?"

Haruskah? Aku tidak mempermasalahkan kau yang selalu pulang tengah malam dan berjinjit perlahan ke tempatmu atau berangkat sangat pagi dengan lagi-lagi, berjinjit menuju tangga.

"Baterai handphone ku habis."

"..."

"Howon-ah? Bisa kau menjauh dari pintuku? Aku ingin istirahat."

Howon terlihat kaget dan tidak nyaman, tapi ia bergeser dari tempatnya berdiri.

Kesunyian lagi-lagi melingkupi mereka. Howon hanya menatap Bomi membuka kunci pintunya dalam diam.

Cklek.

"Bbom."

Mata mereka bertemu dan untuk sepersekian detik Bomi seperti melihat ilusi. Mata Howon seperti memeluknya. Dalam kerinduan, dalam keputusasaan.

"Selamat malam."

Memang, hanya ilusi.

*

"Selamat malam." Ujar Howon sambil beranjak menuju kediamannya, namun ia mendengar sesuatu.

Isakan?

Yoon Bomi menangis?!

Oh Tuhan, Lee Howon kau membuatnya menangis! Kau membuat seorang perempuan menangis, Lee Howon!

*

Mungkin karena ia memang seorang yang cengeng, atau karena ia tak tahan lagi dengan apa yang sedang terjadi di antara mereka, Bomi tiba-tiba terisak di depan pintunya yang terbuka sedikit.

"Bbom?!"

Itu jelas-jelas nada panik dalam suara Howon.

"A-apa yang terjadi?"

Itu jelas-jelas nada peduli dalam pertanyaan Howon.

Lalu kenapa?

Bukannya menjawab, Bomi malah terisak semakin kencang dan tubuhnya merosot ke lantai.

"Bbom? Apa yang terjadi? Kau sangat lelah? Ayo kita ke dalam."

Terisak, Bomi menurut saat Howon menuntun tubuhnya untuk duduk di karpet ruang tamu. Ia menyandarkan punggungnya ke tembok saat Howon pergi mengambilkan air mineral.

Aku seperti orang bodoh. Pikir Bomi sambil mengusap air matanya. Kau idiot, Yoon Bomi!

"Ada apa?"

Howon mencoba menginterogasi Bomi setelah ia berhasil mengontrol isaknya.

"Kau sakit?"

"Kau sakit?" Balas Bomi.

Howon mengerutkan kening. "Tidak, dan jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lain, Bomi-ah."

"Kau bilang kau tidak mau makan masakanku lagi, apa masakanku membuatmu sakit?"

Kening Howon kembali berlipat. Ia seperti mengingat-ingat sesuatu. Kemudian wajahnya terlihat cerah.

"Oh itu. Masakanmu tidak ada masalah Bbom."

"Lalu?" Kejar Bomi.

Beberapa detik lamanya Howon menatap Bomi dengan pandangan menyelidik.

"Apa karena ini kau menangis tiba-tiba?"

"Mungkin."

Howon menutup mulutnya, menahan tawa. Ia berhasil mendapatkan satu pukulan keras di pahanya karena itu.

"Ya! Lee Howon! Apa kau tidak tahu betapa malunya aku saat itu?! Kau menolak makanan yang kutawarkan padamu!"

"Bbom, kau pernah bilang kau lelah harus masak setiap hari, itu mungkin karena kau masak untuk porsi lebih dari satu. Selain itu kau bilang keuanganmu sedang dalam kondisi tidak baik, sudah seharusnya kau lebih berhemat."

Bomi menatap Howon tanpa kata. Matanya berkedip beberapa kali; terhipnotis oleh rasa kagum yang tiba-tiba muncul.

"Benarkah?" Bomi memastikan dengan berbisik tak percaya.

Howon mengangguk dan tersenyum menggoda. "Lagipula klub selalu menyediakan jatah makan, sayang jika tidak dimanfaatkan."

"Lalu kenapa kau menghindariku?"

Ada jeda beberapa saat yang Bomi rasa sangat familiar.

