Change You

Change You

Seorang perempuan berambut panjang diikat ekor kuda sedang mengeluarkan barang-barangnya dari box-box yang ia bawa dari rumahnya. Perempuan ini baru saja pindah dari rumah orangtuanya yang sebenarnya tak jauh dari apartemen barunya ini. Ia melakukannya sendirian karena ia tak mau merepotkan orangtuanya dan juga adik-adiknya, lagipula sepertinya adik-adiknya mempunyai urusan lain. Mau tidak mau ia harus mengangkat dan merapikan box-box itu sendirian.

Kim Soojoon adalah nama perempuan itu. perempuan berumur 23 tahun itu adalah seorang mahasiswi jurusan fotografi di sebuah universitas di kota Seoul. Dengan alasan bahwa apartemennya lebih dekat dengan universitas yang ia datangi, ia berhasil membujuk orangtuanya untuk mengizinkannya memiliki apartemen sendiri. Padahal sebenarnya ia hanya ingin suasana yang baru dan juga kebebasan. Soojoon adalah anak pertama dari tiga bersaudara, beban yang berat baginya karena ia harus menjadi contoh bagi kedua adiknya. Ia sudah terbiasa menuruti kemauan orangtuanya. Semakin beranjak dewasa, semakin pula ia tak mau mengikuti kemauan orangtuanya. Ia akhirnya mengambil jurusan fotografi yang pada awalnya ditentang oleh ayahnya. Dahulu ketika ia masih remaja, ia tidak bisa menentang orangtuanya. Dan sekarang ia sudah berumur 23 tahun, maka ia berusaha untuk keluar dari kebiasaannya itu.

Soojoon sedang membereskan semua box-boxnya sampai tiba-tiba ponselnya berdering. Ia segera bangkit dari duduknya lalu mengangkat telepon tersebut.  

“Halo?”

“Soojoon, anak eomma, bagaimana keadaanmu disana?”

Soojoon menggelengkan kepalanya. Baru beberapa jam setelah ibunya pulang dari apartemennya tetapi ibunya sudah khawatir.

“Eomma, eomma baru dua jam yang lalu pulang dari tempatku tetapi sudah menelepon. Bahkan mungkin Eomma baru saja sampai di rumah kan?”

“Iya, tapi Eomma sangat khawatir pada anak perempuan Eomma.”

“Eomma, anak perempuan Eomma kan tidak hanya satu. Harusnya Eomma khawatirkan anak bungsu Eomma yang akhir-akhir ini sering sekali main itu.”

“Hyejoon sudah pulang kok, Kau tidak kangen rumahmu?”

Soojoon menerima telepon Ibunya sambil membuka pintu balkon apartemennya, berharap mendapat udara segar. Bukannya udara segar yang ia dapat, tetapi asap rokok yang sepertinya berasal dari apartemen sebelahnya. Benar saja, ketika ia menoleh ke arah balkon sebelah apartemennya, ia menemukan seorang laki-laki sedang merokok sambil menikmati pemandangan sore hari. Soojoon yang tak tahan dengan asap rokok pun batuk. Ibunya mendengar lalu bertanya pada Soojoon dengan khawatir,

“Soojoon kau tak apa?”

“Aku tak apa, Eomma. Nanti aku telepon lagi ya.”

Soojoon memutus telepon Ibunya lalu masuk ke dalam apartemennya. Ia menutup pintu balkonnya, masih terbatuk karena asap rokok yang dihirupnya. Soojoon menghela napas karena ia harus mempunyai tetangga yang seorang perokok.

---

Sinar matahari mulai terlihat dari jendela apartemen Soojoon. Soojoon pun sudah siap untuk pergi ke kampusnya untuk menyerahkan tugas yang diberikan dosennya beberapa hari yang lalu. Ia sedang menggigit roti panggang yang ia buat untuk sarapannya. Merasa terlambat, ia pun memakannya sambil menggendong tas punggung berwarna abu-abu miliknya dan memakai sepatu lalu keluar dan mengunci pintunya. Ketika ia berbalik, ia sudah bertemu dengan bibi pemilik gedung apartemennya yang terlihat sedikit menyeramkan. Soojoon pun tersenyum sopan supaya terlihat lebih ramah.

“Nona Kim, bagaimana apartemenmu? Nyaman?” Tanya bibi pemilik gedung.

“Ah, Ne. Nyaman sekali, Ajumma,” Jawab Soojoon sambil tersenyum.

“Baguslah kalau begitu. Ohya Nona Kim, Kau mau kemana?” Tanya bibi lagi.

“Saya mau pergi ke kampus,” Jawab Soojoon lagi.

“Ah begitu, kalau begitu saya permisi dulu ya, nona Kim,”

“Ajumma, tunggu! Saya mau bertanya,”

Bibi itu pun menanggapi Soojoon dengan tersenyum, mempersilahkan Soojoon untuk bertanya padanya tentang apapun.

“Begini, pemilik apartemen disebelah apartemen saya.. apa dia seorang perokok berat? Kemarin, saya melihatnya merokok dan saya alergi terhadap asap rokok..jadi…” Soojoon menjelaskan apa yang lihat kemarin dan juga ketidaksukaannya terhadap perokok kepada bibi tersebut. Bibi tersebut masih tersenyum lalu menjawab,

“Oh itu Yoongi-ssi. Tenang saja dia bukan seorang perokok berat. Hanya saja mungkin dia akan membuatmu terganggu sedikit. Tapi bukan karena asap rokok tentunya.”

“Begitu.. terima kasih, Ajumma. Kalau begitu saya permisi dulu. Sepertinya saya sudah telat,” Kata Soojoon. Bibi itu tersenyum lalu mengucapkan selamat tinggal kepadanya.

---

Benar saja apa yang dikatakan bibi tadi pagi, ternyata tetangga sebelah yang kata bibi tersebut bernama Yoongi itu benar-benar membuatnya terganggu. Pada awalnya Soojoon bingung dengan perkataan bibi tersebut. Tetapi ternyata tetangganya ini senang mendengarkan musik dengan suara yang kencang. Ditambah lagi jenis musik yang ia dengarkan adalah HipHop. Bukannya Soojoon tidak suka, ia malah suka sekali karena itu akan mengingatkannya terhadap adik laki-lakinya, tetapi situasi seperti ini membuat konsentrasi Soojoon menghilang. Padahal Soojoon sedang mencoba untuk menulis tugas akhirnya.

Akhirnya Soojoon menghentikan apa yang ia sedang kerjakan. Ia mengambil satu cup ramyun lalu mengisinya dengan air panas. Sembari menunggu mie instantnya matang, Soojoon berimajinasi seperti apa tetangganya itu. Apakah orang itu adalah seseorang yang introvert atau seseorang yang ramah dan gampang sekali di ajak berteman. Setelah matang, Soojoon pun memakannya dengan lahap. Ia masih penasaran dengan penampilan tetangga sebelahnya itu. Tetapi ia pun lupa dengan apa yang ia pikirkan seiring berjalannya waktu.

---

Tak terasa sudah seminggu lamanya sejak kepindahan Soojoon ke gedung ini. Soojoon masih belum mengetahui seperti apa rupa tetangganya tersebut. Tetapi sepertinya sebentar lagi ia akan menemuinya karena ia mendapatkan undangan rapat untuk seluruh penghuni gedung apartemen siang ini. Entah apa yang akan dibahas, Soojoon pun tak tahu.

Soojoon pun keluar dari apartemennya dengan menggunakan pakaian yang casual. Ia hanya menggunakan t-shirt abu-abunya dan juga jeans dan sneakers favoritnya dengan rambut yang digulung walaupun berantakan. Ketika mengunci pintu, tanpa disadari  ia menabrak seseorang yang lewat dibelakangnya. Soojoon pun membalikkan badannya untuk meminta maaf. Tak disangka ia berpandangan dengan seorang laki-laki berkulit putih, berambut hitam pekat, memakai kaos berwarna hitam dan juga celana jeans yang membuatnya terlihat lebih tampan.

“Maaf,” Kata Soojoon sambil menundukkan kepalanya.

“Tak apa,” Kata laki-laki itu sambil melewati Soojoon.

Terlintas dipikiran Soojoon bahwa laki-laki yang tadi melewatinya adalah penghuni apartemen sebelahnya. Tetapi.. apa iya? Soojoon tak menyangka bahwa tetangganya setampan itu.

Soojoon tersadar dari lamunannya. Ia pun menaiki tangga menuju ke apartemen pemilik gedung tersebut. Ketika sampai, ia mengetuk pintu apartemen tersebut. Tak lama kemudian, bibi pemilik gedung pun membukakan pintu untuknya.