Oh ya, apa dia akan menjawabnya dengan 'lupakan' juga?

"Aku menunggu waktu yang tepat, tapi kurasa waktu yang tepat tidak selalu datang sesuai dengan yang kita bayangkan."

Ada beberapa pilihan jawaban yang bisa Bomi tebak; Howon akan pindah (karena ia tidak mau bertetangga dengannya lagi), Howon menyuruhnya pindah (juga karena ia tidak mau bertetangga dengannya lagi), atau

Sebuah benda berkilau karena sinar lampu yang terpantul darinya mengganggu Bomi dari analisanya, dan tiba-tiba matanya melebar.

Ti-dak-mung-kin.

"Ingat apa yang kutanyakan padamu beberapa hari lalu?"

Bomi menggeleng kaku dengan kedua telat tangan menutupi mulutnya, kedua matanya terkunci pada mata Howon yang penuh keseriusan.

Oh Tuhan, apa ini mimpi? Apa aku bermimpi?!

"Kau tahu apa yang lebih aneh lagi, yang lebih aneh dari fakta Woohyun dan Chorong bersama?"

Howon menarik nafas perlahan.

"Yoon Bomi, bersediakah kau menjadi pendamping hidupku selamanya?"

Tanpa bisa dicegah mata Bomi kembali berkaca-kaca, ekspresi wajahnya bercampur antara keterkejutan dan ketidakpercayaan.

"Lee Howon." Desis Bomi pelan. "Ini sungguh keanehan paling aneh abad ini." Serunya tertahan.

Howon memberinya senyuman manis sambil menarik tangan kanan Bomi dengan lembut. Penuh kehati-hatian, ia melingkarkan cincin dalam genggamannya ke jari manis Bomi.

"Kau bersedia kan, Yoon Bomi?"

Yoon Bomi tak perlu menjawabnya dengan kata-kata yang sangat jelas. Penuh keharuan Bomi menarik laki-laki terbaik di hadapannya ke dalam pelukan dengan kebahagiaan yang membuncah.

"Kau membuatku menangis dua kali secara berturut-turut, Howon-ah!" Bisik Bomi di tengah isaknya.

Howon memeluknya lebih kuat, tersenyum.

"Maafkan aku. Aku harus mengontrol diriku untuk fokus pada pertandingan akan datang." Balas Howon berbisik halus. "Dan kau, Bbom, adalah pengganggu terbesar di otakku."

Bomi tidak dapat memutuskan apa itu sebuah pujian atau ejekan, karena selang sedetik kemudian Howon telah mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.

"Kau membuatku jatuh hati, Yoon Bomi."

 

 


 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xlovemex #1
<3
eonnifan
#2
Chapter 2: omg
i cant handle.. omg... why so cute
eonnifan
#3
Chapter 2: omg
i cant handle.. omg... why so cute
DeerLuvian #4
Chapter 2: Baru nemu ff ini ..
aaaaaaaaa~~~~~
Sweeettt bangeeetttttttt ..
Sumpah..
Meleleh bacanyaa ... :D
Good Joob Authornim buat pinkfinite lagi yaa .. :D
ndreeanny #5
Chapter 1: nam woohyun,, i've already fell in love with him
ngeselin tapi ngangenin
i miss u cheesy Nam!
airinreming #6
Chapter 1: waaa... cute couple.. the story is sooo sweeet..
NanaJungCass #7
Chapter 1: Woorong!!!! OMG my woorong feels~
Hahaha ending nya lucu...
Jerk woohyun and innocent chorong hahaha
Karakter ini emang paling cocok buat my woorong! XD
You're doing a great job authornim! :D
sourjongie #8
Chapter 2: howon-bomi.. ini ceritanya sweet banget;;;
helloimiga
#9
Chapter 2: Bomi Howonn~~ ya ampun authornim. ceritanya manis banget. ya ampun, kenapa jadi suka couple ini.. ahhh Howon-ssi :3 More HoMi please :D