“Nona Kim, silahkan masuk,” Katanya sambil tersenyum.

Soojoon membalas senyumannya lalu melangkah masuk ke dalam apartemen tersebut. Disana sudah ada semua penghuni gedung apartemen. Dimulai dari Choi Ikje, laki-laki yang menghuni salah satu kamar di lantai dua yang ia sering temui di lobby, sampai laki-laki yang ia temui tadi di depan apartemennya. Soojoon memutuskan untuk duduk di sebelah Ikje, satu-satunya orang yang ia kenal baik di gedung apartemen ini.

“Ikje-ssi, sebenarnya ini acara apa?” Tanya Soojoon kepada Ikje.

“Aku juga tidak tahu,” Jawab Ikje sambil mengangkat bahunya.

Bibi pemilik gedung pun memulai acara atau rapat tersebut. Ia mengatakan bahwa tujuannya mengumpulkan mereka disini sebenarnya hanya untuk mempererat hubungan mereka. Tepat ketika bibi pemilik gedung menjelaskan tujuannya, Soojoon dapat melihat laki-laki yang ia temui itu menghela napas panjang. ‘tak sopan sekali,’ pikir Soojoon. Setelah bibi pemilik gedung selesai berbicara, ia mempersilahkan para penghuni gedung apartemennya untuk mengobrol santai sambil menikmati cemilan yang ia suguhkan. Soojoon yang tidak kenal baik dengan siapa-siapa selain dengan Ikje pun memilih berdiam diri di tempatnya sementara Ikje, yang tadi duduk disampingnya, beranjak dari duduknya lalu menghampiri laki-laki yang tidak ia kenal itu. Mereka terlihat sangat akrab.

Beberapa orang menghampiri Soojoon dan mengajak Soojoon mengobrol. Setelah berbicara lama, Soojoon merasa nyaman dengan tetangga-tetangganya yang jarang ia temui ini. Ikje juga sudah kembali ke tempat duduk asalnya. Soojoon yang penasaran dengan laki-laki tersebut pun menanyakan kepada Ikje,

“Kau akrab dengannya?”

“Ya, kadang kami bekerja bersama. Kau tidak mengenalnya?” Ikje menjawab lalu bertanya balik kepada Soojoon. Soojoon menggelengkan kepalanya. Ikje menatap Soojoon tak percaya.

“Benarkah? Dia itu tetangga sebelahmu. Apa kau tak pernah melihatnya?” Tanya Ikje.

“Hanya dua kali. Seminggu yang lalu secara tidak jelas dan tadi ketika aku mengunci pintu apartemen,” Jawab Soojoon.

“Kau harus berkenalan dengannya, Soojoon-ssi. Kau ini tinggal sendirian, seorang perempuan pula, jika ada kesulitan kau bisa memanggilnya,” Saran Ikje.

“Tetapi ia terlihat seram,” Bisik Soojoon. Ia tidak mau perkataannya terdengar oleh laki-laki itu.

“Yoongi tidak seseram itu. Begitu kau mengenalnya dengan baik, kau akan mengubah pandanganmu terhadapnya. Percaya padaku,” Kata Ikje.

Soojoon mengangguk lalu tersenyum kecil. Entah kenapa ia percaya pada ucapan Ikje. Tiba-tiba, Ikje menarik tangannya lalu menariknya ke tempat laki-laki bernama Yoongi itu duduk.

“Ya, Min Yoongi! Akan kuperkenalkan seseorang kepadamu. Dia adalah tetangga sebelahmu. Soojoon, dia Yoongi. Dan Yoongi, dia Soojoon.” Kata Ikje kepada Yoongi.

Soojoon mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Yoongi. Begitupula dengan Yoongi. Soojoon tersenyum sopan lalu mengenalkan dirinya,

“Kim Soojoon. 23 tahun. Salam kenal dan mohon bantuannya,”

“Min Yoongi. 21 tahun. Salam kenal,” Balas Yoongi dengan datar.

Soojoon menahan kesal. Ia tidak suka dengan sikap tetangganya yang dingin itu. Padahal ia kira Min Yoongi adalah orang yang ramah. Tetapi tentu saja Soojoon tidak menunjukkan kekesalannya di depan Yoongi dan Ikje.

Setelah beberapa lama akhirnya acara pun selesai. Soojoon berpamitan dengan semua yang menghadiri acara tersebut. Dengan terpaksa ia pun turun dari lantai tersebut ke lantai tempat ia tinggal bersama dengan Yoongi. Suasana hening sekali ketika mereka menuruni tangga. Soojoon tak berani memulai percakapan dengan tetangganya tersebut. Tetangganya benar-benar terlihat menyeramkan. Ketika sampai di lantai tempat apartemen mereka, Yoongi langsung berjalan cepat menuju apartemen yang dihuninya tanpa mengucapkan sepatah kata. Soojoon yang berada di belakangnya menatap punggung Yoongi dengan tatapan kesal. Orang itu benar-benar tidak sopan.

Soojoon membuka kunci apartemennya. Sebelum masuk, ia mengucapkan selamat malam dan selamat tinggal kepada penghuni lantai bawah yang berada di belakangnya ketika menuruni tangga tadi. Setelah mengucapkan salam, ia pun memasuki apartemennya dan menguncinya kembali. Lalu ia pergi beristirahat.

---

Sebulan setelah kepindahannya. Sebulan juga ia merasa terganggu dengan kebiasaan tetangganya tersebut. Sebulan pula konsentrasi untuk menyelesaikan tugas akhirnya pecah. Soojoon mulai stress dengan rutinitas yang ia jalani selama sebulan tinggal di apartemen ini.

Ia masih beruntung ketika ia tinggal bersama keluarganya. Adiknya yang menyukai HipHop itu memasang peredam suara. Adik perempuannya yang kadang menjengkelkan itu juga sering mengajaknya bermain ketika ia tahu bahwa kakak sulungnya sedang stress. Soojoon pun tersadar. Selama sebulan ini kedua adiknya tidak pernah menghubunginya. ‘Apa mereka tidak merindukanku?’ tanyanya dalam hati.

Entah sebuah kebetulan atau tidak, tiba-tiba ponsel Soojoon berbunyi. Soojoon pun bangkit dari tempat tidurnya lalu mengecek ponselnya. Sebuah pesan singkat dari adik laki-lakinya.

[ Namjoon: Nuna, hari ini aku akan tampil. Kau berjanji akan menonton kan? Aku tunggu. Hyejoon juga datang ]

[ Soojoon: Jam berapa? aku akan kesana. Ohya, berikan alamatnya juga. Bagaimana bisa aku menontonmu jika aku tidak tahu dimana tempatnya. ]

[ Namjoon: xx hall, hongdae. 7 malam. Jangan lupa. Ah, nuna juga harus menjadi babysitternya Hyejoon.]

Soojoon memasang muka datar terhadap monitor ponselnya. Yang benar saja, ia mau menonton adiknya karena ingin melepaskan stressnya tetapi ia harus menjaga adik perempuannya yang berumur 15 tahun itu.

Soojoon pun menaruh ponselnya di meja belajar lalu mulai mempersiapkan dirinya. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia punya 1 jam untuk bersiap-siap. Soojoon pun beranjak ke kamar mandi. Setelah selesai, ia memutuskan untuk menggunakan kemeja putihnya dan juga swearshirt kenzo tigernya yang berwarna hijau serta skinny jeans hitam dan sneakers berwarna abu-abu. Seperti biasa, Soojoon mengikat rambutnya menjadi seperti ekor kuda. Ia memasukkan ponsel, dompet, dan kameranya ke dalam tas ranselnya lalu berangkat menuju tempat adiknya tampil.

---

XX hall berada tidak terlalu jauh dari apartemennya. Memerlukan waktu 25 menit untuk sampai ke tempat dimana Soojoon berada saat ini. Soojoon langsung membeli tiket dan masuk ke dalam hall tersebut. Baru saja memasuki hall, terdengar seseorang berteriak memanggil namanya. Soojoon menoleh ke kiri dan mendapati adik laki-lakinya sedang melambaikan tangan ke arahnya. Soojoon membalas lambaian tangan tersebut lalu menghampiri adiknya.

“Hey Namjoon!” Sapa Soojoon.

“Soojoon nuna, lama tak bertemu,” Kata adiknya sambil memeluk kakak perempuannya.

“Ya,ya.. Dimana Hyejoon?” Tanya Soojoon.

“Disini!” Kata Hyejoon, adik bungsunya. Soojoon tersenyum, ia benar-benar merindukan kedua adiknya.

“Nuna, Ikut aku. Aku akan memperkenalkan teman-teman satu tim ku dan juga underground rapper yang lain,” Kata Namjoon.

“Okay, Rap Monster,” Kata Soojoon sambil mengejek adiknya dengan cara memanggil adiknya dengan nama panggungnya.

Soojoon ditarik oleh adiknya ke belakang panggung. Disana memang terlihat banyak laki-laki berpenampilan street fashion. Ada juga beberapa perempuan yang sama sekali tidak terlihat kalau mereka adalah underground rapper. Namjoon menariknya ke sebuah perkumpulan laki-laki yang sedang mengobrol, beberapa dari mereka juga sedang mendengarkan lagu.

“Hyung, perkenalkan ini kakak perempuanku yang sering aku ceritakan,” Kata Namjoon kepada teman-temannya.

“Dan nuna, ini DaeNamHyup. Tim rap ku yang selama ini aku ceritakan pada nuna. Ada i11ven (baca: eleven) atau Ikje hyung.. kudengar ia adalah tetanggamu, lalu Kidoh atau hyosang hyung, lalu donghyuk, hunchul hyung, taegyun, Kyum2 (baca: Kyumi) atau Sungkyum, dan Snatch atau Minwoo hyung,”

Soojoon menjabat tangan semua teman Namjoon dan memperkenalkan namanya. Lalu Namjoon menarik Soojoon lagi dan memperkenalkannya kepada seseorang yang sedang duduk di pojok ruang belakang panggung.

“Suga hyung, ini nunaku,” Kata Namjoon.

Orang yang Namjoon panggil mengadahkan kepalanya karena sebelumnya ia sedang memainkan ponselnya. Soojoon sedikit kaget ketika mengetahui wajah teman adiknya itu. Dia adalah tetangga sebelahnya yang selama ini menyebalkan.

“Oh, Yoongi-ssi?” Ucap Soojoon tanpa sadar.

“Dia nunamu, Namjoon? Pantas saja aku merasa mengenalnya. Dia mirip denganmu.” Kata Yoongi.

Namjoon menatap Kakaknya dan Yoongi secara bergantian lalu bertanya,

“Kalian saling mengenal?”

“Dia tetangga sebelahku,” Jawab Yoongi.

‘Ternyata Yoongi mengakui kalau ia mempunyai tetangga sebelah,’ Pikir Soojoon.

“Kau tak pernah cerita padaku kalau kau tetangga Suga hyung, Nuna!” Kata Namjoon pada kakaknya.

“Aku bahkan tak tahu kalau kau punya teman semacam dia!” Kata Soojoon kepada adiknya. Adiknya tertawa.

“Benar juga. Kalau begitu, Yoongi hyung, tolong jaga nunaku ya. Dia tinggal disana sendirian,” Kata Namjoon pada Yoongi. Yoongi hanya menggumam.

Percakapan antara mereka bertiga selesai begitu saja. Namjoon dan timnya juga harus bersiap-siap untuk tampil dipanggung. Soojoon dan Hyejoon juga siap untuk melebur dengan keramaian penonton. Akhirnya Soojoon dan adik perempuannya berdiri di tengah-tengah keramaian untuk menonton saudara laki-laki mereka. Satu persatu rapper-rapper ini menampilkan rap mereka yang luar biasa. Harus diakui mereka semua hebat. Tetapi tim adiknya lah yang berhasil membuat Soojoon benar-benar menikmati acara tersebut. Penampilan terakhir pun siap ditampilkan. Sang MC pun mengumumkan penampilan selanjutnya,

“Ok, sekarang untuk penampilan terakhir kita, kita sambut.. Min Suga!”

Tepuk tangan dan teriakan pun terdengar dari segala arah. Soojoon memfokuskan dirinya untuk menonton penampilan tetangganya itu. Min Yoongi. Dia berbakat, karismatik, dan tampan. Sayangnya dia memperlakukan dirinya dan sekitarnya dengan buruk. Entah kenapa, ketika Soojoon melihat penampilannya, terlintas di dalam pikiran dan hatinya bahwa ia ingin mengubah laki-laki ini. Alasannya? Pikirannya mengatakan bahwa akan menjadi sia-sia jika seorang laki-laki yang berpotensi sangat baik tetapi mempunyai perilaku yang buruk. Tetapi hatinya merasa bahwa Soojoon tertarik dengan Yoongi sehingga ia ingin mengubahnya, membuatnya menjadi lebih baik. Soojoon menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha melupakan apa yang ia pikirkan tadi. Soojoon kembali memfokuskan dirinya, dan ternyata penampilannya sudah berakhir. Acara pun selesai.

Setelah selesai, Soojoon bertemu dengan adik laki-lakinya. Namjoon menyuruh Soojoon untuk pulang bersama Yoongi. Tetapi tentu saja Soojoon menolak. Pada akhirnya tetap saja Soojoon dan Yoongi pulang bersama karena mereka menaiki bis yang sama.

---

Setelah kejadian itu, Soojoon dan Yoongi menjadi sering bertemu. Entah itu di depan apartemen mereka, di lobby, atau di supermarket terdekat seperti saat ini. Soojoon sedang membeli persediaan makanan, begitu pula dengan Yoongi. Mereka bertemu di bagian mie instant. Ketika Soojoon melihat Yoongi, ia langsung menyapanya.

“Annyeonghaseyo, Yoongi-ssi,”

“Annyeonghaseyo,”  Balas Yoongi. Suasana diam sebentar ketika Soojoon mencari merk mie instant favoritnya. Soojoon kaget ketika Yoongi tiba-tiba bertanya kepadanya, dan ia tidak pernah menyangka kalau Yoongi akan memulai percakapan.

“Kau sadar tidak, jika sejak kita bertemu di hongdae, kita lebih sering bertemu? Kebetulan yang sangat lucu,” Tanya Yoongi sambil tertawa kecil. Soojoon pun semakin kaget ketika mendengar Yoongi tertawa.

“Benarkah? Aku tidak sadar.” Jawab Soojoon.

“Kemarin kita bertemu di halte bus, sekarang kita bertemu di supermarket. Bukankah itu sangat lucu?” Kata Yoongi.

“Kalau kau berpikir aku seorang penguntit, jelas-jelas aku bukanlah seseorang yang seperti itu. lagipula untuk apa aku menguntitmu.” Kata Soojoon.

“Aku tidak pernah berpikir kalau kau menguntitku, tenang saja, Joon nuna.” Kata Yoongi sambil tersenyum pada Soojoon.

“Sejak kapan kau berbicara tidak formal padaku seperti itu?” Tanya Soojoon sambil tertawa. Yoongi tidak membalas apa-apa dan hanya menanggapinya dengan tawa.

Soojoon dan Yoongi berjalan ke kasir bersama. Soojoon mempersilahkan Yoongi untuk membayar terlebih dahulu. Soojoon juga memperhatikan barang belanjaan Yoongi, diantaranya adalah sebungkus rokok. Soojoon menghela napas. Setelah Yoongi selesai, Soojoon menaruh belanjaannya di meja kasir. Setelah dihitung, ia membayar belanjaannya lalu keluar dari supermarket tersebut. Ketika ia keluar, ia mendapati Yoongi masih berada di depan supermarket.

“Kukira kau sudah pulang duluan,” Kata Soojoon.

“Seorang Min Yoongi tidak akan membiarkan kakak dari temannya pulang dari supermarket sendirian,” Kata Yoongi. Soojoon mengerutkan alisnya dan lagi-lagi tertawa karena perkataan Yoongi. Yoongi merogoh kantung plastiknya lalu mengeluarkan rokok dari kantung tersebut.

“Kau perokok akut?” Tanya Soojoon.

“Tidak, sebenarnya aku hanya merokok ketika aku sedang bekerja,” Jawab Yoongi.

“Kalau tidak keberatan, bisakah kau merokok nanti saja, jangan di dekatku. Aku.. tidak tahan dengan asap rokok,” Kata Soojoon. Yoongi menatap Soojoon selama beberapa saat lalu memasukkan kembali rokoknya kedalam kantung plastik. Lalu mereka melanjutkan kembali perjalanan ke apartemennya.

“Oya, kau tadi sebutkan kalau kau merokok ketika bekerja. Memangnya pekerjaanmu apa?” Tanya Soojoon lagi.

“Aku seorang rapper, kau tahu itu. dan juga produser dan penulis lagu. Kadang produser juga dikejar deadline dan ketika kita tidak bisa menyelesaikannya, itu akan membuat stress dan lelah. Aku bahkan 3 hari tidak tidur untuk menyelesaikan laguku. Jadi, rokok adalah caraku melepas stress. Kau sendiri?” Jawab Yoongi lalu bertanya pada Soojoon.

“Aku seorang mahasiswi fotografi. Aku tahu rasanya dikejar deadline seperti apa haha. Bukannya bermaksud tidak sopan..tapi, merokok bukanlah cara yang bagus untuk melepaskan stressmu. Mereka merusak tubuhmu, Yoongi.” Jawab Soojoon. Yoongi menganggukan kepalanya.

“Aku tahu. Hanya saja, sepertinya aku mulai kecanduan,” Perkataan Yoongi membuat mata Soojoon terbelalak. Soojoon langsung menatap Yoongi dan berkata,

“Aku akan membuatmu berhenti dan berubah!”

Yoongi tertawa lalu berkata,

“berubah? Memangnya aku ini ultraman atau power ranger!”

“Yoongi, Aku serius. Kau sangat berbakat, dan harus kuakui kau juga tampan. Sangat disayangkan jika rusaknya tubuhmu menghancurkan segalanya. Iya kan?” Kata Soojoon.

“Kalau begitu, rubahlah aku,” Kata Yoongi, menantang Soojoon.

“Lihat saja, sebulan kemudian kau tak akan mau menyentuh benda itu lagi!” Kata Soojoon dengan semangat sambil tersenyum yakin.

---

Operasi menjauhkan Yoongi dari rokok pun dimulai.Ini sudah memasuki minggu ke-1. Soojoon mengawasi Yoongi dari balkonnya, tentu saja itu cara yang tepat karena Yoongi selalu merokok di balkon apartemennya. Ketika Yoongi baru saja membuka pintu balkonnya lalu akan memasukan rokok ke mulutnya, Soojoon berdeham . Yoongi pun menengok ke arah Soojoon dan mengehela napas panjang.

“Sekali ini saja?” Yoongi memohon. Soojoon menggelengkan kepalanya.

“Kumohon,nuna?” Yoong tak menyerah, Soojoon pun tetap menggelengkan kepalanya.

Sangat jelas terlihat bahwa Yoongi membuang rokoknya dengan terpaksa. Soojoon tersenyum puas melihat perbuatan Yoongi walaupun Yoongi terlihat kesal dengan Soojoon.

Beberapa hari kemudian, Yoongi melakukan hal yang sama dan Soojoon tetap tidak memperbolehkannya menyentuh benda mematikan tersebut. Yoongi yang emosinya sedang tidak stabil karena banyaknya perkerjaan yang harus ia kerjakan pun meledak. Ia berteriak pada Soojoon,

“Memangnya kau ini siapa bisa memerintahku! Aku baru sadar kalau selama ini aku diperintah oleh orang yang bukan siapa-siapa bagiku! Cih!”

Yoongi lalu membanting pintu dengan sangat keras. Ketika mendengarnya, Hati Soojoon terasa perih. Ia kira selama ini Yoongi sudah menganggapnya sebagai teman. Tetapi ternyata Soojoon masih seseorang yang bukan siapa-siapa bagi Yoongi. Soojoon masuk kedalam apartemennya dengan gontai.

Ia gagal.

---

Sejak kejadian tersebut, Sudah sebulan Soojoon tidak pernah melihat Yoongi keluar dari apartemennya. Soojoon mengerti kalau Yoongi marah padanya, tetapi Yoongi juga tidak keluar sama sekali untuk merokok. Merasa khawatir, akhirnya Soojoon meminta nomor ponsel Yoongi kepada adiknya. Setelah dapat, ia langsung menelepon Yoongi.

“Halo?”

“Halo, Yoongi?”

“Ya, ini siapa?”

“Soojoon.”

Mereka terdiam. Soojoon sudah mengira bahwa setelah ini Yoongi pasti akan memutus teleponnya. Tetapi ternyata tidak.

“Ada apa?”

“Kau sama sekali tidak keluar, maaf..aku memang bukan siapa-siapamu tapi aku khawatir. Kau tak apa kan?”

“Aku baik-baik saja,”

“benarkah? Suaramu terdengar serak,”

“Hanya flu biasa, dan batuk sedikit,”

“Aku kesana ya? Mungkin aku bisa membantu,”

“Sudah kubuka, tak dikunci. Silahkan saja,”

Soojoon memutus teleponnya lalu segera keluar dari apartemennya, tidak lupa untuk menguncinya. Lalu Soojoon membuka pintu apartemen Yoongi dan masuk ke dalam.

“Yoongi?” Panggil Soojoon.

“Kuncinya di gantung di paku yang ada di pintu,” Kata Yoongi. Soojoon mengambil kunci tersebut lalu mengunci pintu apartemen.

Soojoon memperhatikan apartemen Yoongi. Layaknya seorang laki-laki, tempat ini tidak terlalu rapi. Terdapat sebuah unit computer dan alat-alat tambahan yang sepertinya digunakan untuk Yoongi bekerja. Di dekat computer adalah tempat tidur Yoongi dan disanalah Yoongi berada sekarang, terbaring lemas.

“Ya! Kau sakit?” Tanya Soojoon dengan suara yang agak keras karena panic begitu melihat kondisi Yoongi.

“Sudah kubilang hanya flu biasa,nuna.” Jawab Yoongi.

Soojoon menempatkan telapak tangannya di dahi Yoongi. Temperatur tubuhnya saat ini cukup panas. Sepertinya Yoongi terkena demam. Soojoon buru-buru menempatkan air di sebuah mangkok kecil dan mengambil sapu tangan untuk mengompres Yoongi. Ketika Soojoon mengompres Yoongi, Yoongi menatap Soojoon dengan seksama lalu melontarkan pertanyaan yang tak terduga.

“Kenapa kau tahu kalau aku tak baik-baik saja?”

“Karena kau bahkan tidak keluar untuk merokok padahal aku sudah menyerah,” Jawab Soojoon.

“Kenapa kau baik sekali padaku, kenapa kau ada disini untuk mengobatiku?” Tanya Yoongi lagi.

“Karena aku adalah tetanggamu, bodoh. Kalau bukan aku, siapa lagi? Kau mau menaiki tangga untuk memanggi bibi pemilik gedung dengan kondisi yang seperti ini?!” Jawab Soojoon.

“Kenapa kau ingin mengubahku?” Tanya Yoongi lagi.

Soojoon terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Ia tak tahu harus berkata jujur atau tidak. Ia tak tahu bagaimana nantinya ketika ia berkata jujur. Ia tak tahu harus bagaimana.

Yoongi memposisikan dirinya dalam keadaan duduk. Ia menatap Soojoon. Mencari jawaban dalam mata Soojoon.

“Nuna, lihat aku dan jawablah pertanyaanya,” Kata Yoongi.

Soojoon mengadahkan kepalanya lalu menatap mata Yoongi. Ia masih tidak yakin akan menjawab apa. Tetapi, dengan Yoongi menatapnya seperti itu, Soojoon sepertinya harus berkata jujur.

“Aku..Aku menyayangimu, Aku menyukaimu, Apa salah?” Soojoon menjawab. Mendengar jawaban tersebut Yoongi menunduk dan tersenyum malu.

“Benarkah?” Tanya Yoongi, berusaha meyakinkan dirinya tidak salah mendengar jawaban Soojoon.

“Apa aku terlihat dan terdengar sedang berbohong, Yoongi-ah?” Kata Soojoon.

Tiba-tiba Yoongi menyandarkan dahinya di bahu Soojoon yang sedang duduk di samping tempat tidurnya. Ia menyembunyikan senyum leganya, lalu berkata,

“Syukurlah,”

“Yoongi…” Soojoon memanggil nama Yoongi dengan nada bingung.

“Aku juga menyukaimu, Soojoon.”

Soojoon tertawa kecil. Ia merasa lega bahwa yang ia rasakan ternyata bukan hanya satu sisi saja. Setelah suasana hening untuk beberapa saat, Yoongi kembali berbicara.

“Oiya, Joon nuna..”

“Hmm?”

“Kau tidak gagal. Sejak saat itu, aku berhenti. Aku berhenti walaupun pekerjaanku banyak sekali. Aku berhenti walau aku benar-benar stress dengan pekerjaanku. Aku berhenti karena aku adalah Min Yoongi yang tak pernah ingkar janji dengan janjinya yang ia buat tepat setelah seorang nuna bernama Kim Soojoon bertekad bahwa ia akan mengubahku. Aku berjanji aku akan berubah demi kau. Dan kau sukses membuatku memenuhi janjiku. Terima kasih.”

 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet